Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kasus Positif Covid-19 Melonjak

Gugus Tugas: Jangan Kaget Dan Berpatokan Sama Angka

Selasa, 16 Juni 2020 07:38 WIB
Dewi Nur Aisyah. (Foto: BNPB)
Dewi Nur Aisyah. (Foto: BNPB)

RM.id  Rakyat Merdeka - Masyarakat perlu ekstra cermat menyikapi rilis data positif pasien Covid-19. Sebab, melonjaknya angka pasien baru tidak serta merta bisa diartikan penyebaran virus asal Wuhan, China, itu semakin ganas.

Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memandang hal yang wajar terjadi lonjakan data kasus positif Covid-19. Hal itu terjadi karena pemeriksaan tes Covid-19 kini semakin gencar.

“Jumlah kasus positifnya terlihat lebih besar karena jumlah pemeriksaannya meningkat. Tapi jika dilihat angka positivity rate-nya akan sama,” ungkap Anggota Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Dewi Nur Aisyah dalam jumpa pers di Graha BNPB, Jakarta, kemarin.

Baca juga : Gugus Tugas Harus Diperkuat

Dewi menerangkan, semula pemeriksaan Covid-19 dilakukan hanya kepada 10 ribu. Kemudian, pemerintah menargetkan pemeriksaan mencapai 20 ribu orang. Dengan kenaikan itu pasti berimbas pada lonjakan kasus positif.

Semakin banyak yang diperiksa tentu semakin didapat gambaran penyebaran Covid-19 di masyarakat. Apalagi, tenaga kesehatan di lapangan semakin agresif melakukan pemeriksaan. Bila sebelumnya yang diperiksa hanya pasien dalam pemeriksaan di rumah sakit. Saat ini mulai turun ke lapangan dengan penelusuran kontak yang agresif.

“Jadi jangan langsung kaget saat kasus positif melonjak. Lihat dulu pemeriksaannya. Saat ini, orang di zona merah juga diperiksa meskipun tanpa ada gejala,” ujarnya.

Baca juga : Warga Kalsel Kapok Tidak Patuh Protokol Kesehatan

Dewi meminta masyarakat tak berpatok pada angka kasus positif yang setiap hari diumumkan pemerintah. Masyarakat juga harus melihat angka pemeriksaan per hari. Meskipun terjadi lonjakan pertambahan kasus harian, jika dibandingkan dengan jumlah pengujian per harinya, angka positivity rate tak menunjukkan perbedaan yang signifikan.

“Kalau kita lihat mungkin ada (kenaikan) di angka 10-14 persen, tapi ini karena penambahan testing di daerah-daerah,” ujarnya.

Dewi menerangkan, data Covid-19 dengan penyakit kronis lainnya sangat berbeda. Seseorang berstatus orang dalam pemantauan bisa jadi positif Covid-19 sehingga harus dirawat atau melakukan isolasi mandiri. Dua minggu kemudian setelah dilakukan tes usap dan hasilnya negatif, kemudian dua minggu berikutnya diperiksa lagi dan hasilnya kembali negatif, maka dia telah sembuh dari Covid-19. Sementara itu, data penyakit kronis yang biasanya tidak ada data tentang pasien yang sembuh.

Baca juga : Vaksin Covid-19 Belum Ada, Masyarakat Perlu Adaptasi Dengan The New Normal

Dewi menambahkan, Covid-19 mirip dengan flu yang relatif lebih cepat sembuh dalam waktu 14 hari. Karena itu, seseorang dengan status positif Covid-19 harus selalu dipantau hingga dia dipastikan sembuh.

Dewi mengimbau, kepada pasien positif Covid-19 dengan gejala ringan agar melakukan isolasi mandiri. Kapasitas ruang isolasi di rumah sakit agar disediakan untuk pasien dengan tingkat keparahan yang tinggi yakni pasien yang betul-betul melakukan perawatan saja. [DIR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.