Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Memaknai Sumpah Pemuda Di Era Covid

Beda Sikap, Yes Pecah Belah, No

Rabu, 28 Oktober 2020 06:49 WIB
Ilustrasi peringatan hari Sumpah Pemuda 2020. (Foto: Kemenlu RI)
Ilustrasi peringatan hari Sumpah Pemuda 2020. (Foto: Kemenlu RI)

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari ini, tepat 92 tahun peringatan Sumpah pemuda. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini, peringatan Sumpah pemuda dilakukan saat negara dilanda pandemi Covid-19, dan munculnya demo berjilid-jilid terkait penolakan Undang-undang (UU) Cipta kerja (Ciptaker). Semoga, peringatan Sumpah Pemuda bisa jadi spirit bagi warga bangsa ini, untuk terus memupuk persatuan, meski sikap dan pandangan sering kali beda haluan.

Pengamat Psikologi Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk meminta generasi muda tidak melupakan sejarah. Agar tahu jati diri bangsa sesungguhnya. “Jika tidak tahu sejarah, maka kita akan mudah dipecah belah. Hanya karena perbedaan pandangan politik, suku, agama dan lainnya,” kata Hamdi, menyampaikan nasihat saat dimintai komentar terkait makna Sumpah Pemuda, kemarin.

Baca juga : Bupati Maluku Tenggara Komit Terus Bangun Perbatasan

Hamdi mengingatkan, dulu banyak pergerakan anak muda sebelum kemerdekan mati-matian menyatukan semua perbedaan itu. salah satunya sumpah Pemuda, yang lahir dari Kongres Pemuda II tahun 1928. “Jas merah. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Founding fathers kita sudah capek-capek, secara merangkak ya merajut persatuan,” tambahnya.

Saat negara dilanda pandemi, lanjut Hamdi, solidaritas antar seluruh anak bangsa lagi urgent dibutuhkan. “sekarang kita perlu solidaritas. ada Covid yang dunia setengah mati mengatasinya. Kita fokus di sini lah,” ajaknya.

Baca juga : Kemenperin: Bonus Demografi Peluang Bangun Industri

Jangan sampai, dia me-warning, persatuan tercabik-cabik hanya karena perbedaan pandangan soal UU Omnibus Law, misalnya. Menurutnya, tidak ada Undang-Undang bikinan manusia yang sempurna. Akan tetapi, kritikan atas ketidaksempurnaan itu, tetap harus dilakukan secara elegan dan konstruktif. “Kemarin-kemarin heboh demo Omnibus Law, ruginya sampai ratusan miliar. Sarana rusak dan hancur. Habis energi kita. Setuju nggak setuju, itu biasa. Mana ada Undang-Undang yang sempurna seperti Tuhan bikin,” tegasnya.

Ia mengajak seluruh komponen anak bangsa untuk menyatukan energi positif, sekecil apapun. Bukan justru semakin meruncingkan semangat permusuhan. “Stop ngata-ngatain kafir, nggak Pancasilais, nggak NKRIi, radikal, aseng asing, komunis,” sarannya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.