Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Prof. KH. Nasaruddin Umar
Penting, Bahasa Agama Dalam Memutus Rantai Covid-19
Senin, 11 Januari 2021 19:50 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Berbagai upaya terus dilakukan pemerintah untuk menyadarkan masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan (prokes) di tengah pandemi Covid-19.
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Dr. KH. Nasaruddin Umar menyarankan pemerintah mulai memakai pendekatan dengan bahasa agama. "Sebab, pendekatan agama sangat penting dan efektif memberi pemahaman kepada masyarakat bahaya virus Covid-19," ungkap Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar saat webinar bersama Rakyat Merdeka bertajuk Protokol Kesehatan Di Tempat Ibadah, Senin (11/1).
Prof. Nasar mengingatkan, siapapun yang ingin menggalang partisipasi aktif masyarakat Indonesia untuk mawas diri terhadap Covid-19 perlu lebih mengakomodir bahasa agama. Namun, pendekatan dengan bahasa agama menuntut adanya pemahaman substansi dan kehati-hatian.
"Karena mayoritas masyarakat kita itu begitu terlahir langsung didekatkan dengan bahasa agama," katanya.
Dia mencontohkan bagaimana persoalan larangan beribadah khususnya ke Masjid saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) beberapa waktu lalu. Banyak masyarakat yang menolak larangan tersebut dengan alasan melihat mall dan pasar tetap buka tapi rumah ibadah dipaksa tutup.
Maka, kata Prof. Nasar, untuk melarang perlu bahasa agama. Larangan merujuk kepada landasan dalil dari Al Quran dan Sunnah.
Baca juga : BPOM Pakai Standar Internasional Dalam Terbitkan EUA Vaksin Covid-19
"Dalam hal apapun perlu dikembalikan mengikuti petunjuk yang sudah diajarkan Nabi Muhammad SAW. Kalau hanya melarang beribadah banyak kurang menghiraukan tapi kalau langsung merujuk kepada dalil Al Quran atau Hadits itu langsung masyarakat lebih mendengarnya," tegasnya.
Dia mengatakan bahasa agama ini seharusnya sering disampaikan kepada masyarakat. Apalagi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar patuh terhadap prokes. "Nabi itu sangat peka terhadap hal-hal yang bisa membahayakan umat," katanya.
Jangankan dalam kondisi pandemi, lanjutnya, saat hujan deras saja Nabi Muhammad SAW mengingatkan agar tidak pergi solat berjamaah di masjid. "Apalagi ini hujan Corona yang sangat darurat," imbuh Prof. Nasar.
Baca juga : Selain Vaksin, Rusia Klaim Temukan Obat Covid-19
Menurutnya, ada banyak kaidah-kaidah ushul fiqh yang perlu dipahami dalam menjalankan ibadah saat pandemi. Dalil seperti ini yang sebaiknya disampaikan tokoh agama terhadap masyarakat.
Prof. Nasar mengakui, sampai sekarang dia masih belum berani membuka Masjid Istiqlal untuk umum. Meski masjid tersebut tampak besar tapi pintu masuk dan tangga seluruhnya terbatas. Dia mengimbau masyarakat, khususnya kaum muda untuk tidak 'ngeyel' dalam beragaman.
"Peran pemuka agama dalam pandemi ini sangat penting. Protokol kesehatan harus jadi kesadaran. Anak muda jangan egois. Maunya ke Masjid. Kasihan kalau pulang ketemu orang tua di rumah. Bawa penyakit ke rumah," ucapnya. [JAR]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya