Dark/Light Mode

Ketahanan Pangan Keluarga Salah Satu Solusi Atasi Covid-19

Minggu, 13 Desember 2020 20:57 WIB
Ketua IPB SDGs Network Bayu Krisnamurthi (Foto: Istimewa)
Ketua IPB SDGs Network Bayu Krisnamurthi (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua IPB Sustainable Development Goals (SDGs) Network Bayu Krisnamurthi menyatakan, penciptaan ketahanan pangan dan gizi berbasis konsumsi pangan keluarga dapat menjadi solusi untuk mengatasi pandemi Covid-19. Menurut dia, penanganan urusan pangan dan gizi ini menjadi penting. Sebab, pandemi telah menimbulkan dampak serius ke berbagai sektor, termasuk kemampuan masyarakat dalam menyediakan, menjangkau, dan memanfaatkan bahan pangan bagi keluarga.

"Dua pertiga urusan kelaparan berhubungan dengan kecukupan konsumsi pangan dan gizi, terutama pada seribu hari pertama kehidupan," kata Bayu, dalam Bincang-Bincang Aksi Relawan Mandiri Himpunan Alumni IPB (BBA) volume 3, dengan tema "Ketahanan Pangan di Masa Pandemi", di Bogor, Minggu (13/12), seperti dikutip Antara.

Baca juga : Ketua KPU Tangsel Wafat Terpapar Covid-19

Wakil Menteri Perdagangan periode 2011-2014 menjelaskan, persoalan konsumsi pangan dan ketidakcukupan gizi seperti ancaman stunting pada anak menjadi problem yang harus dicarikan solusinya mulai dari tingkat keluarga. Meski demikian, pembicaraan soal pemenuhan gizi keluarga ini tidak sebatas membahas aspek sosial budaya dan selera makan, karena juga terkait dengan pengetahuan dan kesadaran akan gizi.

"Dalam konteks ini, peran ibu menjadi sangat penting. Pendapatan keluarga sangat menentukan untuk memastikan kecukupan pangan bergizi serta pemahaman soal sistem pangan juga sangat penting," katanya.

Baca juga : Sempat Dirawat, Ketua KPU Tangsel Meninggal Dunia Positif Covid-19

Menurut Bayu, ketahanan pangan itu bukan hanya persoalan produksi. Tetapi juga ditentukan oleh faktor distribusi, pengolahan, penyimpanan, hingga konsumsi.

Sementara itu, Sosiolog Universitas Indonesia Imam Prasodjo menilai, penerapan pembangunan berkelanjutan adalah kondisi yang adil di antara dikotomi dua pihak yang mengagungkan pertumbuhan ekonomi dengan pihak yang menginginkan adanya kelestarian alam. "Paradigma pembangunan itu tidak semata-mata hanya soal pertumbuhan, tapi juga soal kebahagiaan," katanya.

Baca juga : BPOM Ajak OKI Cari Solusi Tangani Pendemi Covid-19

Untuk itu, menurut Direktur Yayasan Nurani Dunia ini, pemuda masa kini lebih pro kepada pencegahan perubahan iklim. Mereka perlu dirangkul dan diberdayakan agar menjadi penggerak pembangunan berkelanjutan.

"Kebangkitan ketahanan pangan, dapat dilakukan melalui pertanian rumah tangga dan pertanian komunitas. Petani yang termarjinalkan harus didampingi oleh orang kota yang terdidik, karena pertumbuhan pertanian menjadi tidak produktif jika tenaga kerjanya tidak terdidik," katanya. [USU]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.