Dark/Light Mode

Cegah Intoleransi, Perempuan Sangat Krusial Tentukan Pola Pikir Keluarga

Sabtu, 2 September 2023 19:06 WIB
Aktivis Perdamaian, HAM, dan Perempuan, Dwi Rubiyanti Kholifah (Foto: Istimewa)
Aktivis Perdamaian, HAM, dan Perempuan, Dwi Rubiyanti Kholifah (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sosok perempuan memiliki peran penting dalam menjaga keamanan dan ketertiban di masyarakat. Perempuan tidak boleh dipandang hanya sebagai ibu rumah tangga, melainkan memiliki peran penting dalam mencetak generasi bangsa. Dalam konteks pencegahan pemahaman intoleran dan radikalisme yang mengarah kepada terorisme, peran perempuan menjadi sangat krusial dalam menentukan pola pikir keluarga. 

Aktivis Perdamaian, HAM, dan Perempuan, Dwi Rubiyanti Kholifah, berpendapat bahwa seorang ibu memiliki kuasa otoritatif dalam membentuk karakter dan konstruksi berpikir anak. Selain itu, ibu memiliki ikatan emosional kuat dengan anak-anak. Maka, ibu sangat bisa memengaruhi anaknya untuk tidak terlibat di dalam ekstrimisme.

Menurut Ruby, hal inilah yang perlu dijaga. Jangan sampai peran otoritatif orang tua disalahgunakan untuk memaksa atau mengajak anak dalam berbuat hal yang menyalahi aturan. Keluarga Dita, pelaku bom Surabaya 2018, merupakan salah satu potret pelaku teroris yang mengajak keluarganya untuk ‘beramaliyah’.

“Perempuan sangat bisa dan otoritatif untuk menggeret anak-anak mereka terlibat di dalam terorisme. Laki-laki biasanya kalau terlibat itu sendirian aja, tapi kalau perempuan terlibat di aksi teror mereka ngajak anaknya,” ujar Ruby Kholifah, dalam keterangan yang diterima, Sabtu (2/9). 

Baca juga : Mak Ganjar Sumatera Barat Dorong Peran Perempuan Tingkatkan Ekonomi Keluarga

“Bayangkan kalau para ibu dan anak-anaknya terlibat aksi-aksi begini, tentu semakin mengerikan nasib bangsa,” lanjutnya. 

Ruby berpendapat, dalam penanganan konflik maupun pencegahan radikal terorisme, kaum perempuan juga perlu dilibatkan. Meski masih ada yang menganggap sebelah mata, namun perempuan dinilai memiliki naluri tersendiri dalam mendeteksi dini perubahan sosial di lingkungannya. 

Menurut perwakilan Asian Muslim Action Network (AMAN) di Indonesia ini, satu dari 100 wanita berprestasi di dunia versi British Broadcasting Corporation (BBC) 2014 ini, kaum ibu dapat memberikan data dan fakta karena terlibat dalam banyak hal di lingkungannya. Misalnya mengurus posyandu, lansia, anak anak, kebersihan dan aktivitas lainnya. Jika ada sesuatu yang tidak wajar, para ibu-ibu dapat memberikan rekomendasi untuk mengambil keputusan dalam konteks menjaga keamanan dan ketertiban di lingkungannya.

“Ketika ada fenomena, saat ada sekelompok orang memengaruhi dengan cara-cara tertentu menjauhkan dari nilai-nilai di masyarakat, yang guyub saling membantu dan sebagainya itu menjadi eksklusif, nah itu biasanya perempuan sangat tahu,” kata Ruby.

Baca juga : Riset Populix: 82 Persen Masyarakat Indonesia Suka Belanja Online

Untuk membangun kemampuan tersebut, maka dibutuhkan pembelajaran dan peningkatan keahlian bagi perempuan. Salah satunya adalah membangun cara pikir atau berpikir kritis. Hal ini berhubungan dengan kemampuan memahami hak, dan kemampuan menganalisa.

Dengan begitu, terangnya, seorang perempuan peka terhadap sekitar, mampu mengindentifikasi dan menyelesaikan konflik. Jangan sampai perempuan tersebut malah menjadi eskalator konflik itu sendiri. 

“Kita bekali mereka tentang teknik berdialog, teknik mediasi agar kalau ada persoalan di tingkat keluarga maupun tetangga mereka berani untuk melakukan dialog,” kata Ruby. 

Oleh karena itu, menurut Ruby, baik sosok ayah maupun ibu sama-sama menjadi pilar keluarga dalam membangun keluarga yang inklusif dan toleran. Tanggung jawab membentuk karakter, pola pikir dan tingkah laku tidak bisa di bebankan pada satu orang saja.

Baca juga : Rambah Bali, DPW Perhimpunan Rakyat Progresif Siap Ciptakan Harmonisasi

Orang tua dituntut untuk bekerja sama untuk dapat memastikan bahwa keluarga itu dalam kondisi yang aman keluarga memiliki lingkungan yang sehat untuk bertumbuh dan terbuka, sehingga apapun yang terjadi kepada anggota keluarga itu bisa dideteksi lebih dini.

“Kalau perspektif orang tua tidak punya perspektif bahwa bernegara ini adalah ber-NKRI maka akan sulit dia akan digoyahkan dengan ideologi-ideologi yang mengarah kepada melawan negara. Ini bahaya banget,” tekan Ruby. 

Ruby menekankan pentingnya membangun wawasan kebangsaan kepada orang tua, menanamkankan jiwa persatuan, dan kebhinekaan yang menjadi identitas bangsa untuk diwariskan kepada anak-anaknya. Komunikasi antar keluarga menjadi kunci untuk berbagi peran dalam membangun karakter anak-anak bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

“Semua warga negara Indonesia punya kewajiban yang sama. Nah, caranya yang mungkin beda-beda. Karena caranya mungkin berbeda, bukan berarti satu lebih tinggi daripada yang lain kewajibannya, enggak. Tetap keduanya memiliki kewajiban yang setara,” tandas Ruby.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.