Dark/Light Mode
Resep Hadapi Covid-19 dari Hendrawan Supratikno
Harus Agresif di Hulu, Harus Agresif di Hilir
RM.id Rakyat Merdeka - Bicaranya penuh isi. Datanya kuat. Istilah-istilah yang disampaikannya berdasar pada referensi buku-buku berkelas. Itulah Prof. Hendrawan Supratikno. Dia politisi senior PDIP yang saat ini bertengger di Komisi XI DPR. Jarang melihat politisi seperti dia. Dia intelektual kelas berat, juga ekonom kelas tinggi.
Hal itu tergambar saat Hendrawan menjadi narasumber "Ngopi Pagi" virtual Rakyat Merdeka yang dipandu wartawan senior Rakyat Merdeka, Kiki Iswara, kemarin. Hadir juga dua wartawan senior Rakyat Merdeka, Ratna Susilowati dan Budi Rahman Hakim.
Memulai acara, Hendrawan langsung mengambil kacamata. Lalu, dia menyimak seksama angka demi angka dan kalimat per kalimat pengantar yang disampaikan Kiki. "Ngopi Pagi" kali ini mengangkat tema "Optimisme Kita di Tengah Ambyarnya Ekonomi Dunia". Acara ini dilakukan via zoom dan disiarkan langsung di jejaring media sosial Rakyat Merdeka, baik youtube, facebook dan instagram.
Kiki mengawali, ambyarnya ekonomi dunia akibat pandemi Covid-19 berbeda dari kasus-kasus sebelumnya. "Ini sangat menyedihkan sekarang, Pak. Bagaimana kita akan mengatasi ini?" ujar Kiki, melempar pertanyaan.
Hendrawan menjawab dengan santai dan terukur. Sesekali ia melemparkan celotehan-celotehan dalam istilah Jawa, Latin, Inggris, hingga China.
Menurutnya, magnitudo krisis saat ini memang luar biasa. Kondisi ini diperparah kecepatan penyebaran krisis. Kecepatan itu antara lain disebabkan mobilitas manusia modern dan kemajuan teknologi informasi, komputasi, transportasi, produksi dan seterusnya. "Itu sebabnya, dampaknya juga luar biasa," jelasnya.
Baca juga : Israel Digempur Dunia
Selain itu, lanjut Hendrawan, sebelum pandemi, ekonomi memang sudah mengalami perlambatan. Penyebabnya, ada tren neo-proteksionisme di sejumlah negara. Ditandai dengan naiknya Trump sebagai Presiden AS. Kemudian keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa. Selanjutnya, dunia diwarnai perang dagang dan perang mata uang. Upaya-upaya untuk membangun kesepakatan global, melalui pendekatan multilateral juga mandek.
Dia menyebut pandemi sebagai external shock. Karena terjadi di luar perkiraan. Banyak perencanaan berubah total. Demikian juga dengan usaha DPR dan Pemerintah dalam menyiapkan pokok-pokok makro ekonomi untuk disahkan pada pertengahan Mei, untuk mengejar pengesahan APBN yang paling lambat harus kelar akhir Oktober. "Bayangkan, pembahasan bulan Mei sampai Oktober yang berlangsung 4 bulan itu tiba-tiba ambruk, ambyar karena Covid ini," curhatnya.
Kendati demikian, dia tetap optimis. "Nah, bagaimana ambyar ini kita ubah menjadi anyar. Ini dua bahasa Jawa. Ambyar itu artinya melting down. Kalau anyar itu feasible adaptive. Saya juga menggunakan istilah upside down yang artinya cara berpikir mengubah krisis menjadi kesempatan," tuturnya.
Tak cukup dengan istilah Jawa, Hendrawan lalu membedah istilah China: Wei Ji yang artinya krisis. Kata ini merupakan gabungan antara ‘Wei’ yang artinya bahaya dan ‘Ji’ artinya peluang. "Itu sebabnya dalam krisis ini kita bisa melihat peluang."
