Dark/Light Mode

Banyak Mudaratnya, Demo Berpotensi Sebarin Virus

Epidemiolog: Vaksin Bukan Peluru Ajaib Cegah Corona

Kamis, 22 Oktober 2020 00:13 WIB
Ahli epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman
Ahli epidemiologi Griffith University Australia, Dicky Budiman

RM.id  Rakyat Merdeka - Ahli epidemiologi Griffith University Australia Dicky Budiman mengimbau agar masyarakat menahan diri, tidak melakukan aksi mengumpulkan massa atau aksi demonstrasi di tengah pandemi Virus Corona (Covid-19).

Untuk menyuarakan aspirasi, kata Dicky, lebih baik mencari jalur yang lebih aman, agar terhindar dari penularan Covid-19. “Bukan apa-apa, aksi mengumpulkan massa atau demo akan merugikan kita. Karena akan menjadi potensi penyebaran virus,” kata Dicky, saat bincang-bincang virtual yang diselenggarakan RMco.id dengan tema Awas, Demo Jadi Klaster Covid-19, Rabu (21/10/2020).

Menurutnya, di beberapa negara seperti Amerika, Australia dan Korea Selatan, angka kematian akibat Corona meningkat sebulan setelah aksi demo. Diperkirakan, potensi penularan virus usai aksi demo sebesar 14 persen dari jumlah pendemo.

Baca juga : Banyak Juara Baru, Dovi Yakin Persaingan MotoGP Makin Ketat

“Sebab itu, secara ideal, karena saya akademisi dan saya tidak punya kepentingan politik, saya minta jangan ada demo dan keramaian massa karena situasi Indonesia belum terkendali,” imbaunya.

Kendati begitu, kata Dicky, bila memang keadaannya sangat memaksa untuk demo, lakukanlah aksi dengan jumlah yang sedikit dan mematuhi protokol kesehatan. Tidak boleh ribuan. Kemudian, pendemo juga jangan dari luar kota. Sebab akan sulit dikendalikan.

Dicky mematahkan asumsi yang menyatakan tak ada bukti yang menyebutkan jumlah pasien positif Corona di Jakarta tak bertambah usai aksi demo. Menurut dia, asumsi tersebut tidak bisa dikatakan benar sepenuhnya. Sebab, banyak pendemo berasal dari luar Jakarta. Ada yang dari Depok, Bogor, dan daerah lainnya.

Baca juga : Pesantren Jadi Saluran Potensial Penyebaran Teknologi Pertanian

Karena itu, bila ingin mengetahui jumlah peningkatan setelah aksi, harus dilakukan tes secara merata dan menyeluruh, baik di Jakarta atau pun daerah penyangga lainnya.

Dalam kesempatan itu, Dicky juga menyinggung soal vaksin. Menurut dia, hingga kini belum ada vaksin yang dinyatakan aman dan efektif oleh World Health Organization (WHO). Termasuk vaksin Sinovac dari China.

“Vaksin itu masih dalam uji klinis di fase dua. Tapi sampai saat ini belum ada laporan ilmiah yang bisa menjadi rujukan,” katanya.

Baca juga : Inggris Terus Siapkan Senjata Lawan Corona

Karena itu, dia berharap masyarakat Indonesia tidak terlalu euforia terhadap vaksin.

Menurut Dicky, masyarakat tetap harus mematuhi protokol kesehatan 3M yakni; Memakai masker, Mencuci tangan dan Menjaga jarak. “Artinya, kehadiran vaksin tidak serta merta menjadi peluru ajaib, hingga kita bisa keluar dari pandemi. Kehadiran vaksin harus tetap dikombinasikan dengan 3M,” tutupnya. [QAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.