Dark/Light Mode

Ekonomi Berkelanjutan Jadi Pionir Ketahanan Pangan Nasional

Sabtu, 21 Oktober 2023 19:59 WIB
Pakar Pertanian dari Universitas Wahid Haysim Semarang Unwahas, Nugroho Widiasmadi saat mengarahkan petani untuk menjaga ketahanan pangan dengan ekosistem berkelanjutan. (Foto: Istimewa)
Pakar Pertanian dari Universitas Wahid Haysim Semarang Unwahas, Nugroho Widiasmadi saat mengarahkan petani untuk menjaga ketahanan pangan dengan ekosistem berkelanjutan. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pakar Pertanian dari Universitas Wahid Haysim Semarang (Unwahas), Nugroho Widiasmadi mengatakan, ekosistem berkelanjutan menjadi pionir dalam menjaga ketahanan pangan.

Menurut Nugroho, ekosistem berkelanjutan meliputi variabel tanah, air, dan udara.

"Sehingga jaminan kesehatan dan kesuburan akan memberikan buah hasil tanaman yang baik untuk dimakan dari generasi ke generasi," kata Nugroho, dalam keterangannya, Sabtu (21/10).

Dia berharap Pemerintah lebih memperhatikan ekosistem berkelanjutan. Tidak meremehkan dampak dari kebijakan yang mengeksploitasi alih fungsi lahan dan impor.

Baca juga : Isu Gibran Jadi Cawapres, Ini Pandangan Romo Benny

"Kita rasakan saat ini, misalnya tekanan ekonomi dan perubahan iklim global," ungkapnya.

Menurut Nugroho, mengatasi krisis pangan, terutama beras tidak dengan impor atau menanam tumbuh-tumbuhan sebagai pendamping beras. Ini, dinilai Nugroho, akan tetap sia-sia.

"Ketahanan pangan harus diiringi dengan kebijakan fundamental ciptakan kantong atau lumbung pupuk dan lumbung pakan, untuk mengisi lumbung pangan," ucap dia.

"Semua komponen tersebut ada di desa, dengan teknologi biosoildam MA-11 semua dapat diwujudkan dengan cepat, mudah, dan terukur," sambungnya.

Baca juga : Ahok: Gibran Belum Berpengalaman, Tuntasin Dulu Jadi Wali Kota

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), impor bahan pangan Indonesia mencapai US$ 16,09 miliar atau sekitar Rp 248,63 triliun pada tahun 2022.

Impor pangan terbesar termasuk gandum, gula, kedelai, susu, daging, dan buah-buahan. Negara-negara seperti Australia, Kanada, Brazil, Argentina dan Ukraina menjadi penyuplai utama gandum.

"Perlu dicatat, Indonesia harus mengimpor gandum karena tidak memproduksinya sendiri, meskipun mie instan yang sangat populer di Indonesia terbuat dari gandum," jelas dosen Dosen Unwahas itu.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengatakan, tahun 2023 sebagai tahun yang penuh tantangan. Bukan hanya bagi Indonesia, tetapi juga dunia.

Baca juga : Dukung Gibran Jadi Cawapres Prabowo, Ini Alasan Partai Gelora

Kenaikan suhu bumi yang memicu El Nino panjang menjadi salah satu faktor utama yang memengaruhi ketersediaan pangan global.

Indonesia, diakui Jokowi telah melakukan upaya antisipasi dengan mempersiapkan cadangan beras yang memadai.

Seiring waktu, infrastruktur yang diperlukan untuk menjaga ketahanan pangan telah dibangun, termasuk waduk, ribuan embung, dan jaringan irigasi. Namun, tantangan yang dihadapi, terutama dalam situasi El Nino, masih mengandalkan impor sebagai solusi.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.