Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Ketua Umum Gerakan Reformasi Hukum (Gerah) Tantan Taufiq Lubis menilai pemberantasan korupsi di Indonesia seperti menggarami lautan. Sebab, korupsi dilakukan secara sistematik.
"Upaya pemberantasan korupsi saat ini dapat diilustrasikan bagaikan upaya menggarami lautan sepertinya akan sia-sia belaka," ujarnya, Kamis (15/4).
Dia menilai, saat ini masalah korupsi di Indonesia merupakan tuntutan hadirnya demokrasi, sehingga orang berlomba-lomba mengambil kesempatan ikut serta dalam hajatan politik merebut kekuasaan.
Baca juga : Politikus Pakai Anjing Liar Buat Kampanye
Imbasnya, banyak yang menjadikan hal itu sebagai investasi politik. "Dengan pendekatan investasi, maka perebutan kekuasaan itu harus memiliki return of investment atau mengembalikan investasi itu sendiri," tuturnya.
Tak heran, di era demokrasi saat ini rakyat yang bisa memilih pemimpinnya sendiri menjadi pragmatis. Tapi, yang paling diuntungkan adalah pemodal, baik yang secara langsung mencalonkan dirinya, maupun mencari "wayang" untuk dicalonkan sebagai kandidat kepala daerah.
"Terlepas dari siapapun yang akan dicalonkan, tapi return atau pengembalian investasi itu harus dapat dilakukan tentunya harus berlipat-lipat," tuturnya.
Baca juga : Kasus Positif Nambah 5.656, Jawa Barat Masih Betah Di Tangga Teratas
Tantan melihat, korupsi terjadi secara masif akibat dari keberadaan sistem politik yang mendorong terjadinya kegiatan untuk menyalahgunakan jabatan guna pengembalian investasi politik.
Kondisi demikian membuat pemberantasan korupsi dangan cara parsial seperti saat ini dinilainya tak efektif, sementara sistem yang koruptif tak ditangani.
"Aparat penegak hukum hanya akan menangkap mereka yang ketahuan semata, padahal hampir semua akibat penerapan sistem itu diduga berpotensi melakukan hal yang sama," ungkap Tantan.
Baca juga : Industri Sawit Bisa Jadi Solusi Pengentasan Kemiskinan Di Papua
Situasi ini akan membuat kekuasaan mudah melakukan politisasi hukum yang pada akhirnya melahirkan penegakan hukum yang tebang pilih sesuai selera subjektivitas.
"Kita harus menjaga dan menjauhkan KPK agar tidak menjadi pembunuh bayaran dalam kontestasi demokrasi dan proses berbangsa dan bernegara," tandasnya.
KPK sendiri kini tengah berupaya memperbaiki sistem itu dengan mendorong parpol untuk menerapkan Sistem Integritas Partai Politik (SIPP). Kemarin, KPK menyambangi DPP PDIP dan PPP. Hari ini, giliran Partai Gerindra dan PKS yang disambangi. [TIF]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya