Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Amin Soebandrio Soal Vaksin Corona
Jangan Mau Jadi Kelinci Percobaan Negara Lain
Kamis, 16 Juli 2020 05:14 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Berbagai negara sedang meraba-raba ramuan khusus dalam membuat vaksin Covid-19. Untuk memuluskan hal tersebut, ada negara lain yang berencana menjadikan pasien corona di Indonesia sebagai objek percobaan. Alasannya, karena Indonesia multietnik.
Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Institute Prof Amin Soebandrio menolak keras rencana ini. Dia tidak mau masyarakat Indonesia jadi kelinci percobaan.
Baca juga : Anies Jangan Cuma Ngeles dan Silat Lidah
Hal itu disampaikan Prof Amin Soebandrio saat menjadi narasumber "Ngopi Pagi" virtual Rakyat Merdeka, kemarin. Ngopi Pagi kali ini mengangkat tema "Vaksin Covid-19 Buatan Indonesia". Acara dipandu tiga wartawan senior Rakyat Merdeka: Kiki Iswara, Ratna Susilowati, dan Firsty Hestyarini.
Amin mengakui, Indonesia memang menarik bagi para pembuat vaksin. Sebab, Indonesia memiliki populasi besar dan multietnik. Ada yang darahnya mongoloid, ada yang dari eropa, ada yang negroid, dan yang lainnya.
Baca juga : New Normal Jadi AKB, Corona Jadi Malaikat Pencabut Nyawa
"Indonesia komplet sebagai laboratorium (percobaan). Mereka sangat mengharapkan dapat jatah dari Indonesia. Karena, kalau di Indonesia sukses, mereka bisa lebih mudah memasarkan di berbagai negara," paparnya.
Amin menjelaskan, sebagian besar produsen vaksin yang ada di luar negeri berkeinginan masuk ke Indonesia kalau barangnya sudah jadi. Negara luar hanya ingin uji klinik tanpa mengikutsertakan Indonesia dalam pengembangannya. Akhirnya, Indonesia mati kutu. "Itu saya keberatan. Kecuali kalau mereka kemudian juga memberikan transfer of technology," tegas Amin.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya