Dark/Light Mode

GFF Healthcare 2023 Tekankan Pentingnya Transformasi Kesehatan

Kamis, 5 Oktober 2023 23:47 WIB
Penutupan Program Global Future Fellows 2023: Advancing Southeast Asia’s Predictive Healthcare, di Jakarta, Kamis (5/10). (Foto: Istimewa)
Penutupan Program Global Future Fellows 2023: Advancing Southeast Asia’s Predictive Healthcare, di Jakarta, Kamis (5/10). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Program Global Future Fellows 2023: “Advancing Southeast Asia’s Predictive Healthcare” (GFF Healthcare 2023) oleh Pijar Foundation resmi ditutup, Kamis (5/10), di Jakarta dengan presentasi hasil dan diskusi dengan Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin.

GFF Healthcare 2023 merupakan program residensi yang bertujuan mendorong sinergi antara sektor publik, privat, dan komunitas dalam proses transformasi kesehatan nasional dan regional. Selama empat hari, 41 peserta (fellows) yang terdiri dari pelaku dan pemain strategis sektor kesehatan, mulai dari dokter, kementerian, hingga perusahaan rintisan, dari 6 negara Asia Tenggara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Thailand, dan Filipina) terlibat dalam serangkaian diskusi mendalam, pemberian materi oleh para ahli, serta kelas khusus (masterclass) mengenai kolaborasi. Semua hasil diskusi ini dikonsolidasikan dalam White Paper 'Rencana Aksi Bersama', yang kemudian akan dikoordinasikan dengan para pemangku keputusan terkait.

Menkes Budi Gunadi Sadikin menekankan pentingnya kolaborasi dan kerja cepat dalam memperbaiki tingkat kesehatan Indonesia. “Saya, dan kita, ini dikejar waktu. Pertama, masa kerja saya hanya 3 tahun 9 bulan. Kedua, Indonesia dikejar target 2030, yang tahun itu puncak bonus demografi kita yang akan menentukan kemampuan kita melewati batasan dari negara berpendapatan menengah ke pendapatan tinggi,” ujar Menkes.

Baca juga : Geledah Rumah Staf SYL, KPK Temukan Catatan Penting Korupsi Kementan

“Jika periode ini terlewat, kita akan terus jadi negara menengah selamanya. Untuk memaksimalkan bonus demografi, kita butuh masyarakat yang pintar dan juga sehat. Karena itulah, kita harus kerja cepat dan melakukan banyak gebrakan,” lanjut Menkes.

Perubahan terbesar, menurut Menkes, adalah perubahan fundamental dari arah kegiatan kementerian. Menurutnya, saat ini sekitar 80 persen waktu dan anggaran diarahkan untuk mengobati yang sakit, bukan mengupayakan masyarakat yang sehat. Padahal, menjadikan masyarakat yang sehat harusnya jadi fokus utama karena lebih efektif dan lebih murah untuk kesejahteraan jangka panjang.

“Pendekatan ini yang sedang kami ubah. Salah satunya melalui transformasi digital. Pemerintah sedang mendorong rumah sakit dan fasilitas kesehatan (faskes) daerah untuk melakukan standarisasi dan digitalisasi rekam medis dan database hingga akhir tahun ini," ucapnya.

Baca juga : RSUD Ulin Banjarmasin Perkuat Transformasi Pengadaan Barang Digital

Data yang terpusat dan dapat diakses dengan mudah akan mengubah wajah kesehatan Indonesia. "Pasien akan punya rekam jejak personal yang reliabel dan portabel, dan secara makro, kita bisa menggunakannya untuk prediksi penyakit dan pengobatan ke depannya. Di sisi lain, data seperti ini akan mendorong transparansi dan pemerataan harga layanan kesehatan,” jelas Menkes.

Untuk melakukan ini semua, Menkes menekankan pentingnya kolaborasi multisektor dan multipihak, seperti saat dulu berbagai lapisan masyarakat gotong-royong mempercepat proses vaksinasi nasional.

Kerja Sama Multisektor dan Regional

Dengan semangat kerja sama inilah GFF Healthcare 2023 hadir. Direktur Kebijakan Publik Pijar Foundation Cazadira F Tamzil mengatakan, belajar dari pandemi Covid-19, saat ini masalah kesehatan tak hanya fokus satu negara, melainkan lintas negara. Terlebih setelah Indonesia menjabat sebagai ketua ASEAN pada tahun 2023, kesehatan juga diangkat sebagai isu kritis untuk masa depan.

Baca juga : HUT Ke-25, Bank Mandiri Pertegas Inovasi Layanan Hingga Transformasi Bisnis

Seperti juga yang ditekankan dalam oleh ASEAN Leaders’ Declaration on One Health Initiative. Karena itu, menurut Cazadira, saatnya untuk mengubah sistem kesehatan yang bersifat introspektif, kuratif, dan reaktif menjadi pendekatan yang lebih kolaboratif, prediktif, dan efektif secara regional.

“Meskipun tidak ada sistem perawatan kesehatan nasional yang sama, pandemi membuat negara-negara semakin menyadari bahwa tantangan kesehatan sangat kompleks dan memerlukan solusi inovatif dan kolaboratif melibatkan sektor publik, swasta, dan masyarakat. Melalui GFF Healthcare ini saya percaya bahwa pada akhirnya, solusi kesehatan tidak hanya tentang obat-obatan atau perangkat medis, tetapi juga tentang berbagai regulasi pendukung, mekanisme distribusi, dan keterlibatan masyarakat,” ujar Cazadira.

Untuk mendukung pemeriksaan kesehatan berbasis analisis prediktif dan pelayanan kesehatan preventif di ASEAN, GFF Healthcare 2023 memberikan sejumlah rekomendasi. Salah satunya adalah mengembangkan ekosistem riset dalam teknologi kesehatan berbasis AI dan mempermudah proses integrasi data lintas negara. Solusi ini menjadi dasar untuk mempercepat transformasi sistem kesehatan di Asia Tenggara.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.