Dark/Light Mode

UNFPA-BKKBN Diskusikan Realisasi Hak Perempuan dan Penanganan Stunting

Selasa, 5 Desember 2023 20:45 WIB
Kunjungan United Nations Population Fund (UNFPA) ke Kantor BKKBN, Jakarta Timur, Selasa (5/12). (Foto: Dok. BKKBN)
Kunjungan United Nations Population Fund (UNFPA) ke Kantor BKKBN, Jakarta Timur, Selasa (5/12). (Foto: Dok. BKKBN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) kedatangan Country Representative Badan Dana Kependudukan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) atau United Nations Population Fund (UNFPA) untuk Indonesia Hasan Mohtashami bersama jajarannya, di Kantor BKKBN, Jakarta Timur, Selasa (5/12). UNFPA datang melanjutkan kerja sama dengan BKKBN.

“Program-program kita akan berjalan bersama. Kami sangat bangga bisa bekerja sama dengan BKKBN dan akan terus-meneruskan kerja sama ini. Kita adalah teman, pertemanan antara dua institusi dan kita berharap ini akan terus berlanjut,” kata Hasan, membuka pertemuan dengan Kepala BKKBN Hasto Wardoyo.

Kerja sama BKKBN dengan UNFPA telah terjalin lama dan saling mendukung satu sama lain. Di antaranya pada program keluarga berencana, penurunan angka kematian ibu, penurunan angka kematian bayi, percepatan penurunan stunting, dan program lainnya terkait kependudukan. Hasan merupakan country representative untuk Indonesia yang baru menggantikan Anjali Sen. 

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengatakan, beberapa hal yang menjadi perhatian sangat penting bagi kedua institusi yaitu Age Specific Fertility Rate (ASFR), unmet need, angka kematian ibu, angka kematian bayi, dan stunting yang ternyata juga sangat berhubungan dengan keluarga berencana.

Baca juga : APBN 2024: Prioritas Pendidikan, Genjot Kualitas SDM Berdaya Saing

Hasto menjelaskan, ASFR masih 26,64 per 1.000 wanita usia subur (WUS) yaitu usia 15-19 tahun. Targetnya adalah 20. Kata dia, ini salah satu permasalahannya dalam kesehatan reproduksi.

“Jadi, sangat penting pendidikan kesehatan reproduksi ini, khususnya bagi remaja. Saya rasa perlu sistem informasi yang masif tentang kesehatan reproduksi ini di sekolah dan keluarga. Jadi kita punya 600 ribu Tim Pendamping Keluarga (TPK) khusus untuk stunting, juga untuk para ibu hamil dan calon pengantin. Jadi saya kira kita butuh mendukung perempuan selama kehamilan dan nifas dan perhatian pada balita juga,” kata Hasto.

Ia percaya, penggunaan alat kontrasepsi pasca melahirkan bisa sekaligus menurunkan angka stunting. “Pemasangan alat kontrasepsi setelah melahirkan, kalau itu sukses, saya kira stunting juga akan sukses turun. Karena jarak kelahiran (birth to birth interval) 36 bulan jarak idealnya sehingga anak sebelumnya bisa terperhatikan dengan baik agar tidak terjadi stunting,” terang Hasto.

Selain itu, permasalahan lainnya yang perlu diperhatikan dalam kerja sama BKKBN dan UNFPA ke depan adalah disparitas Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di seluruh provinsi di Indonesia yang masih tinggi.

Baca juga : DPR Apresiasi Realisasi Anggaran Dan Capaian Kemendes PDTT

“Pak Presiden Jokowi mengingatkan saya untuk menurunkan angka stunting menjadi 14 persen di 2024. Ini target yang ambisius. IPM di berbagai provinsi sangat beragam. Di Indonesia Timur seperti NTT, Papua, IPM-nya 68. DKI Jakarta 81, Bali 81. Saya kira disparitas ini sangat terlihat,” ucapnya.

Hasan Mohtashami mengatakan, kerja sama BKKBN dan UNFPA sangat diperlukan. Dia lalu menjelaskan, isu kependudukan bukan tentang angka dan jumlah anak semata, namun tentang bagaimana perempuan memilih yang mereka inginkan untuk dirinya sendiri.

“Faktanya, sekarang beberapa negara menua (penduduknya), fertilitas menurun. Mereka sudah mulai ‘ayo tambah anak’. ‘Kamu harus kurangi anak’ atau ‘kamu harus tambah anak’? Pembicaraan ini sangat salah, karena ini adalah tentang pilihan para perempuan, hak para perempuan. Jika perempuan ingin punya anak 1, 2 atau 3 atau 10, itu adalah keputusan mereka sendiri. Peran kita adalah menyediakan informasi dan pelayanan untuk para perempuan,” ucapnya.

Menurut Hasan, walaupun banyak isu penting lain yang sedang terjadi di dunia sekarang, UNFPA perlu memastikan hak-hak perempuan terealisasi dengan baik. Namun, terkadang di dunia ini perempuan sering terlupakan.

Baca juga : Firli Bahuri Dinonaktifkan, Dewas KPK Tetap Usut Dugaan Pelanggaran Etik

“Yang harus saya garisbawahi juga dokter Hasto, stunting juga penting. Saya selalu bilang, saya tidak naif, memang banyak prioritas lain di dunia ini, ada perubahan iklim, food security, kita ada perang, dan lain-lain. Stunting juga penting, vaksinasi penting, kemiskinan penting, dan seterusnya. Tapi saya harap kita tidak melupakan tentang perempuan ini. Karena kadang perempuan terlupakan,” jelas Hasan.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.