Dark/Light Mode

Connie Rahakundini Pertanyakan Efektivitas Dana BOS

Rabu, 3 Maret 2021 09:39 WIB
Dr. Connie Rahakundini Bakrie. [Foto: Ist]
Dr. Connie Rahakundini Bakrie. [Foto: Ist]

RM.id  Rakyat Merdeka - Connie Rahakundini Bakrie yang biasanya banyak bicara soal dunia militer dan pertahanan, tiba-tiba bersuara keras soal pengelolaan pendidikan Indonesia. Dosen Universitas Ahmad Yani ini tergerak angkat bicara, setelah melihat anak-anak usia sekolah yang jualan keripik semakin menjamur di daerahnya, Bogor, Jawa Barat.

Hal itu disampaikan Connie dalam sebuah wawancara yang diberi judul Connie Rahakundini Bicara Keras tentang Pengelolaan Penddidikan di Indonesia. Ada Apa? Wawancara itu diposting Kanal Anak Bangsa di YouTube, dipandu sang host, Rudi S Kamri, Minggu (27/2) lalu. "Sebenarnya, aku tidak terlalu memperhatikan pendidikan level SD, SMP, SMA," ucap Connie, membuka obrolannya.

Akan tetapi, selaku warga yang tinggal di daerah Bogor, dia mengaku miris melihat anak-anak usia sekolah yang jualan keripik. Dari sebelumnya pandemi, hanya satu dua orang, kini malah menjamur.

"Kamu nggak sekolah?" kisah Connie, mengulang percakapannya dengan anak-anak penjual keripik. "Nggak bisa sekolah," sambungnya, meniru respons anak-anak penjual keripik.

Baca juga : Rakyat Lebih Pilih Nabung Daripada Beli Mobil Baru

Istri Letnan Jenderal TNI (Purn) Djaja Suparman ini melanjutkan, dalam obrolannya dengan anak-anak penjual keripik itu, mereka tak bisa sekolah antara lain karena tidak punya akses internet seperti Wi-Fi.

"Jika pun mereka punya HP, ternyata sistem buku pelajaran itu harus bertukar. Jadi, satu kelas itu ada lima buku. Itu pun harus tukeran. Jadi walaupun mereka bisa online, tapi pada saat mengerjakan bukunya nggak ada, maka nggak bisa," tutur Connie.

"Bukannya ada dana BOS ya?" timpal Rudi.

Connie mengaku, mulanya tak mengerti soal dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Sebab, selama ini konsentrasinya lebih banyak pada persoalan militer dan pertahanan. "Jadi BOS ini, aku shock juga," ucap doktor bidang politik dari Universitas Indonesia ini, lalu menatap lembaran kertas di tangannya.

Baca juga : Bantu UMKM Bertahan, Ini Peran Penting BNI

Berdasarkan data yang dipegang Connie, dana BOS itu mencapai Rp 490 triliun pertahun. Menurutnya, ada dua masalah di dalamnya. Pertama, afirmasi. Kedua, kinerja.

Sejak era Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendi, lanjut Connie, diperkenalkan program Akses Rumah Belajar. "Ketika Akses Rumah Belajar itu diberikan, anak-anak diwajibkan diberikan tablet, seluruh Indonesia. Untuk level kelas 6, 7 dan 10," sebutnya.

Connie merinci, di era Mendikbud Muhadjir, pernah digelontorkan Rp 24 juta untuk tiap sekolah, dengan jumlah 30 ribu sekolah. Dana ini, untuk pengadaan tablet atau laptop. Lalu, ada lagi Rp 2 juta per murid.

"Yang terjadi, dekat-dekat (wilayah tinggalnya di Bogor) sini juga, bukan jauh di pelosok, ternyata untuk laptop gurunya, ibu-ibu orang tua murid ini mesti iuran," herannya.

Baca juga : Pentingnya Bangun Keluarga Tangguh

"Dananya kemana," tanya Rudi. [SAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.