Dark/Light Mode

Gianyar Punya Perpustakaan Nawaksara, Bentuk Keseriusan Bangun SDM Unggul

Jumat, 23 Juni 2023 14:58 WIB
Peresmian Perpustakaan Nawaksara, di Gianyar, Bali, Jumat (23/6). (Foto: Dok. Perpusnas)
Peresmian Perpustakaan Nawaksara, di Gianyar, Bali, Jumat (23/6). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perpustakaan Nawaksara. Demikian nama yang disematkan Bupati Gianyar I Made Mahayastra ketika meresmikan Perpustakaan Umum Daerah Gianyar bersama Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando, di Gianyar, Bali, Jumat (23/6).

Nawa berarti sembilan, dan aksara artinya huruf (aksara). Nawa jika dikaitkan dengan sejarah adalah sikap penegasan dan tanggung jawab Bung Karno di hadapan sidang MPRS atas pembangunan yang telah dilakukan.

"Perpustakaan Umum Nawaksara saya yakinkan akan menjadi tonggak kemajuan pembangunan daerah," ujar Made, seperti keterangan yang diterima redaksi, Jumat (23/6).

Keseriusan Made bukan tanpa alasan, karena sedari awal perencanaan hingga proses pembangunan perpustakaan, ia terus terlibat. "Saya serius ingin membangun sumber daya manusia Gianyar," tambahnya.

Made mengisahkan, ketika di masa tahun 90-an, perpustakaan yang ia datangi selalu dalam kondisi sepi dengan koleksi buku yang apa adanya. Seiring waktu, kini Gianyar tumbuh dengan perekonomian yang bagus, infrastruktur membaik.

Baca juga : Ganjar Milenial Latih Petani Buat Keranjang Kelapa Sawit Di Sumut

Dia menegaskan, sektor pendidikan dan kesehatan sudah menjadi fokus pembangunan para pemimpin pusat dan daerah, namun jangan sampai melewatkan pembangunan SDM.

Perpustakaan Nawaksara berdiri di atas lahan seluas 883 meter persegi. Dibangun setinggi tiga lantai menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) 2022 senilai Rp 8,3 miliar. Sejumlah fasilitas mumpuni melekat di dalamnya, seperti fasilitas ruang baca anak, ruang baca difabel dan lansia, alat peraga, area internet, ruang deposit, serta ruang pameran. Bahkan, Nawaksara digadang-gadang juga sebagai tempat baca lontar, naskah sejarah masyarakat Bali.

"Masyarakat harus tahu sejarah. Masyarakat harus tahu pengetahuan karena kita tidak bisa lepas dari pengetahuan," pesan Bupati.

Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando menyatakan, Gianyar beruntung punya pemimpin peduli dengan masyarakat. Sosok yang mau kerja keras mendorong kemajuan masyarakatnya.

"Komitmen Bupati telah melahirkan perpustakaan umum. Karena upaya mencerdaskan anak bangsa sesuai yang tertulis Undang-Undang telah menjadi tugas kolektif," imbuh Syarif Bando.

Baca juga : Toraja Utara Punya Perpustakaan Megah, Bupati Janji Tingkatkan Budaya Baca

Pada kesempatan talkshow Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), Bunda Literasi Gianyar yang baru dikukuhkan, Ida Ayu Ketut Surya Adnyani, mengatakan bahwa literasi merupakan proses pembelajaran bagi semua kalangan. Di negara-negara maju, membaca justru dijadikan budaya. Sedangkan, di Indonesia belum nampak jelas terlihat.

"Ini tentu bagian dari tugas Bunda Literasi untuk mengenalkan, membiasakan membaca sebagai aktivitas sehari-hari di lingkungan keluarga," ujarnya.

Massifnya program gerakan literasi yang dilakukan Perpusnas bersama Perpustakaan Daerah diapresiasi Atase Pendidikan dan Kebudayaan RI di London, Khoirul Munadi. Di Inggris, kata Khoirul, peran perpustakaan wilayah sangat sentral. Secara umum, perpustakaan di Inggris berkewajiban memberikan akses informasi yang luas dan gratis, memberikan program pengembangan keterampilan, menunjang kemampuan literasi digital warganya, serta sebagai pusat komunitas (community center) berupa ruang terbuka nan inklusif.

"Ini serupa dengan yang dilakoni perpustakaan umum di Indonesia," ucapnya.

Pada kesempatan akhir, Deputi Pengembangan Sumber Daya Perpustakaan Perpusnas Adin Bondar menjelaskan, konsep literasi untuk kesejahteraan melahirkan paradigma baru perpustakaan. Perpustakaan tidak lagi berkutat dengan manajemen koleksi, tapi justru mengembangkan kemampuan dan kualitas SDM.

Baca juga : Ganjar Genjot Penyerapan Tenaga Kerja SMK Lewat Program Magang ke Jepang

Namun, di sisi lain Adin menyayangkan karena masih banyak kebijakan pemerintah daerah belum berpihak pada pembangunan SDM. Mereka merasa fokus tersebut belum sesuatu yang esensial. Padahal, di belakang majunya pembangunan sejumlah negara-negara hebat karena ditopang budaya literasi yang kuat. Meskipun negara-negara tersebut tidak memiliki sumber daya alam yang melimpah.

"Literasi akan membentuk masyarakat berpengetahuan, percaya diri, dan bahagia," ungkap Adin.

Dia kembali mengingatkan, pembentukan masyarakat literasi diawali dengan kebiasaan atau budaya baca yang kuat. Ketika hal tersebut sudah ajeg, maka kreativitas dan inovasi menjadi garansi.

"Di era yang high disruption, peranan perpustakaan mau tidak mau harus bersikap inklusi, beradaptasi sebagai ruang terbuka untuk belajar kontekstual dan berbagi pengalaman masyarakat. Inilah konsep dari Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS)," tutupnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.