Dark/Light Mode

Hari Raya Keagamaan Momentum Penguatan Nilai Toleransi

Sabtu, 22 Juni 2024 05:32 WIB
Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal, KH Bukhori Sail At-Tahiri. (Foto: Istimewa)
Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal, KH Bukhori Sail At-Tahiri. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari Raya Idul Adha 1445 Hijriah baru saja dirayakan umat Islam di seluruh dunia. Ada yang berbeda pada Idul Adha tahun ini, yaitu banyak umat non-Muslim ikut menyumbangkan hewan untuk dikurbankan. 

Seperti di Masjid Istiqlal, dari 55 ekor sapi kurban yang diterima, 22 ekor di antaranya dari sumbangan non-Muslim, termasuk 1 ekor dari Gereja Katedral. Kemudian di Papua Barat, Ketua Adat Suku Arfak menyerahkan 21 ekor sapi untuk kurban di Kota Manokwari. Hal sama juga terjadi di Tolikara, Pj Bupati yang notabene non-Muslim juga menyerahkan satu ekor sapi untuk kurban.

Fenomena ini sekaligus mengulang war takjil yang terjadi pada Ramadan lalu. Saat itu, umat Nonis berbondong-bondong ikut menyerbu tempat penjualan makanan berbuka puasa di berbagai tempat di Indonesia. Tidak hanya itu, banyak kaum Nonis yang menyediakan takjil dan membagikan secara gratis di pinggir-pinggir jalan.

Membahas hal ini, Kepala Bidang Penyelenggaraan Peribadatan Masjid Istiqlal, KH Bukhori Sail At-Tahiri, menjelaskan bahwa hari raya keagamaan seperti Idul Adha dan Idul Fitri adalah momentum untuk saling berbagi kepada sesama. Ini penting agar kaum tidak beruntung yang kesulitan ekonomi bisa mendapatkan makanan yang layak. Apalagi kondisi ekonomi yang sulit bisa menjadi pintu masuk seseorang untuk masuk pada kelompok intoleran. 

Baca juga : Dibahas Di Rapat Kabinet, Daun Kratom Jadi Naik Daun

“Mereka yang terjaring untuk masuk terkadang merasa lebih diperhatikan oleh sesama kelompoknya ketimbang masyarakat pada umumnya. Di sinilah pentingnya Idul Adha yang baru saja kita rayakan kemarin sebagai wadah saling berbagi antar masyarakat, agar intensitas pengaruh kelompok intoleran bisa ditekan,” ujar Kiai Bukhori, di Jakarta, Jumat (21/6/2024).

“Saya setuju dengan yang berpendapat bahwa masuknya seseorang pada kelompok radikal berbasis kekerasan itu di antaranya karena kondisi ekonomi yang terpuruk, sehingga mereka lari kepada radikalisme. Hal yang demikian perlu kita perhatikan bersama,” imbuhnya.

Menurutnya, seluruh organisasi masyarakat serta lembaga keagamaan harus memerhatikan mereka yang dianggap rentan terpapar agar tidak mengikuti kelompok radikal. Salah satu caranya adalah dengan memberikan bantuan-bantuan ketika even besar keagamaan, seperti ketika Ramadan dan perayaan Idul Adha. Itu tidak hanya buat umat Muslim, tapi seluruh bangsa Indonesia.

Ia beranggapan, jika kesejahteraan umat perlu diperhatikan, sehingga mereka tidak mudah dipengaruhi. Ibadah kurban adalah salah satu cara untuk berkontribusi pada lingkup yang lebih luas dan membantu masyarakat sekitar mengakses sumber protein dari daging hewan yang dikurbankan.

Baca juga : Khawatir Ada Suap, Keluarga Pegi Setiawan Minta KPK Pantau Praperadilan

Selain dibagikan pada sesama Muslim, daging kurban sebenarnya diprioritaskan untuk mereka yang lemah secara perekonomian. Hal ini bisa berarti warga ataupun tetangga yang beragama Islam, ataupun dari agama lain. Terkadang daging kurban juga dibagikan pada mereka yang baru menyatakan keislamannya, sebagai penghibur dan bentuk bantuan.

“Salah satu hikmah Idul Kurban itu sebenarnya adalah untuk memberi kesejahteraan kepada masyarakat luas, sehingga bisa mengatasi gejala-gejala untuk menjadi eksklusif dan merasa tidak diperhatikan,” ujar Kiai Bukhori.

Selain itu, hari raya berkurban juga dapat menjadi jembatan penghubung komunikasi umat lintas agama. Misalnya saja, Masjid Istiqlal di Idul Adha tahun ini menerima hewan kurban dari sahabat nonmuslim.

Kiai selaku unsur pengurus Masjid Istiqlal ini pun menuturkan, pembagian daging kurban ini tidak terbatas hanya untuk yang Muslim, yang beragama lain juga ikut menerimanya. Ini menunjukkan kepedulian sosial terhadap semua kalangan, terlepas apapun agamanya.

Baca juga : Anas Berharap Kurban Jadi Momentum Untuk Penyadaraan

“Mereka (yang non-Muslim) juga kita bagikan, karena statusnya mereka adalah tetangga-tetangga kita yang memang berhak mendapatkan distribusi daging kurban tersebut. Selain membagikan, Masjid Istiqlal juga beberapa kali menerima bantuan atau hadiah berupa hewan kurban untuk disembelih saat Idul Adha. Ini menunjukkan cairnya hubungan antar umat beragama di Indonesia,” tambahnya.

Ia berharap agar perayaan keagamaan seperti Idul Adha bisa didukung semua pihak. Sebabnya, perayaan keagamaan menggerakkan roda perekonomian masyarakat di daerah-daerah. Selain banyak masyarakat yang terbantu karena mendapatkan daging kurban, kegiatan jual beli serta distribusi hewan kurban yang serentak dilakukan dalam skala nasional dinilainya mampu memberikan efek moneter yang positif.  

“Secara ekonomi juga, bayangkan distribusi hewan kurban ini di musim kurban, itu datang dari mana saja, bahkan ada sapi yang dari Bali dikirim hingga Jakarta. Di Jakarta pun dengan datangnya sapi itu berarti ekonomi hidup, dan memberikan manfaat untuk banyak kalangan yang terlibat di dalamnya, saya kira ini semua sangat positif. Mudah-mudahan, semua masyarakat, baik yang muslim ataupun lainnya di Indonesia, bisa mendapat manfaatnya,” pungkasnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.