Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

FGD Dengan Imam Besar Masjid Istiqlal

Bahasa Agama Penting Untuk Tangani Corona

Selasa, 12 Januari 2021 06:57 WIB
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. KH Nasaruddin Umar (Foto: Tangkapan layar)
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof. KH Nasaruddin Umar (Foto: Tangkapan layar)

RM.id  Rakyat Merdeka - Penanganan pandemi Corona di Tanah Air tidak cukup hanya mengandalkan bahasa ekonomi dan bahasa kesehatan. Bahasa agama juga harus ikut dimainkan dalam menumpas virus dari China tersebut. Karena, penggunaan bahasa agama akan menyerap ke hati umat, sehingga penanganan pandemi akan lebih maksimal.

Demikian salah satu intisari Focus Group Discussion virtual Rakyat Merdeka bersama Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof. KH Nasaruddin Umar, kemarin. Diskusi dengan tema “Protokol Kesehatan di Tempat Ibadah” itu, dipandu Direktur Rakyat Merdeka, Kiki Iswara.

"Jika pemerintah atau siapapun ingin menggalang partisipasi masyarakat, paling tidak harus mengakomodir bahasa agama," terang Prof Nasaruddin.

Baca juga : Nih, Tiga Jurus Pemerintah Buat Tangkal Virus Corona

Menurut mantan Wakil Menteri Agama ini, sejak lahir, masyarakat itu sudah diperkenalkan dengan bahasa agama. Apalagi masyarakat Indonesia yang sangat identik dengan keagamaannya. "Orang Islam, yang pertama kali merasuk ke telinga kanannya adalah azan, telinga kirinya iqomah," jelasnya.

Prof Nasaruddin kemudian mengupas mengenai konsep karantina dan protokol kesehatan dalam menekan penyebaran Corona. Menurutnya, sejak dulu, Nabi Muhammad sudah mengenalkan konsep tersebut. Saat itu, Nabi melarang umat Islam untuk mendatangi suatu daerah yang terkena wabah. Jika sudah telanjur ada di daerah itu, tidak boleh keluar. "Ini kan anjuran Nabi. Saya kira pedoman karantina dalam sejarah itu karantina Nabi," paparnya. 

Nabi juga menganjurkan umatnya untuk berjalan cepat saat melewati tempat pemusnahan umat-umat terdahulu. Karena Nabi khawatir masih ada sisa-sisa virus di tempat pemusnahan itu.

Baca juga : Presiden Ingin Masjid Istiqlal Jadi Tempat Pemberdayaan Umat

Prof Nasaruddin melanjutkan, Nabi Muhammad sangat peduli kepada kesehatan umat dan penerapan protokol kesehatan ketat saat ada wabah. Hal-hal seperti ini yang harus disampaikan ke umat. Agar umat juga mematuhi protokol kesehatan dengan ketat.

Untuk vaksinasi, Nabi juga sudah memberi contoh. Sebelum ada vaksin virus Yuzam, Nabi menghindari umat yang tertular di daerah itu. “Namun, ketika Nabi menemukan vaksin, beliau makan bareng dengan yang terpapar," Prof Nasaruddin memberi contoh.

Untuk konteks rumah ibadah, Prof Nasaruddin meminta benar-benar menerapkan protokol kesehatan. Jika dalam kondisi tidak memungkinkan, tidak perlu memaksakan. Ibadah masih bisa dilakukan di rumah. Sebab, dalam Islam, ada kaidah, menghilangkan kemudaratan harus lebih didahulukan daripada mengambil kemasalahatan. Jika masjid sudah dibuka, antarjemaah harus ada jarak. Tidak boleh rapat-rapat. “Di masjid harus ada protokol kesehatan yang harus diindahkan," terangnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.