Dark/Light Mode

Pancasila Wadah Persatuan Anak Bangsa untuk Hidup Rukun dan Saling Kenal

Jumat, 1 Desember 2023 19:11 WIB
Presiden Lajnah Tanfidziyah Sarekat Islam Indonesia KH Muflich Chalif Ibrahim. (Foto: Istimewa)
Presiden Lajnah Tanfidziyah Sarekat Islam Indonesia KH Muflich Chalif Ibrahim. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Persatuan Indonesia merupakan salah satu nilai Pancasila yang menjadi pengikat kerukunan dan kebersamaan seluruh anak bangsa. Presiden Lajnah Tanfidziyah (Komite Eksekutif) Sarekat Islam Indonesia (SII) KH Muflich Chalif Ibrahim menjelaskan, bangsa Indonesia harus bersyukur karena disatukan dalam format negara berlandaskan Pancasila yang mampu mewadahi semua. 

Kerukunan antarpersonal, umat beragama, dan semua golongan itu aturannya sudah jelas diwadahi Pancasila. Tidak hanya berasaskan peraturan negara, pada agama Islam, persatuan sesama manusia juga sesuai dengan teladan Baginda Rasul Muhammad SAW,” terang Kiai Muflich, Jumat (1/12). 

Walaupun demikian, seluruh warga negara harus selalu melakukan introspeksi agar kerukunan dan kebersamaan dapat terpelihara dengan baik. "Yang namanya gangguan terhadap persatuan akan selalu ada. Jika tidak diantisipasi, ini bisa menjadi ancaman dari kerukunan itu sendiri, khususnya antar umat beragama," sambungnya.

Baca juga : Polda Periksa SYL Dan Anak Buahnya, KPK Koordinasi

Dia menerangkan, kerukunan antarsesama manusia bisa terwujud jika dalam hubungan antarpersonal tidak ada paksaan, baik secara fisik maupun nonfisik. Bahkan dalam hal pemikiran juga tidak boleh ada pemaksaan. Pemaksaan dengan segala bentuknya tidak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam.

Menurutnya, perbedaan yang ada pada masyarakat Indonesia justru bisa menjadi kekuatan selama semua pihak mau membuka ruang komunikasi dan dialog. Komunikasi yang baik bisa menjembatani perbedaan yang ada, hingga kemudian masyarakat sampai pada kesimpulan untuk bisa saling mengerti dan memahami kelompok yang berbeda.

Kiai Muflich melanjutkan, amat baik jika kerukunan ini juga datang dari kesadaran dan keinginan masing-masing anak bangsa. Dengan begitu, kerukunan yang tercipta memiliki dasar emosional dan spiritual yang sangat kuat dan mengakar pada setiap golongan dan kepercayaan.

Baca juga : Persib Vs Dewa United, Maung Bandung Waspada Mantan Orang Dalam

“Kita ingin suasana yang rukun, aman, dan damai itu memang sebenarnya begitu, bukan dirukunkan, diamankan, atau didamaikan. Jadi semangat persatuan Indonesia ini bisa berangkat dari kesadaran dan pemahaman antar umat beragamanya masing-masing. Pada tingkat ini, umat Islam tidak hanya diharapkan memiliki ilmu agama yang cukup, namun pemahamannya juga harus lentur, luwes, bisa menyesuaikan di mana dia tinggal,” ucapnya.

Dalam mengupayakan terwujudnya kerukunan, lanjut dia, tentu akan ada tantangan dari individu dan kelompok yang memiliki orientasi berbeda. Ketika menemukan yang demikian, masyarakat bisa meneladani Nabi Muhammad yang menjawab pernyataan sumbang dengan perkataan qalu salama atau membalasnya dengan sopan. Kesantunan menjadi ciri orang yang beriman dalam interaksinya dengan manusia lainnya.

Ia menambahkan, kesantunan sebenarnya erat kaitannya dengan akal. Manusia digariskan sebagai makhluk yang paling baik, karena memiliki dan menggunakan akalnya untuk mencerna wahyu Ilahi. Oleh karenanya, hanya orang yang memiliki akal sehat yang bisa mempraktikkan kesantunan. 

Baca juga : Hadiri Silaturahmi Anak Bangsa, Bamsoet Ajak Wujudkan Pemilu Damai Bermartabat

“Rasul pernah bersabda, agama itu adalah muamalah atau interaksi secara personal maupun antar golongan. Semakin bagus praktik muamalahnya, semakin santun interaksinya dengan manusia lain, maka semakin baik pula kualitas keagamaannya,” ucapnya.

Maka dari itu, lanjutnya, sangat disayangkan apabila belum apa-apa, masyarakat sudah menghakimi suatu informasi atau peristiwa yang belum jelas kebenarannya. Baru sekali mendengar atau membaca tulisan yang beredar, langsung percaya begitu saja.

Menutup penjelasannya, Kiai Muflich mengingatkan bahwa Islam bersifat universal. Islam diturunkan untuk menjadi rahmat seluruh alam dan tidak terbatas pada golongan tertentu saja. “Pada hakikatnya, manusia itu diciptakan untuk saling mengenal satu dengan lainnya,” pungkas Kiai Muflich.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.