Dark/Light Mode

Penguasaan Teknologi Antariksa Jadi Syarat Majukan Indonesia

Senin, 23 Maret 2020 15:19 WIB
Suasana diskusi Lembaga Bantuan Teknologi (LBT). (Foto: Istimewa)
Suasana diskusi Lembaga Bantuan Teknologi (LBT). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Indonesia adalah negara yang dilihat dari geografisnya terletak di antara benua Asia dan Australia, serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Secara astronomis, terletak di 6 derajat LU-11 derajat Lintang Selatan dan 95 derajat Bujur Timur-141 derajat Bujur Timur dengan total luas wilayah 2 juta kilometer persegi.

Dengan negara yang sangat luas dan terletak di posisi persilangan, Indonesia berada di posisi strategis, khususnya di perdagangan dan transportasi. Untuk itu, diperlukan penguasaan teknologi antariksa untuk mengambil objek dari angkasa luar.

Mencermati hal tersebut, Lembaga Bantuan Teknologi (LBT) bekerja sama dengan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Negara (Lapan) menggelar forum group discussion (FGD), di Kantor LBT Jakarta, Sabtu (21/3). Untuk menghindari penyebaran Virus Corona (Covid -19), acara dibatasi tanpa peserta tetapi bisa disaksikan melalui live streaming. Acara menghadirkan Ketua LBT KH Hasyim, Direktur Utama LBT Prasetyo Sunaryo, Humas Lapan Jasyanto, Bidang Sistem Utama Peroketan Lapan Heri Budi Wibowo, dan mantan Sekretaris Utama Lapan Bambang Kusumanto.

Baca juga : Alhamdulillah, Warga Jakarta Nurut Imbauan Kerja Di Rumah

Prasetyo mengatakan, dengan adanya FGD ini, bisa diinformasikan kepada masyarakat luas tentang potensi-potensi yang perlu dikembangkan yang dimiliki bangsa Indonesia. “Kita harus tahu bagaimana mengelola aset ruang angkasa yang harus terintegrasi dengan darat dan laut. Misalnya, kita tidak lagi baru mencari lokasi ikan di laut, tetapi sudah mengarah ke titik banyaknya ikan berkumpul yang akan ditangkap nelayan kita,” kata Prasetyo.

Heri Budi Wibowo mengatakan, penguasaan teknologi antariksa menjadi syarat untuk dapat memajukan Indonesia melalui industri 4.0. “Indonesia ingin menjadi negara maju, maka kembangkan industri 4.0 yang sudah ada,” kata Heri.

Namun, digitalisasi terjadi di setiap aspek kehidupan di masa depan, ketika teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang bergantung pada satelit semakin kuat berperan. Sehingga tidak bisa terlepas dari teknologi antariksa.

Baca juga : Layanan Pesan Antar Makanan Bantu Cegah Penularan Corona

Indonesia sudah memiliki satelit komunikasi yang dimiliki Telkom, sedangkan Lapan memiliki satelit surveillance. Namun, belum ada satelit khusus untuk navigasi. “Dengan posisi strategis Indonesia tepat di garis khatulistiwa, sayangnya belum mampu memanfaatkan dan menguasai secara maksimal ruang angkasa yang dimiliki,” pungkas Heri.

Sementara itu, Bambang Kusumanto mengatakan dengan rentang lanskap Indonesia yang begitu luas sepanjang khatulistiwa tentu sangat strategis. Sedangkan dalam Undang-Undang (UU) Nomor 21 Tahun 2013 tentang Keantariksaan disebutkan ruang angkasa yang dimaksud merupakan milik umum.

“Pertanyaannya, sejauh mana negara punya teknologi antariksanya. Yang saya tahu hanya ada empat satelit di Indonesia, sementara Singapura yang luas negaranya hanya setitik saja dalam peta pula puluhan satelit yang mengorbit dì khatulistiwa,” kata Bambang.

Baca juga : Anies Tunda Salat Jumat di DKI Selama 2 Pekan

Jasyanto mengatakan, pembangunan Bandar Antariksa memang membutuhkan biaya besar perhitungan yang cermat, karena itu akan melibatkan pihak swasta untuk pembangunannya. “Sebab itu, Lapan terus melakukan sosialisasi terkait rencana pembangunan Bandar Antariksa ini, sekaligus mencari investor untuk pembangunannya,” tutur Jasyanto.

Untuk tempat, ia menerangkan hasil survei ada beberapa tempat untuk Bandar Antariksa ini, seperti Pulau Morotai, Bengkulu, Ternate dan Biak, dan dipilih Biak karena letaknya berdekatan dengan pantai. “Insya Allah tahun 2040 Indonesia akan memiliki Bandar Antariksa yang akan dioperasikan di Biak. Klau Papua terkenal dengan Mutiaranya, Biak nantinya terkenal dengan pulau antariksa,” pungkasnya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.