Dark/Light Mode

Kehadiran Perpustakaan Dapat Dorong Keahlian Masyarakat Produksi Barang

Senin, 20 November 2023 13:28 WIB
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kiri) bersama Pj Gubernur Sulawesi Barat Zudan Arif Fakrulloh meresmikan Gedung Layanan Perpustakaan Umum Sulawesi Barat di Mamuju, Senin (20/11). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kepala Perpusnas Muhammad Syarif Bando (kiri) bersama Pj Gubernur Sulawesi Barat Zudan Arif Fakrulloh meresmikan Gedung Layanan Perpustakaan Umum Sulawesi Barat di Mamuju, Senin (20/11). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Perpustakaan hadir untuk membentuk karakter dan jati diri bangsa. Kehadirannya sangat penting agar Indonesia dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia. 

Untuk mengoptimalkan peran perpustakaan, diperlukan perubahan paradigma pendidikan dan literasi di masyarakat. Pendidikan dan literasi jangan lagi berfokus pada baca tulis, tapi harus mengarah ke menghasilkan produk.

Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) Muhammad Syarif Bando mengatakan, Indonesia sudah 78 tahun merdeka. Tapi, selama ini, fokus pendidikan masih ke baca tulis.

"Bandingkan dengan Jepang (saat berusia) 30 tahun, memiliki visi di dunia pendidikan dan industrialisasi. Ketika sudah 60 tahun (pasca Perang Dunia II), menjelma menjadi negara informasi. Kemudian negara-negara di Asia Timur lainnya seperti China dan Korea. Ketika 40 tahun merdeka, menjelma sebagai negara produsen,“ ucap Syarif, dalam peresmian Gedung Layanan Perpustakaan Umum Provinsi Sulawesi Barat dan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM) di Mamuju, Senin (20/11). 

Ia menuturkan, perpustakaan bisa membawa masyarakat memiiki kedalaman pengetahuan yang bisa sampai kepada kemampuan produksi barang, dan jasa berkualitas tinggi. Jika ini dilakukan, Indonesia bisa memenangkan persaingan gloal. 

Baca juga : Tiba Di Sorong, Capres Ganjar Disambut Ribuan Masyarakat Secara Adat

“Perpustakaan dibangun karena jantungnya pendidikan bangsa, dengan catatan harus menjadi ruang terbuka. Dengan membaca bisa mengukur ilmu pengetahuan yang dimiliki,“ ucap Syarif. 

Perpusnas, tambahnya, memiliki lima tingkatan literasi, yakni baca tulis hitung (calistung) diserta pembentukan karakter, memiliki akses informasi dan pengetahuan melalui bahan bacaan, memahami yang tersirat dari yang tersurat, memiliki inovasi untuk maju, dan memiliki ilmu pengetahuan untuk memproduksi barang.

“Tidak perlu anggaran untuk menciptakan sesuatu. Semua ada dalam perpustakaan,“ imbuhnya. 

Pejabat (Pj) Gubernur Sulawesi Barat Prof Zudan Arif Fakrulloh menuturkan, sudah sewajarnya jika koleksi buku-buku perpustakaan harus banyak. Semakin banyak semakin bagus. Itu adalah level pertama dalam tata kelola perpustakaan. 

“Koleksi harus jadi akses sebanyak-banyaknya. Sebab, di Sulbar masih banyak masyarakat yang membaca secara manual. Namun perkemangan zaman juga membuat buku bisa dibaca secara digital melalui ponsel," ucapnya.

Baca juga : Kirim Perwakilan di Kongres HMI, Kader Kalimantan Kompak Dukung Nurdin Ardalepa

Dia melanjutkan, Perpustakaan Sulbar harus melakukan desain buku untuk didigitalkan, dan ada file digital yang bisa diakses masyarakat. "Perpustakaan juga harus datang ke desa bangun komunitas literasi di sana,“ imbuhnya.

Zudan melanjutkan, yang gemar membaca akan memiliki wawasan luas dan sikap yang bijak. Dia mengibaratkan dengan sumbu panjang.

“Kalau sumbu pendek kan, begitu api dinyalakan bakal langsung meledak. Sumbu panjang berbeda. Begitu api nyala, perlu waktu untuk sampai ke sumber ledakan. Bakal diolah, dianalisa sebelum diputuskan. Makin banyak membaca, masyarakat bisa kelola informasi," tandasnya.

Sementara, Sekretaris Daerah (Sekda) Sulbar Muhammad Idris menyatakan, wilayahnya tertinggal dalam level literasi publik. Alasannya, karena ketiadaan ekosistem yang menjadi penyebab tumbuhnya literasi.

“Sebagai contoh, lembaga pendidikan. Seharusnya menjadi kunci munculnya atmosfer baru ekosistem literasi. Tapi, belum berani mengambil peran serta tanggung jawab yang lebih jauh lagi dalam menggalakkan literasi di Sulbar,“ ungkapnya. 

Baca juga : Papua Paru-paru Dunia Hutannya Wajib Dijaga

Idris melanjutkan, sulit mewujudkan hal itu hanya dengan ajakan-ajakan. Harus diperjuangkan oleh berbagai pihak. Kuncinya mendorong kebijakan literasi publik di tingkat struktural. Misalnya, Pemkot/Pemkab menjadi unit yang menyediakan infrastruktur, ekosistem dan dukungan-dukungan lain yang dibutuhkan masyarakat.

Pustakawan Ahli Utama Perpusnas Deni Kurniadi menambahkan, keberadaan Gedung Fasilitas Layanan perpustakaan Umum tak terlepas dari dukungan dan peran serta Pemerintah Pusat. Kemudian sinergitas antara Perpunas dengan Komisi X DPR membuat bangunan senilai Rp 15 miliar itu bisa hadir.

“Perpustakaan bukan hanya menjadi tempat mencari informasi. Tapi juga sebagai tempat berkumpul, beraktivitas, berlatih keterampilan dan juga pusat kebudayaan," ucapnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.