Hikmah lain dari krisis, menurutnya, adalah terciptanya perubahan. "Hanya krisis yang bisa mengubah atau menciptakan perubahan signifikan," sebutnya.
Sebelum mengakhiri paparannya, Hendrawan memberikan beberapa catatan. "Saya melihat Rakyat Merdeka mengawal krisis ini, bagaimana mencari solusi dengan baik. Karena berita-beritanya saya lihat, segar dan kocak, tetapi juga menyentil. Kami ini, di DPR selalu berharap Rakyat Merdeka datang setiap pagi. Karena kami ingin melihat bagaimana Rakyat Merdeka menyentil para politisi dengan bahasa-bahasa yang lugas dengan bahasa-bahasa yang mudah dimengerti. Tidak berbelit-belit. Tidak dibungkus dengan idiom-idiom yang sulit dimengerti oleh rakyat," nilainya.
Baca juga : Perlu Digigit Sampai Putus?
Di sesi diskusi, Ratna mengulik isi video Sidang Kabinet Paripurna, yang menunjukkan Presiden bicara dalam nada tinggi ketika meminta para pembantunya punya perasaan yang sama. "Presiden Jokowi dan kabinet seberapa kuat menahan gempuran ini?" tanya Ratna.
Hendrawan memulai jawabannya dengan mengurai konstelasi ekonomi dunia. Menurutnya, peran dan konstribusi Indonesia masih kecil. Misalnya, kontribusi Indonesia dalam perdagangan dunia, kurang dari 1 persen, kontribusi Indonesia dalam pembentukan produk domestik bruto (PDB) juga kurang dari 1 persen. Hanya jumlah penduduknya yang besar, nomor 4 di dunia.
"Nah, peran kecil dalam kekuatan ekonomi yang lebih besar. Maka teori orang Jawa itu betul: Sluman, slumun, slamet," kelakar Hendrawan. Kiki, Ratna, dan Budi ikut terkekeh. "Jadi manajemennya safety first. Cari aman dulu," sambungnya.
Rumus mencari aman, kata dia, pertama: pemerintah harus melakukan agresif spending. Manajemen fiskal yang agresif. "Itu sebabnya, defisit kita lebarkan."
Tujuannya, agar pemerintah bisa betul-betul agresif spending. Jangan sampai rakyat di lapisan bawah terganggu eksistensinya. "Kalau Darwin bilang, survival of the fittest, yang kuat yang akan menang. Harus diubah prinsipnya menjadi survival of the weakest. Eksistensi yang paling lemah itu yang menjadi fokus kebijakan kita," tutur politisi berdarah Tionghoa ini.
Itu sebabnya, kebijakan fiskal harus dilakukan di sektor hulu. Setelah sektor hulu membuat ekonomi bergerak, kebijakan moneter dilakukan secara agresif. Dia menyebut: di hulu harus agresif, di hilir juga harus agresif.
Baca juga : Nama Kabinet Perlu Diganti?
Sinergitas fiskal dan moneter, menurutnya, harus betul-betul dilakukan. "Terus terang, saya dua kali webinar secara khusus dengan Ibu Menteri Keuangan. Kami menyampaikan Mens Sana in Corpore Sano," kata Hendrawan, kembali memancing tawa.
"Jadi Ibu tolong jaga kesehatan. Dari tubuh yang sehat, akan lahir kebijakan-kebijakan yang jernih. Kalau orang Jepang bilang, pikiran yang jernih akan melahirkan produk yang unggul," ceritanya.
Karena, dengan adanya Perppu Nomor 1 2020 itu, tugas DPR sebetulnya diliburkan. Karena kewenangan DPR dalam hal anggaran diambil alih Menkeu. Namun, ia mengaku tak masalah. Karena dalam kondisi saat ini, sinergitas nasional harus dibangun. [SAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.