Dark/Light Mode

Pasokan Nikel Terganggu, Sentimen Positif Bagi NICL

Selasa, 4 Juni 2024 14:19 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pada kuartal I 2024, terdapat tekanan oversupply atas komoditas nikel yang terjadi di Indonesia menyebabkan penurunan harga yang signifikan.

Berdasarkan data dari Ditjen Minerba Kementerian ESDM, harga acuan nikel sejak periode September 2023 hingga Maret 2024 mengalami penurunan 23,08 persen.

Hal ini tentu berdampak negatif bagi Emiten pertembangan nikel di Indonesia, tak terkecuali emiten produsen nikel yakni PT PAM Mineral Tbk (NICL).

Emiten yang memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang telah mempunyai Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi di Desa Laroenai, Kecamatan Bungku, Pesisir, Sulawesi Tengah seluas 198 Ha, dan lahan konsesi pertambangan nikel seluas 576 Ha di Desa Lameruru, Kecamatan Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara melalui Entitas Anak Perseroan yaitu PT Indrabakti Mustika (IBM) ini, hanya mencatatkan laba bersih pada Triwulan I 2024 sebesar Rp 12,2 miliar.

Dari segi kinerja keuangan, pada triwulan I 2024 perseroan mencatatkan penjualan sebesar Rp 116,7 miliar, mengalami penurunan sebesar 54,98 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2023 sebesar Rp 259,4 miliar.

Penurunan ini disebabkan oleh penurunan volume produksi nikel karena RKAB Perseroan (NICL) baru terbit pada bulan Mei 2024 (Q2).

Namun, perseroan berhasil melakukan efisiensi beban pokok pendapatan dengan meningkatkan marjin laba kotor pada triwulan I 2024 menjadi 37,07 persen dari 36,92 persen pada triwulan I 2023.

Baca juga : Selangkah Lagi Jadi Anggota OECD, Ini Dampak Positifnya Bagi Indonesia

Seiring dengan menurunnya penjualan, laba usaha perseroan juga mengalami penurunan pada triwulan I 2024 tercatat Rp 19,5 miliar atau menurun 74,85 persen dibandingkan triwulan I 2023 sebesar Rp 77,8 miliar.

Sehingga dari sisi laba bersih, perseroan hanya mencatatkan keuntungan pada triwulan I 2024 sebesar Rp 12,2 miliar atau mengalami penurunan sebesar 78,92 persen dibandingkan dengan triwulan I 2023.

Penurunan tersebut disebabkan karena Persetujuan RKAB Entitas anak (IBM), yang baru disetujui pada akhir bulan Februari sehingga total penjualan yang tercatat pada triwulan I 2024 hanya merupakan penjualan selama Maret.

Dari sisi neraca, perseroan mencatatkan total aset pada triwulan I 2024 sebesar Rp 881,7 miliar, tumbuh signifikan dibandingkan dengan total aset pada triwulan I 2023 yaitu Rp 692,1 miliar.

Di sisi lain, total utang pada triwulan I 2024 tercatat Rp 123,9 miliar atau tidak berubah signifikan dari periode sebelumnya sebesar Rp 119,9 miliar.

Sementara, untuk total ekuitas perseroan mengalami peningkatan yaitu dari Rp 572,1 miliar menjadi Rp 757,7 miliar pada triwulan I 2024.

Hal ini disebabkan oleh peningkatan saldo laba perseroan. Hingga triwulan I 2024, PT PAM memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang berlokasi di Desa Buleleng, Kecamatan Bungku Pesisir, Kabupaten Morowali.

Baca juga : Pakar Hukum Soroti Tentang Geopolitik Global

Lahan tersebut merupakan lahan IUP Operasi produksi seluas 198 Ha dengan area tertambang seluas 47 Ha. Cadangan terkira daerah IUP Perseroan sebesar 3,7 juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,51 persen.

Untuk Entitas anak (PT IBM), memiliki lahan konsesi pertambangan nikel yang berlokasi kecamatan Langgikima, kabupaten Konawe Utara, provinsi Sulawesi Tenggara.

Lahan tersebut merupakan lahan IUP Operasi produksi seluas 576 Ha dengan area tertambang seluas 60,72 Ha.

Cadangan terkira dan terbukti sebesar 9,42 juta ton dengan kadar Ni sebesar 1,30 persen.

Pada triwulan II 2024 situasi geopolitik yang saat ini berkembang, di antaranya meluasnya sanksi AS dan Inggris terhadap Rusia terhadap ekspor bahan mentah dan larangan penjualan di London Metal Exchange (LME) dan Chicago Mercantile Exchange (CME).

Selain itu, insiden di Kaledonia Baru yang mempengaruhi operasional perusahaan pertambangan nikel yaitu terganggunya aktivitas produksi tambang dan beberapa pertambangan nikel di Australia mengalami gangguan pasokan akibat faktor biaya.

"Akibat beberapa sentimen ini, pasokan bijih nikel dunia terutama di Kaledonia Baru dan Australia tidak normal, yang diperkirakan dapat menjadi katalis positif untuk kenaikan harga dalam rantai industri nikel kedepannya," kata Direktur Utama NICL, Rudy Tjanaka, Selasa (4/6/2024).

Baca juga : Pancasila Menguatkan Etika Transisi Pemimpin Indonesia

Hal ini tercermin dengan meningkatnya harga acuan nikel di akhir April 2024 sudah meningkat 8,76 persen menjadi 17.424,52 dolar AS per dmt dibandingkan dengan periode Maret 2024 yang berada pada level 16.021,67 dolar AS per dmt.

Perseroan meyakini bahwa adanya beberapa sentimen positif tersebut, dan telah disetujuinya RKAB untuk tahun 2024.

Perseroan akan menggenjot produksi dan penjualan yang kemudian akan berdampak positif terhadap kinerja keuangan.

Pada semester ke II 2024, perseroan juga berencana untuk berproduksi sesuai kapasitas RKAB. Perseroan menilai bahwa dengan terganggunya proses produksi tersebut di atas, yang membuat terbatasnya supply nikel pada akhir triwulan I 2024 hingga awal triwulan II 2024.

Maka dengan adanya penambahan kapasitas produksi dan keluarnya RKAB diharapkan dapat meningkatkan harga jual yang berkelanjutan yang kemudian akan meningkatkan Average Selling Price (ASP) Perseroan.

"Perseroan menargetkan pencapaian penjualan hingga akhir tahun 2024 ini sebesar Rp 1,289 triliun dengan target laba sebelum pajak sebesar Rp 352 miliar. Perseroan berkeyakinan dengan iklim usaha industri yang kondusif, perseroan dapat mencapai target kinerja keuangan di atas," pungkas Rudy.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.