Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Swab Test-nya Dibilang Tak Akurat, BIN Tegaskan Pakai Gold Standard
Minggu, 27 September 2020 20:50 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Badan Intelijen Negara (BIN) membantah tes usap alias swab test yang dilakukannya tidak akurat.
Deputi VII BIN Wawan Hari Purwanto menjelaskan, dalam melakukan proses uji spesimen, laboratorium BIN menggunakan dua jenis mesin Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR), yakni Qiagen dari Jerman dan Thermo dari Amerika Serikat (AS).
Keduanya telah memiliki sertifikat Lab BSL-2 yang telah didesain mengikuti standar protokol laboratorium.
"Telah dilakukan proses sertifikasi oleh lembaga sertifikasi internasional, World Bio Haztec, Singapura, serta melakukan kerja sama dengan LBM Eijkman untuk standar hasil tes," jelas Wawan dalam siaran pers yang diterima RMco.id, Minggu (27/9).
Dengan begitu, kedua mesin tersebut layak digunakan untuk analisis RT-PCR yang sesuai standar. Wawan juga menyebut, BIN menerapkan ambang batas standar hasil tes PCR yang lebih tinggi dibandingkan institusi atau lembaga lain.
Dia menjelaskan, standar nilai ambang batas yang digunakan lembaga lain adalah ambang batas bawah 35. Namun, untuk mencegah Orang Tanpa Gejala (OTG) lolos tes screening, BIN menaikkannya menjadi 40.
Baca juga : TNI Tegaskan Tak Ada Bentrok Dengan Polri
"Termasuk melakukan uji validitas melalui triangulasi 3 jenis gen yaitu RNP/IC, N, dan ORF1ab," bebernya.
Menurut Wawan, Dewan Analis Strategis Medical Intelligence BIN, termasuk Jaringan Intelijen Di WHO menjelaskan fenomena hasil test swab positif menjadi negatif bukan hal yang baru. Kasus false positive dan false negative sendiri telah banyak dilaporkan di berbagai negara seperti AS, China, dan Swedia.
Wawan menguraikan, fenomena itu bisa disebabkan beberapa hal. Pertama, RNA/protein yang tersisa (jasad renik virus) sudah sangat sedikit bahkan mendekati hilang pada threshold (ambang batas) sehingga tidak terdeteksi lagi.
"Apalagi subjek tanpa gejala klinis dan dites pada hari yang berbeda. OTG/asimptomatik yang mendekati sembuh berpotensi memiliki fenomena tersebut," tambah Wawan.
Kedua, terjadi bias pre-analitik, yaitu pengambilan sampel dilakukan oleh dua orang berbeda, dengan kualitas pelatihan berbeda dan SOP berbeda pada laboratorium yang berbeda pula. Sehingga sampel swab sel yang berisi virus Corona tidak terambil atau terkontaminasi.
Ketiga, sensitivitas reagen dapat berbeda. Terutama untuk pasien yang nilai CQ/CT-nya sudah mendekati 40. Dalam kaitan ini, BIN menggunakan Reagen Perkin Elmer (USA), A-star Fortitude (Singapura), Wuhan Easy Diag (China).
Reagen ini lebih tinggi standar dan sensitivitasnya terhadap strain Covid-19 dibandingkan merk lain seperti Genolution (Korea) dan Liferiver (China) yang digunakan beberapa rumah sakit.
Dengan demikian, kata Wawan, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perbedaan uji swab antara lain adalah kondisi peralatan, waktu pengujian, kondisi pasien, dan kualitas test kit.
Baca juga : Nasibnya Diujung Tanduk, Operator Bus Ngarep Relaksasi Dilanjutin
"BIN menjamin kondisi peralatan, metode, dan test kit yang digunakan adalah gold standard dalam pengujian sampel Covid-19," tegasnya.
Wawan pun mengingatkan, upaya 3T (Tracking, Tracing, dan Treatment) yang dimaksudkan untuk mencegah OTG/asimptomatik agar tidak menjadi spreader, merupakan perhatian pemerintah saat ini.
Mengobati pasien Covid-19 kondisi ringan dan sedang yang dideteksi sejak dini dari tes swab, membuka peluang sembuh lebih besar. Biayanya pun lebih murah.
"Jangan sampai stigmatisasi masyarakat yang kuat melekat menjadi bagian dari polemik hasil test positif-negatif," tandas Wawan. [OKT]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya