Dark/Light Mode

Nasibnya Diujung Tanduk, Operator Bus Ngarep Relaksasi Dilanjutin

Sabtu, 15 Agustus 2020 12:26 WIB
Nasibnya Diujung Tanduk, Operator Bus Ngarep Relaksasi Dilanjutin

RM.id  Rakyat Merdeka - Operator bus mulai kepayahan untuk hanya sekedar bertahan hidup di tengah Covid-19. Mereka meminta pemerintah untuk segera mengucurkan relaksasi tambahan selama 6 bulan.

Terutama keringanan kredit pembayaran. Ketua Perkumpulan Transportasi Wisata Indonesia (PTWI) Yuli Sayuti mengatakan, relaksasi cicilan ini diharapkan bisa dilanjutkan sampai Maret 2021.

"Relaksasi cicilan enam bulan dimulai Maret hingga-September atau Oktober namun kami berharap tambahan enam bulan lagi," ujarnya dalam diskusi virtual Forum Wartawan Perhubungan (Forwahub) bertajuk Naik Bus Aman dan Nyaman, Jumat (14/8) malam.

Yuli mengaku khawatir kalau relaksasi ini disetop akan berdampak pada gulung tikarnya operator bus. Yuli memprediksi 50-75 persen usaha angkutan pariwisata akan kolaps.

Baca juga : Bamsoet Dorong Pemerintah Fokus dan Percepat Realisasi Vaksin Corona

Karena, walaupun ada keringanan dari Gugus Tugas Covid-19 yang memperbolehkan membawa 85 persen kapasitas angkut didalam bus tapi wisata masih sepi peminat.

Menurutnya, kondisi pandemi Covid-19 kedepan malah semakin tinggi korbannya dan ini berdampak pada semakin turunnya operasional bus wisata.

"Masalah utama kami adalah dari usaha angkutan wisata 1.200 pengusaha dengan belasan ribu kendaraan, 90 persen saat ini mati suri nggak bergerak," ungkapnya.

Bahkan, kata Yuli, pemutusan hubungan kerja (PHK) di bidang pariwisata akan segera menjadi ancaman besar. Hal itu karena akan terjadi penarikan bus akibat terkendala pembiayaan.

Baca juga : Tak Dipanggil Timnas Indonesia, Kiper Persija Andritany Ardhiyasa Terus Evaluasi Diri

"Kami mohon pada pemerintah, perhatikan kami agar bisa hidup dan bukalah tempat pariwisata agar kami bisa bergerak lagi," ucapnya.

Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI) Kurnia Lesani Adnan mengatakan, bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) pariwisata butuh dikampanyekan untuk kembali bergairah.

Kurnia merasa angkutan bus seperti dianaktirikan jika dibandingkan dengan angkutan lainnya seperti pesawat. "Kami juga butuh dikampanyekan bus aman dan nyaman di masa new normal. Justru urat nadi itu ada di jalan raya dimana angkutan bus menjadi darahnya," tegasnya.

Menurutnya, angkutan bus juga menerapkan protokol kesehatan yang ketat dalam operasinya. Tidak kalah dengan angkutan lain. Sayangnya dilapangan bus seringkali menerima tindakan diskriminatif.

Baca juga : Diunggulkan, Gregor Ogah Remehkan Lawan

Kurnia mencontohkan, penumpang bus AKAP jurusan Jakarta-Yogakarta sudah tiba di daerah Wates malah dilarang masuk dan diperiksa macam-macam. Padahal sebelumnya tidak ada periksa apapun.

Justru sebaliknya, banyak kendaraan pribadi bisa masuk kemana-mana tanpa ada pemeriksaan apapun. Ia juga menegaskan buat para penumpang yang ingin naik bus, berdasarkan peraturan tidak lagi dibutuhkan hasil rapid tes dan surat apapun untuk kembali naik bus.

"Pemerintah harus tegas. Jangan main petak umpet. Kalau ada kasus dibilang kewenangan daerahlah, Kemendagri bilang tidak, polisi sebagai penegak hukum harus bertindak tegas dan adil," ucapnya. KPJ

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.