Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Perlu Digigit Sampai Putus?

Kamis, 2 Juli 2020 05:03 WIB
SUPRATMAN
SUPRATMAN

RM.id  Rakyat Merdeka - Setelah Presiden Jokowi marah, bagaimana selanjutnya? Apakah akan efektif atau tidak? Hasilnya bisa dilihat beberapa bulan ke depan.

Sesungguhnya, “kemarahan” Presiden Jokowi bukan kali ini saja. Sudah beberapa kali. Dalam skala yang berbeda.

Ada yang biasa saja. Misalnya, gesturnya biasa saja, tapi substansinya keras. Ada juga yang lembut, misalnya dalam bentuk teguran, “kritikan”, instruksi atau masukan.

Yang terakhir, Rabu (1/7) kemarin, saat menjadi inspektur upacara dalam peringatan Hari Bhayangkara Ke-74, Presiden menyampaikan tujuh instruksi dan arahan. Antara lain, Polri diminta untuk tetap menjaga kehormatan, kepercayaan, dan kebanggaan sebagai anggota Polri. Polri juga diminta terus melakukan reformasi diri secara total. Presiden juga meminta Polri mengawasi penggunaan anggaran Covid-19 yang nilainya sangat besar: Rp695,2 triliun. Kalau ada yang main-main anggaran, apalagi di tengah krisis, kata Presiden, “silakan digigit saja!”

Baca juga : Nama Kabinet Perlu Diganti?

Presiden Jokowi menggunakan istilah gigit, bukan yang pertama. Bahkan, pada November 2019 lalu, tercatat Presiden sampai tiga kali "menggigit".

Pertama, saat memberikan sambutan di acara Penutupan Kongres Partai NasDem, di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Senin (11/11/2019). Saat itu, Presiden menyinggung soal impor. “Saya tidak mau impar-impor terus. Jangan ada yang coba-coba menghalangi saya menyelesaikan masalah ini. Saya sampaikan, pasti saya akan gigit, dengan cara saya,” kata Presiden Jokowi.

Dua hari kemudian, (13/11), dalam sambutan Pembukaan Rapat Koordinasi Nasional Indonesia Maju Pemerintah Pusat dan Forkopimda 2019, di Sentul, Bogor, Presiden juga mengacam pakai kata gigit.

"Kalau masih ada yang main-main, yang gigit saya sendiri. Lewat cara saya. Bisa lewat KPK, bisa lewat Polri, bisa lewat Kejaksaan, akan saya bisikin saja, di sana ada yang main-main,” tegasnya.

Baca juga : Minta Adzan Dilarang, Parpol di Denmark Norak

Dua minggu kemudian, Kamis (28/11) dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2019, di Jakarta, Presiden kembali menggigit.

Saat itu, Presiden mengancam para mafia impor minyak dan gas yang menghambat program pemerintah. “Kalau mengganggu, hati-hati. Akan saya gigit orang itu!” ancam Presiden.

Lalu bagaimana setelah menggigit? Presiden perlu memastikan bahwa gigitannya bisa berjalan. Ada hasilnya. Efektif.

Di era sebelumnya, Presiden SBY misalnya, punya gigi taring berupa UKP4 (Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan). Unit kerja ini dibentuk untuk memastikan kelancaran program kerja Kabinet. Memastikan berjalannya instruksi Presiden. Lembaga ini juga  menyusun rapor para menteri. Menjadi gigi taringnya Presiden.

Baca juga : Jangan Ada Anggaran Aneh

Presiden Jokowi tentu juga punya "lembaga" serupa. Hanya saja, kalau Presiden terlalu banyak “menggigit”, apalagi tidak berjalan efektif,  gigitan itu bisa menjadi biasa saja. Dianggap biasa. Banal. Ini berbahaya.

Kita berharap, gigitan itu, apa pun bentuknya, lewat media apa pun, berjalan lancar, efektif. Kalau perlu, gigit sampai putus. Putus korupsinya, putus impar-impornya, putus main anggarannya. Jangan sampai rakyat yang gigit, gigit jari.(*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.