Dark/Light Mode

Virus Nipah, Ancaman Baru Setelah Covid-19

Kamis, 28 Januari 2021 10:51 WIB
Kelelawar buah Mesir di pohon kurma. [Foto: Amram Zabari]
Kelelawar buah Mesir di pohon kurma. [Foto: Amram Zabari]

 Sebelumnya 
Veasna Duong, Kepala Unit Virologi di laboratorium penelitian ilmiah Institut Pasteur Phnom Penh, Kamboja mengatakan, jus kurma juga sangat populer di negaranya.

Duong dan timnya telah menemukan bahwa kelelawar buah di Kamboja dapat terbang jauh - hingga 100 km setiap malam - untuk mencari buah.

Itu berarti, penduduk di wilayah tersebut perlu khawatir, tidak hanya tentang terlalu dekat dengan kelelawar, tetapi juga khawatir mengonsumsi produk yang mungkin telah terkontaminasi kelelawar yang terinfeksi virus Nipah.

Baca juga : Pemprov DKI Siapin 17.900 Petak Makam Baru Khusus Covid-19

Duong dan timnya juga telah mengidentifikasi situasi berisiko tinggi lainnya, yaitu kotoran kelelawar (disebut guano) menjadi pupuk yang populer di Kamboja dan Thailand dan di daerah pedesaan dengan sedikit kesempatan kerja.

Bagi penduduk di sana, menjual kotoran kelelawar dapat menjadi cara yang vital untuk mencari nafkah. Duong mengidentifikasi banyak lokasi di mana penduduk setempat mendorong kelelawar buah, yang juga dikenal sebagai rubah terbang, untuk bertengger di dekat rumah mereka sehingga mereka dapat mengumpulkan dan menjual guano mereka.

Sayangnya, banyak pemanen guano tidak tahu risiko yang mereka hadapi saat melakukannya. "Sebanyak 60 persen orang yang kami wawancarai tidak tahu bahwa kelelawar menularkan penyakit. Masih kurangnya pengetahuan di masyarakat," kata Duong kepada BBC.

Baca juga : Kerahkan Tim Hacker, Korut Kembangin Vaksin Covid-19

Duong meyakini, dengan memberikan edukasi kepada penduduk setempat tentang ancaman yang dibawakan oleh kelelawar pembawa penyakit ini harus menjadi inisiatif utama.

Selain itu, perusakan habitat kelelawar juga telah menyebabkan penyebaran infeksi virus Nipah di masa lalu. Pada 1998, wabah virus Nipah di Malaysia menewaskan lebih dari 100 orang.

Para peneliti menyimpulkan, kebakaran hutan dan kekeringan setempat telah mengusir kelelawar dari habitat aslinya dan memaksa mereka menuju pohon buah yang tumbuh di peternakan yang memelihara babi.

Baca juga : Nutraseutikal Alami, Alternatif Pencegah Covid-19

Saat di bawah tekanan, kelelawar terbukti melepaskan lebih banyak virus. Kombinasi antara dipaksa pindah habitat dan berada dalam kontak dekat dengan spesies yang biasanya tidak berinteraksi dengan mereka, memungkinkan virus berpindah dari kelelawar ke babi, dan seterusnya ke peternak.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.