Dark/Light Mode

Setelah AD, AL Dan AU

Muncul Ide, TNI Angkatan Siber Untuk Perang Di Dunia Maya

Rabu, 9 Agustus 2023 08:16 WIB
Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto. (Foto: Ist)
Gubernur Lemhannas, Andi Widjajanto. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah Angkatan Darat (AD), Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU), muncul ide dibentuk Angkatan Siber. Tugas angkatan tersebut untuk perang di dunia maya seiring dengan meningkatnya ancaman siber.

Ide penambahan matra diusulkan Gubernur Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhannas), Andi Widjajanto. Dia terinspirasi dari Singapura yang memiliki digital and intelligence service sebagai angkatan keempat kemiliteran. 

"Apakah Indonesia nanti seperti Singapura punya Angkatan Siber melengkapi Angkatan Darat, Angkatan Laut dan Angkatan Udara, saya harus menawarkan roadmap-nya," kata Andi pada acara Seminar Nasional Ketahanan Nasional Transformasi Digital Indonesia 2045 di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (7/8).

Dia bilang, Singapura melakukan itu karena ada kebutuhan di sektor pertahanan seiring berkembangnya teknologi. Indonesia, kata dia, perlu mempelajarinya apakah perlu membentuk Angkatan Siber atau tidak. 

Untuk diketahui, Singapura mempersiapkan pembentukan Angkatan Siber selama tujuh tahun. Angkatan ini diresmikan pada Oktober 2022. Sedangkan jumlah pasukannya mencapai 3.000 orang. Angka itu akan terus bertambah menjadi 12.000 orang dalam kurun waktu delapan tahun mendatang.

"Mereka punya seragam hijau untuk AD, seragam putih untuk AL, seragam biru AU dan abu-abu untuk Angkatan Digital dan Intelijen," lanjut Andi.

Baca juga : Satkar BMK 1957 DKI Angkatan Pertama Dikukuhkan

Menanggapi usulan tersebut, DPR buka suara. Anggota Komisi I DPR, Rizki Natakusumah mendukung, usulan Gubernur Lemhannas. Kata Rizki, gagasan tersebut berguna untuk memperkuat lembaga keamanan siber agar tak kalah oleh para hacker.

"Kami harap gagasan-gagasan semacam ini bisa mendongkrak lembaga keamanan siber yang sudah ada untuk terus memperkuat diri mereka," kata Rizki, kemarin. 

Angkatan Siber, kata politisi Partai Demokrat itu, menarik untuk dibahas lebih lanjut. Karena sejalan dengan perkembangan dunia yang serba digital. Cepat atau lambat, lanjut Rizki, Indonesia perlu menyambut perubahan bentuk ancaman pertahanan negara. 

"Memang banyak yang perlu dipersiapkan. Seperti dari segi anggaran, kesiapan sumber daya manusia, hingga roadmap yang jelas," terang dia. 

Sementara, Ketua Komisi I DPR, Meutya Hafid mengatakan, usulan Gubernur Lemhannas  baik untuk jangka panjang. Namun untuk sekarang, belum perlu. Masih banyak hal terkait siber yang harus dibenahi Pemerintah. Misalnya kolaborasi unit-unit siber yang selama ini dilakukan oleh sejumlah kementerian dan lembaga secara terpisah. 

“Sebenarnya ini pekerjaan rumah yang ada di depan mata," sebut Meutya. 

Baca juga : Setelah Bali, Bos Pertamina Cek Penyaluran LPG 3 Kg Di Sumsel

Menurut Ketua DPP Golkar itu, Pemerintah mesti memprioritaskan pengamanan data. Jangan sampai kebocoran data yang terjadi belakangan ini dianggap hal sepele. 

"Bukan membuat angkatan perang dulu, tapi bagaimana mengamankan data. Selama kebocoran data masih terjadi mirip dengan pembiaran, Angkatan Siber masih menjadi diskursus yang jauh," jelasnya. 

Karena itu, Meutya mendorong Pemerintah fokus memperkuat perlindungan data terlebih dulu. Sedangkan wacana pembentukan Angkatan Siber dapat ditindaklanjuti apabila permasalahan kebocoran data telah dibenahi.

"Step by step ya, fokus perlindungan data dulu lalu bicara perkuatan TNI dengan menghadirkan angkatan keempat. Di Singapura juga mereka relatif sudah selesai dulu dengan permasalahan bocor data," tegas politisi berlatarbelakang jurnalis itu. 

Lalu apa tanggapan pengamat soal ide Angkatan Siber? Pengamat Militer dan Intelijen, Anton Aliabbas mengatakan, usulan Gubernur Lemhannas merupakan hal wajar. Juga, dapat dipahami di tengah perkembangan keamanan global yang tidak menentu. 

"Jika sebelumnya hanya dikenal darat, laut dan udara, maka ke depan akan bertambah dengan adanya perkembangan siber dan ruang angkasa," terang Anton kepada Rakyat Merdeka, kemarin. 

Baca juga : Nelayan Ganjar Rangkul Pelaut Ogan Ilir Untuk Jaga Populasi Ikan Air Tawar

Menurut Anton, peperangan ke depan akan semakin canggih. Bukan lagi yang terlihat di permukaan, tapi lebih mengutamakan lintas medan dan platform.

“Cuma perhatian terhadap pertahanan siber tidak melulu harus diwujudkan dalam bentuk matra militer tersendiri,” katanya.

Menurut dia, ada dua opsi lain yang juga diamini oleh sejumlah negara, yaitu dijadikan unit khusus dalam sebuah matra atau dikendalikan dalam sebuah komando militer gabungan. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.