Dark/Light Mode

Sistem Rujukan Berjenjang Dorong Percepatan Penurunan Angka Stunting

Selasa, 27 Juni 2023 23:08 WIB
Pemeriksaan tumbuh kembang anak di Posyandu. (Foto: Istimewa)
Pemeriksaan tumbuh kembang anak di Posyandu. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meluncurkan terobosan baru berupa kebijakan berbasis bukti dalam rangka percepatan penurunan stunting. Peluncuran ini berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan (KMK) Nomor HK.01.07/MENKES/1928/2022 tentang Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) Tata Laksana Stunting pada akhir 2022.

PNPK tersebut telah disosialisasikan ke seluruh kabupaten/kota di Indonesia yang mengatur cara pencegahan dan tata laksana balita stunting melalui sistem rujukan berjenjang mulai dari Posyandu ke Puskesmas dan RSUD. Namun, implementasi PNPK tersebut memerlukan dukungan lintas sektoral dan juga anggaran yang memadai sehingga dapat berjalan secara optimal.

Implementasi sistem rujukan berjenjang untuk balita telah mulai dilakukan di berbagai kota dan kabupaten. Sistem ini bertujuan untuk memastikan setiap balita mendapatkan akses tepat waktu ke perawatan kesehatan yang diperlukan, sehingga mampu mengurangi risiko stunting dan masalah kesehatan lainnya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Di Kabupaten Purbalingga, implementasi sistem rujukan berjenjang dilakukan dengan berkolaborasi antara pemerintah kota dan kabupaten, puskesmas, rumah sakit, dan berbagai stakeholder. Langkah-langkah penting telah diambil untuk memastikan setiap balita mendapatkan perawatan yang optimal termasuk dalam intervensi khusus untuk penanganan stunting.

Baca juga : Gerakan Passeddingeng Ganjar Gelar Pelatihan Kerajinan Tangan Bagi Warga Bone

Kabupaten Purbalingga melakukan intervensi khusus dengan perlindungan tiga lapisan untuk menekan prevalensi stunting. Berdasarkan survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 prevalensi stunting Kabupaten Purbalingga pada angka 26,8 persen. Angka prevalensi ini malah naik 10 persen dibandingkan 2021 yang sebesar 16,8 persen.

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Purbalingga Jusi Febrianto menjelaskan, tiga lapisan intervensi. Pertama, melalui pemberian susu dan telor di setiap posyandu. Kedua, dilakukan di Puskesmas berupa deteksi sedini mungkin sebelum stunting. Pada kasus stunting diberikan pemberian makanan tambahan (PMT) selama 2 minggu sampai 1 bulan, dan dikoreksi. Ketiga, melalui pemberian Pangan Olahan Untuk Kondisi Medis Khusus (PKMK), yang hanya bisa diberikan dari Rumah Sakit.

"Metode ini dirasa cukup efektif menurunkan angka stunting. Di desa Karangaren, selama 6 bulan dapat menurunkan 6 persen stunting dari 18 persen menjadi 12 persen. Diharapkan apabila anggaran cukup, bisa diterapkan ke 57 desa lainnya," jelas Jusi.

Dokter anak Adrian mengatakan, upaya penurunan stunting di Purbalingga juga dengan mengedukasi masyarakat untuk terus aktif memberikan informasi mengenai tumbuh kembang anaknya yang terkena stunting.

Baca juga : Cegah Kemacetan Parah, Angkutan Barang Dibatasi

“Informasi itu biasanya mereka (ibu dari anak stunting) sampaikan melalui salah satu aplikasi berkirim pesan dan panggilan. Mereka diberi akses untuk menginformasikan kepada petugas kesehatan mengenai upaya yang telah dilakukan guna menurunkan stunting,” jelasnya.

Adrian menjelaskan, ibu dari anak stunting yang diintervensi dengan PKMK mengaku anaknya mengalami peningkatan berat badan yang sesuai dengan rekomendasi dokter.

Sementara, di Magetan, menurut Dokter Anak RSUD RSUD Sayyidiman Magetan Rahma Anindita, untuk mengatasi tingginya angka balita stunting Pemkab Magetan pada 2023 menganggarkan Rp 800 juta rupiah untuk pembelian susu Pangan Olahan Untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK). Dengan semakin meningkatnya pemahaman masyarakat terkait penanganan stunting sehingga banyak dari orang tua balita stunting yang melakukan rujukan ke RSUD Sayyidiman Magetan untuk mendapatkan penanganan balita stunting tahun 2023.

“Tata laksana poros posyandu pusat rumah sakit itu sudah direplikasi seluruh kecamatan di Kabupaten Magetan sehingga kebutuhan PKMK protein hewani setelah semua sadar akan pentingnya (penanganan) stunting itu akhirnya meningkat tajam,” jelasnya.

Baca juga : Borneo FC, Sihran Siap Bersaing Dengan Pemain Asing

Direktur Eksekutif Habibie Institute Public Policy and Governance (HIPPG) Widya Leksmanawati Habibie mengajak lintas sektor untuk turut andil dan peduli dalam upaya menekan angka stunting. "Kerja sama lintas sektor dalam sistem rujukan diperlukan untuk menyelamatkan balita dari stunting,” jelas Widya.

Hal ini merupakan langkah penting guna meningkatkan kualitas hidup anak-anak di Indonesia. Dalam upaya ini, pemerintah pusat dan daerah, sektor kesehatan, swasta, komunitas, serta masyarakat setempat harus bekerja bersama-sama.

Melalui kolaborasi yang erat, masyarakat dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang optimal bagi setiap balita, dan memastikan generasi masa depan yang lebih sehat dan berkualitas.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.