Dark/Light Mode

Dadakan, Mati Lampu Kaya Gempa Bumi

Senin, 5 Agustus 2019 07:53 WIB
Ngopi - Dadakan, Mati Lampu Kaya Gempa Bumi
Catatan :
SISWANTO

RM.id  Rakyat Merdeka - Listrik mati. PAM mati. Internet nya sinyalnya ‘Senin-Kamis’. Buat sekadar WA (whatsapp), kadang nyambung kadang tidak. Semuanya serba tiba-tiba. Mendadak tanpa pemberitahuan.

Kondisi ini kita alami, khususnya warga Jabodebatek. Bahkan kabarnya, warga Bandung dan sekitarnya, kebagian jatah juga. Kemarin, mati lampu berjam-jam. Sifatnya mendadak tanpa pemberitahuan.

Soal mati lampu, kita pasti sudah biasa. Mau yang lama atau pun seben tar. Ada yang sebelumnya sudah diumumkan bakal ada pemadaman bergilir. Ada juga yang sifatnya dadakan.

Tapi yang dadakan dan barengan seperti kemarin, mungkin jarang kita temui. Kalau kaya begini, saya jadi teringat gempa bumi pada Jumat (2/8) kemarin yang berpusat di wilayah Pandeglang, Banten. Apalagi ditambah peringatan potensi tsunami di beberapa wilayah.

Baca juga : Mal Luber, Lampu Darurat Laris Manis

Tentu saja, kepanikan nggak bisa dihindari. Warga yang sebelumnya sudah dibuat shock oleh gempa, tambah takut dengan tsunami. Kita saksikan berita di televisi, hingga malam warga di sekitar Banten bahkan tidak berani balik ke rumah.

Meskipun BMKG sekitar jam 11 malam sudah mencabut status peringatan tsunami. Tetap, warga berjam-jam dalam kepanikan.

Saat mati lampu kemarin, memang tidak ada kepanikan. Tapi berbagai luapan emosi pasti terjadi. Sabar, dongkol, marah hingga sumpah serapah mungkin ada. Apalagi bagi mereka yang mengalami kerugian langsung akibat mati lampu mendadak ini. Misalnya para pedagang yang usahanya sangat di- tentukan aliran listrik.

Bohong kalau mereka happy dengan mati lampu. Di dekat rumah saya, hampir semua kios-kios kecil tutup. Mulai dari peng usaha warnet, ikan hias, loundry, sampai counter pulsa. Lapaknya tutup. Tanpa listrik, mereka tidak bisa operasi.

Baca juga : Peringati Hari Koperasi, Astra Membatik Di Desa Bumiaji

Bahkan pengusaha ikan hias, sudah lapak tutup, rugi pula. Ikan dagangannya mati. Mesin air buat gelembung oksigen mati. Ikan-ikan- nya juga ikutan mati.

Beda dengan mini market, mereka masih bisa jualan. Listrik matik, mereka masih punya genset. Tinggal di nyalain, listrik pun mengalir. Tapi hanya layanan jual-beli yang bisa dilakukan. Layanan lain, seperti bayar listrik, PAM, beli tiket, top up dan lain-lain sementara terhenti.

Tak beda dengan pedagang, pihak rumah tangga nggak kalah ruginya. Mati lampu di hari libur ini benar- benar menyusahkan. Sebab, bagi suami-istri yang sehari-hari bekerja, hari Minggu itu waktunya selesaikan pekerjaan rumah.

Yang paling utama, tentu cuci baju dan setrika. Kalau listrik mati, nyuci masih bisa cara manual. Disikat dengan tangan. Pagi nyuci, sore sudah kering. Tapi setrika, sulit diganti manual.

Baca juga : Korea Tak Mau Kalah Hadapi Jepang

Sekarang mungkin sudah nggak ada, orang strika baju pakai alat yang di dalamnya di taruh arang. Listrik mati, setrika ikutan mati.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.