Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Pemerintah meminta rakyat jangan panik, harus tenang dan tetap waspada menghadapi mewabahnya corona. Tapi, beberapa kebijakan yang diambil pemerintah sekarang justru terkesan bikin panik.
Sekolah diliburkan, kerja nggak harus ke kantor, beribadah di rumah saja, mau tes corona susah, cari masker dan hand sanitizer juga di sebagian tempat masih sulit. Jadi, tolong dong kasih tahu rakyat gimana caranya biar gak panik...
Imbauan jangan panik ini disampaikan para pejabat hampir setiap hari. Mulai dari Presiden, Menteri, Gubernur, sampai Bupati dan Wali Kota. Katakatanya hampir sama, “Jangan panik tapi tetap waspada.” imbauan ini kembali diulang Presiden Jokowi pada kalimat pamungkas pidatonya, di istana Bogor, kemarin.
Jokowi meminta masyarakat tetap waspada hingga ‘mengisolasi diri’ secara mandiri untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. “Dengan kondisi ini, saatnya kita kerja dari rumah, belajar dari rumah, ibadah di rumah,” kata Presiden.
Para kepala daerah lain lagi. Selain mewanti-wanti, banyak kepala daerah sudah mengeluarkan kebijakan penting. Misalnya, meliburkan sekolah selama dua minggu ke depan. Menutup tempat-tempat wisata, juga membolehkan pegawainya kerja dari rumah.
Baca juga : Bebas dari Corona, Wisata Candi Aman Dikunjungi Wisatawan
Kepala daerah yang mengambil kebijakan ini antara lain Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Gubernur Jawa tengah Ganjar Prabowo, dan Gubernur Banten Wahidin Halim.
Menanggapi kebijakan ini, banyak masyarakat yang senang. tapi ada juga yang heran, dan tetap tidak bisa menghilangkan rasa takut dan panik. Apalagi, alat-alat untuk “melindungi” diri dari corona tak mudah didapat dan dibeli. Masker susah didapat, hand sanitizer dan antiseptik juga langka.
Di Jakarta dan Tangerang contohnya, masker masih sulit didapat. Kalau pun ada, pembeliannya dibatasi. Hand sanitizer juga sama. Selain itu, untuk yang mau memeriksakan diri terpapar tidaknya corona, juga tak sekilat seperti diutarakan. Tak semudah seperti yang dibayangkan.
Misalnya, kemarin puluhan wartawan yang hendak melakukan tes corona harus gigit jari karena batal diperiksa. Padahal, para wartawan itu sudah mendapat tawaran khusus melakukan pemeriksaan corona. Nah, bagaimana warga lain yang tiba-tiba ingin tes corona hanya melalui prosedur normal. Apakah mudah atau juga sulit?
Para wartawan yang hendak tes corona ini adalah mereka yang pernah berinteraksi dengan Menhub, Budi Karya Sumadi, yang sudah dinyatakan positif corona. Sebagian wartawan yang bertugas di Istana Kepresidenan sempat mendapat arahan agar mendatangi RS Persahabatan. Mereka pun berbondong-bondong ke sana, kemari.
Baca juga : Komisi VII DPR Akan Cari Jalan Keluar Masalah Larangan Ekspor Nikel
Para wartawan sudah datang ke RS Persahabatan sejak pukul 9 pagi. Mulanya, para wartawan berkumpul di depan IGD. Di sana, petugas perempuan bermasker sempat meminta mereka mengisi formulir tentang riwayat perjalanan daerah terinfeksi, riwayat kontak, dan sejumlah form berisi gejala awal terinfeksi corona. Namun, setelah itu, wartawan yang menunggu hingga sore hari, tak kunjung mendapat tindakan medis.
“Tadi di ke IGD, isi formulir. Setelahnya dijelaskan petugas dokter yang menjaga IGD, peralatannya masih disiapkan dan segala macam. Belum ada pengecekan sama sekali,” kata Anang Purwanto, wartawan radio MNC Trijaya. Pukul 2 siang, sejumlah wartawan masih sabar menunggu di RS Persahabatan.
Namun, sebagian lainnya memilih hengkang dan memeriksakan diri di rumah sakit lainnya seperti di RSPI Sulianto Saroso serta RSUD Pasar Minggu. Sementara yang masih menunggu dipersilakan masuk ke ruangan Customer Care, Instalasi Pelayanan Humas dan PKRS. Mereka diminta mengisi daftar hadir.
Setelah menunggu, sekitar pukul 3 sore petugas bermasker menuju kumpulan wartawan. Petugas ini menyatakan, setelah rapat direksi, ia memastikan tidak akan ada pemeriksaan dan tes corona. Karena RS belum siap. “Mohon maaf tidak bisa hari ini. RS Persahabatan tetap membuka pemeriksaan untuk wartawan. Terutama yang sudah didata tadi. Ada 34 daftar wartawan akan dihubungi kembali, besok (hari ini) atau lusa (besok). Termasuk yang sudah isi formulis di IGD,” ujarnya.
Padahal, dalam pidato Presiden Jokowi, kemarin, ditegaskan keseriusan pemerintah dalam mengatasi wabah corona. Jokowi memerintahkan kepada daerah agar pelayanan pengetestan infeksi Covid-19 dan pengobatannya ditingkatkan. Bisa dengan memanfaatkan kemampuan Rumah Sakit Daerah atau bekerja sama dengan rumah sakit swasta.
Baca juga : Nama Koperasi Diubah, Koperasi Karyawan Jasa Marga Gugat ke PTUN
Lembaga riset hingga pendidikan tinggi, yang direkomendasikan Kementerian Kesehatan, juga bisa dilibatkan. Anggarannya, kata Jokowi sudah di siapkan. “Saya sudah perintahkan untuk memberikan dukungan anggaran yang memadai untuk digunakan secara efektif dan efisien,” ucapnya.
Selain itu, kata Presiden, Menteri Keuangan juga sudah mengeluarkan peraturan dan pedoman untuk penyediaan anggaran. “Peraturan ini memberikan landasan hukum agar pihak yang relevan dapat menggunakan anggarannya dan mengajukan kebutuhan anggaran tambahan untuk menangani tantangan penyebaran Covid-19,” tuturnya. [SAR/FAQ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya