Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Usulan Presiden Jokowi mengganti istilah “radikalisme” menjadi “manipulator agama” jadi perbincangan hangat di media sosial. Berbagai tanggapan muncul dari para warganet. Ada yang setuju, ada yang nyablak ke mana-mana.
Diksi “manipulator agama” itu muncul ketika Presiden Jokowi memimpin rapat terbatas terkait kegiatan bidang Polhukam, di Istana Presiden, Kamis kemarin. Dalam rapat itu, Presiden mengatakan, perlu ada upaya serius untuk mencegah meluasnya paham radikalisme. Namun, dalam pengantarnya itu, Jokowi merasa perlu agar kata “radikalisme” diganti dengan diksi lain.
“Apakah ada istilah lain yang bisa kita gunakan. Misalnya manipulator agama. Saya serahkan kepada Pak Menko Polhukam (Mahfud MD) untuk mengkoordinasikan masalah ini,” kata Jokowi.
Sejak awal, di kabinet ini, Jokowi memang menugaskan Mahfud MD untuk memimpin program deradikalisasi. Saat “audisi” menteri pada 21 Oktober lalu, Jokowi mengajak Mahfud untuk berdiskusi mengenai masalah ini.
“Ada juga persoalan deradikalisasi. Sekarang ini pembelahan yang sifatnya primordial yang sebenarnya tidak perlu terjadi karena secara substansi sebenarnya tidak ada perbedaan yang tajam supaya disatukan kembali dalam konsep kebersatuan dalam keberagaman atau keberagaman dalam kebersatuan,” kata Mahfud, waktu itu.
Baca juga : Tagar #ManipulatorAgamaBerbahaya Jadi Trending Di Twitter
Usulan Jokowi ini mendapat tanggapan berangam. Ketua Komisi Dakwah MUI, KH Cholil Nafis, tak setuju dengan usulan ini. Cholil menilai, radikalisme dan manipulator agama adalah dua hal yang berbeda.
“Saya melihat antara manipulator agama dan radikalisme itu dua hal berbeda. Manipulator itu orang yang tahu kebenaran kemudian dia memanipulasi, membohongi. Sementara radikalisme itu paham yang mendalam tentang sesuatu dan paham itu jadi ekstrem,” kata Cholil.
Sedangkan Ketua PP Muhammadiyah, Prof Dadang Kahmad, menjadi pihak yang tak masalah dengan usulan ini. Yang paling penting, istilah itu tidak menyasar agama tertentu. Kemudian, harus ada upaya pengembalian keajaran agama yang sesuai tujuan awal.
“Silakan saja pengistilahan apa pun juga. Mau manipulator agama, mau radikal, juga tidak apa-apa. Tapi kalau mau ada penggantian istilah silakan saja,” kata Guru Besar Sosilogi Agama UIN Bandung ini, kemarin.
Di media sosial, tanggapan lebih beragam lagi. Bahkan, muncul tagar #ManipulatorAgamaBerbahaya, yang sempat bertengger di deretan trending topic Twitter Indonesia. Selain itu, tagar #ManipulatorAgama juga ramai.
Baca juga : Mahfud Minta Netizen Hati-hati Soal Penipuan Atas Nama Anaknya
Akun @intruder_vise menjadi salah satu yang mendukung penggantian istilah ini. “Setuju saya penggantian #radikalisme menjadi #Manipu latorAgama, dari segi bahasa dan makna menjadi jelas. Langkah pertama memang sangat menentukan,” tulisnya.
Akun @YuanitaRamadhan menimpali. “Semangat berjuang membasmi #ManipulatorAgama sebab #ManipulatorAgamaBerbahaya,” tulisnya dengan memasang dua tagar sekaligus.
Akun @agungsuryawidya juga merasa demikian. Diksi dari manipulator agama tidak tendensius menyerang agama tertentu. “Lebih general dan tidak tendensius. Leh uga,” tulisnya. “((( MANIPULA TOR AGAMA ))) oke lah, Not bad,” sahut @KangCasing.
Sebagian lagi gagal paham dengan istilah baru tersebut. Mereka malah membuat arti sendiri dari istilah baru itu dan mengaitkan ke hal/hal lain di luar koteks deradikalisasi.
Akun @Akub_Zeta contohnya. “MANIPULATOR agama itu: pejabat yg disumpah dengan qur’an, tapi ingkari ajaran qur’an, & menolak qur’an kecuali ayat2 yg menguntungkan,” tulisnya.
Baca juga : Panitera Pengganti Kasus Suap Saipul Jamil Ajukan PK
Pemilik akun @SoyaSaya1 juga sama. “Manipulator agama itu tak punya kapasitas di bidang agama tapi diserahi mengurusi agama,” sentil @SoyaSaya1.
Wasekjen Partai Demokrat, Andi Arief, ikut bicara. Dia mengaitkan istilah ini dengan sikap NU yang mulai lembut ke FPI. [SAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya