Dark/Light Mode

Kebiasaan Konsumsi Makanan Siap Saji Bisa Ancam Indonesia Kehilangan Generasi Emas

Rabu, 19 Agustus 2020 04:35 WIB
Asisten Deputi Ketahanan Gizi, KIA dan Kesling, Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) periode 2010-2019 Meida Octarina (Foto: Twitter @am2018bali)
Asisten Deputi Ketahanan Gizi, KIA dan Kesling, Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) periode 2010-2019 Meida Octarina (Foto: Twitter @am2018bali)

RM.id  Rakyat Merdeka - Generasi milenial identik dengan kelompok penyuka makanan cepat saji. Padahal, makanan ini memiliki kandungan tinggi gula, garam, dan lemak, kemudian rendah serat, vitamin, dan mineral, serta mengandung bahan tambahan pangan (PTP) berlebih. 

Asisten Deputi Ketahanan Gizi, KIA dan Kesling, Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) periode 2010-2019 Meida Octarina mengatakan, kebiasaan mengkonsumsi makanan seperti ini mengancam Indonesia kehilangan generasi emas di masa yang akan datang. Padahal, di 2045, Indonesia membutuhkan generasi emas yang sehat dan produktif dan mampu bersaing secara global. 

“Untuk hidup yang lebih berkualitas, yang dibutuhkan milenial adalah zat gizi makro seperti karbohidrat, protein, dan zat gizi mikro seperti vitamin dan mineral. Kalau untuk yang remaja, perlu ditambahkan susu sesuai dengan pedoman yang seimbang,” kata Meida, Selasa (18/8). 

Baca juga : Andika Memang Perkasa

Ia mengatakan, kecukupan zat gizi tersebut juga untuk mencegah gizi buruk dan stunting pada anak-anak. Maida juga menganjurkan untuk mengkonsumsi susu sebagai pelengkap zat gizi yang dibutuhkan. Tapi ia mengingatkan agar tidak mengkonsumsi susu kental manis. Sebab, mengkonsumsi kental manis akan bertentangan dengan pembatasan konsumsi gula harian. Dalam hal pengurangan gula, menurut Meida, yang perlu diingat adalah tidak boleh mengkonsumsi gula lebih dari 50 gram sehari. Sementara, kental manis memiliki kandungan gula untuk 1/3 gelas SKM sudah mencapai 54 gram. 

“Karena memang 60-70 persen dari kandungan kental manis adalah gula atau kalori kosong istilahnya. Asupan gula yang terlalu tinggi akan menghalangi masuknya Vitamin C yang berfungsi untuk meningkatkan munitas ke dalam sel. Akibatnya, meningkatkan mikroba negatif dan menurunkan mikroba positif sehingga akan melemahkan kerja sel darah putih dalam fagositosis,” jelasnya. 

Selain itu, protein dalam kental manis juga rendah. Padahal, protein adalah nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam tumbuh kembang anak. Asupan protein yang cukup juga dapat mencegah gizi buruk dan stunting pada anak. 

Baca juga : Hasilkan Jagung Rendah Aflatoksin, Petani NTB Siap Penuhi Industri Pangan Dan Ekspor

Pemerintah mengharapkan, penurunan stunting pada balita itu menjadi 14 persen pada 2024. “Kalau pemerintah saja yang menjalankan, tidak mungkin bisa. Harus dibantu semua lapisan masyarakat,” ujarnya. 

Meida mengutarakan, upaya penanggulangan stunting terintegrasi pada 5 pilar, yaitu komitmen dan visi kepemimpinan, kampanye nasional dan komunikasi perubahan perilaku, konvergensi program dari pusat sampai daerah, ketahanan pangan dan gizi, serta pemantauan dan evaluasi. 

Intervensi yang dilakukan Kemenkes dalam upaya menurunkan angka stunting ini adalah promosi konseling menyusui dan Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) salah satunya adalah tidak boleh memasukkan SKM sebagai makanan bayi. Lalu memberikan suplementasi gizi, kapsul Vitamin A, makanan tambahan balita dan ibu hamil, pemantauan tumbuh kembang balita, tatalaksana gizi buruk dan imunisasi. 

Baca juga : Indonesia Di Ambang Resesi BUMN Harusnya Jadi Solusi

Sedangkan di luar Kemenkes, Meida menyebut program air bersih dan sanitasi, Bantuan Pangan Non tunai (BPNT), jaminan kesehatan nasional, pendidikan anak usia dini, program keluarga harapan, bina keluarga balita, kawasan rumah pangan lestari serta fortifikasi pangan. Selain itu, melakukan protokol pelayanan gizi pada masa pandemi Covid-19 terhadap ibu hamil, ibu menyusui, balita, dan remaja putri, sehingga mereka bisa tetap memeriksakan kesehatannya. 

Dalam masa pandemi, ia mengatakan, Pos Yandu juga tetap berjalan. Tapi dikelompokkan. Tidak lebih dari 10 orang dan kartu undangannya tertentu. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.