Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Gotong Royong, Kunci Sukses Tangani Covid-19

Selasa, 28 April 2020 17:14 WIB
Suryopratomo. (Foto: ist)
Suryopratomo. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Enam pekan lebih sudah Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 bekerja. Satu yang membuat kita pantas bersyukur, jumlah pasien yang sembuh terus meningkat. Jumlah tempat tidur rumah sakit di Jakarta bahkan cenderung menurun dipakai oleh mereka yang terpapar covid-19.

Kita memang belum bisa mengatakan, badai covid-19 sudah berlalu. Kita masih harus terus berjuang, tetap waspada, dan meningkatkan disiplin untuk mencegah penyebaran virus corona yang masih terus bermutasi. Sebelum vaksin covid-19 bisa ditemukan, ancaman itu masih nyata.

Namun melihat perkembangan terakhir, kita pantas berbesar hati. Setidaknya sebagai bangsa kita bisa menjawab prediksi beberapa pakar yang mengatakan, sistem kesehatan kita akan kolaps. Bahkan ada seorang ahli epidemiologi yang mengatakan, covid-19 akan menelan korban sampai 250 ribu jiwa.

Memang melihat fakta ketika Gugus Tugas pertama kali dibentuk Presiden Joko Widodo banyak kekurangan yang kita miliki. Bahkan seminggu pertama nyaris tidak ada alat pelindung kesehatan yang kita miliki. Sementara beberapa dokter dilaporkan tertular oleh pasien yang tidak diketahui sudah terpapar oleh covid-19 dan bahkan sampai meninggal dunia.

Yang namanya struktur, sistem, strategi harus dibangun dari nol. Secara bersamaan keputusan harus cepat diambil karena penyebaran covid-19 berlangsung sangat cepat dan tidak bisa lagi menunggu sampai korban jatuh lebih banyak.

Tantangan terberat yang harus dihadapi adalah membagi informasi dan koordinasi. Soal APD misalnya, ternyata Indonesia merupakan tempat produksi APD kelas dunia. Korea Selatan membuat APD untuk kebutuhan mereka di Indonesia. Mereka mengirimkan bahan bakunya dari sana untuk dijahit di sini dan kemudian hasilnya dibawa ke Korsel.

Sabtu, 21 Maret 2020, baru Gugus Tugas mendapat informasi dari pihak Bea dan Cukai bahwa ada sekitar 205 ribu APD yang hendak diberangkatkan ke Korsel. Ketua Gugus Tugas Doni Monardo mencoba untuk menahannya, tetapi tidak mungkin karena barang tersebut milik Korsel.

Untuk menghindari persoalan diplomatik, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi diminta turun tangan. Ia melobi Menlu Korsel dan Duta Besar Korsel untuk bisa berbagi APD. Kebesaran hati pihak Korsel membuat Indonesia mendapatkan 100 ribu APD dan selamatlah Indonesia dari kekurangan APD.

Baca juga : Gelontorkan Rp 4,8 Triliun, Inggris Pimpin Gerakan Lawan Covid-19

Lemah

Ketua Gugus Tugas selalu mengajak untuk menerapkan ajaran Sun Tzu dalam menangani wabah covid-19. “Kenali Dirimu, Kenali Musuhmu. Seribu Kali Kau Berperang, Seribu Kali Kau Akan Menang.”

Ketika kita mencoba mengenali diri kita dalam menghadapi wabah covid-19, kita tahu banyaknya kelemahan yang kita miliki. Selain ego sektoral dan kuatnya rasa memiliki kewenangan, adalah lemahnya pemimpin dalam hal-hal yang detail. Kita sering lupa kepada kondisi rakyat yang dipimpinnya, sehingga tidak paham bagaimana cara berkomunikasi dengan mereka.

Padahal merupakan sesuatu yang given bahwa kebanyakan rakyat kita tidak berpendidikan cukup. Kita tidak bisa menyalahkan, begitu sulitnya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang bahaya dari virus korona. Dengan pendidikan formal rata-rata hanya sekitar 7,6 tahun, memang sulit untuk mengajak mereka berpikir ilmiah. Apalagi kita tidak pernah menanamkan pentingnya disiplin kepada bangsa ini.

Kita juga ternyata tidak mempunyai jumlah tenaga medis dan rumah sakit yang mencukupi. Padahal batang-bayang akan banyak orang yang terpapar dan harus dirawat di rumah sakit begitu tinggi.

