Dark/Light Mode

Amin Soebandrio Soal Vaksin Corona

Jangan Mau Jadi Kelinci Percobaan Negara Lain

Kamis, 16 Juli 2020 05:14 WIB
Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Institute Prof Amin Soebandrio (Foto: Tangkapan layar)
Kepala Lembaga Biomolekuler Eijkman Institute Prof Amin Soebandrio (Foto: Tangkapan layar)

 Sebelumnya 
Dia pernah mendesak agar pemerintah mampu membuat vaksin made in Indonesia. Sebab, populasi penduduk Indonesia terbanyak keempat setelah China, India, dan Amerika. "Singapura palingan cukup menyediakan 10 juta lah. Sedangkan penduduk Indonesia 270 juta. Minimum kita harus menvaksinasi 70 persen dari penduduk kita. Ya, sekitar 175 juta," ungkapnya.

Dia menilai, 70 persen dari populasi Indonesia sangat menggantungkan vaksin demi kekebalan tubuh. Apalagi jumlah tersebut bisa melindungi warga lainnya dari penularan virus asal Wuhan itu. 

Baca juga : Anies Jangan Cuma Ngeles dan Silat Lidah

"Artinya, orang yang belum vaksinasi atau tidak punya kekebalan akan terlindungi, kita sebut sebagai punya kekebalan kelompok. Makanya, sebagian besar orang ingin vaksin cepat ada supaya bisa ke mall dan tempat fitnes lagi," sebut Amin.

Meski demikian, menurutnya, warga Indonesia harus tetap mencegah supaya tidak ada lagi penularan. Beberapa bulan lalu Amin sempat mengatakan, rumus infeksi adalah dosis dikalikan virulensi (kemampuan menginfeksi) virus, lalu dibagi dengan kekebalan. Dia khawatir bila virus tiba-tiba berubah jadi lebih virulen (menyerang jaringan tubuh), walaupun sampai sekarang belum ada tanda-tanda tersebut. 

Baca juga : New Normal Jadi AKB, Corona Jadi Malaikat Pencabut Nyawa

"Kalau kekebalan tinggi, otomatis risikonya kecil. Tapi, kalau kemudian terjadi (menjadi virulen), kita tidak tahu. Mudah-mudahan tidak terjadi. Ataupun tiba-tiba kita mendapatkan dosis yang sangat besar, kemudian menyebabkan infeksi menjadi meningkat," paparnya.

Dia menerangkan, pembuatan vaksin memerlukan waktu yang cukup lama. Meski Eijkman pernah mengatakan, Februari-Maret, vaksin sudah ditemukan tapi belum bisa dipasarkan. "Di bulan itu Eijkman baru memberikan bibit vaksin ke Biofarma. Lalu, Biofarma yang akan memproses dan memformulasikan sehingga bisa dipergunakan di manusia," ujarnya.

Baca juga : Di China Tahap 1, Di Sini Harusnya 2

Apa cukup sampai di situ? Menurut Amin, masih diperlukan uji klinik terbatas. Kalau hasilnya manjur, baru masuk ke tahap uji klinik lebih luas dan boleh dipasarkan. "Makanya, setelah Maret mungkin kita masih akan membutuhkan waktu 6-9 bulan lagi untuk kita bisa memasarkan vaksin," ucapnya.

Dia mengaku sudah berkonsultasi dengan BPOM untuk memastikan efikasi dan juga keamanannya. Termasuk faktor halal untuk memproduksi vaksin yang tengah diupayakan Eijkman. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.