Bayangkan negara dengan penduduk 260 juta, jumlah dokter spesial paru-paru jumlahnya tidak sampai 2.000 orang. Jumlah total dokter yang ada di Indonesia hanya sekitar 200 ribu orang. 

Sekarang baru kita rasakan betapa terbatasnya jumlah dokter dan perawat yang kita miliki. Tidak salah apabila banyak pihak mengingatkan pentingnya kita menata kembali pendidikan di negara ini. Jangan hanya ilmu hukum dan ilmu agama yang diperbanyak, tetapi kita harus mendorong lebih banyak anak-anak muda menguasai bidang teknik dan sains.

Ironis ketika bangsa ini sedang berjuang keras melawan covid-19 masih banyak yang hanya menjadi komentator. Bahkan ada lembaga think-tank yang masih membuat survei-survei.

Baca juga : Bos BI Yakinkan Ekonomi Melonjak di 2021 Pasca Pandemi Covid-19

Betul di era demokrasi semua orang berhak untuk bisa bersuara. Kita juga tidak ingin menghalangi kebebasan untuk berekspresi. Tetapi sekarang ini negara membutuhkan bantuan semua warganya untuk menyelamatkan bangsa dan negara ini dari ancaman covid-19.

Dengan hampir 3 juta penduduk dunia terpapar covid-19 dan lebih 200 ribu orang meninggal dunia, tidak ada satu pun negara yang siap menghadapi ancaman virus ini. Bahkan sekarang ini dunia bukan lagi hanya harus dihadapkan kepada krisis kesehatan, tetapi juga krisis ekonomi dan krisis sosial yang ada di depan mata.

Daripada hanya sekadar menyalahkan, lebih baik kita berbuat untuk menghindari krisis yang lebih buruk. Paling tidak kita membantu orang-orang yang ada di sekitar lingkungan rumah kita agar mereka tidak sampai mengalami kondisi yang lebih parah.

Beruntung

Kalau lebih banyak orang yang berusaha untuk melakukan kebaikan, maka kita akan bisa terhindar dari kondisi yang lebih buruk. Kita pantas bersyukur kultur “keluarga besar atau extended family” masih kuat pada bangsa kita. Tanpa melihat latar belakang, mereka mau menolong sesamanya.

Charities Aid Foundation menempatkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang paling ringan tangan untuk membantu sesamanya. Sebanyak 53% orang Indonesia siap menjadi sukarelawan, 78% mau memberikan sumbangan uang, dan 46% mau menolong kepada orang yang tidak dikenal sekali pun.

Bangsa Indonesia sama dengan Bangsa Australia dalam kemurahan hatinya. Seorang ekspatriat Asal Australia, Shane Preuss dalam tulisannya di Majalah The Diplomat menyebutkan, sikap gotong royong yang melekat kuat pada bangsa Indonesia,

yang akan menjadi kunci dari bangsa ini keluar dari impitan covid-19. Kebersamaan itu sudah diperlihatkan dalam berbagai peristiwa yang harus dialami bangsa Indonesia.

Baca juga : Gotong Royong Lewat Grup Whatsapp

Inilah yang menjadi modal sosial dari bangsa ini untuk menghadapi setiap tantangan. Yang terpenting menjadi kesadaran kita, dalam kondisi seperti sekarang ini tidak pernah akan ada pilihan yang ideal. Kita harus sama-sama berupaya untuk menemukan pilihan yang paling feasible, paling bisa dikerjakan.

Kita pantas bersyukur bahwa dengan kekurangan yang kita masih miliki, banyak orang yang mau turun membantu menjadi relawan. Kekuatan struktur masyarakat sampai tingkat RT dan RW mulai bekerja. Konsep pentahelix berbasis komunitas yang diharapkan Ketua Gugus Tugas mulai berjalan.

Apabila kita mampu untuk selalu mengingatkan sesama kita dalam menjaga disiplin diri maupun disiplin kolektif, kita pasti bisa melewati wabah virus korona dan kembali menata kehidupan ini. Pilar kekuatan kita bukan ada pada sisi medis, tetapi sisi psikologis yakni kebersamaan sebagai sebuah bangsa.

Suryopratomo

Penulis adalah Relawan Gugus Tugas Covid-19

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.