Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Mau Selamat? Jangan Longgarkan Prokes

Rabu, 21 April 2021 09:58 WIB
Pemakaman jenazah Covid-19 di TPU Bambu Apus, Jakarta Timur (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/RM)
Pemakaman jenazah Covid-19 di TPU Bambu Apus, Jakarta Timur (Foto: Ng Putu Wahyu Rama/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sepintas, tren kasus positif di Indonesia menurun sejak Maret 2021. Tapi kemarin, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof. Wiku Adisasmito melaporkan adanya kenaikan kasus positif dan kasus kematian, dalam sepekan terakhir.

"Di minggu ini, kasus positif dan kasus kematian mengalami peningkatan. Kasus positif naik 14,1 persen setelah pekan lalu turun 14 persen. Tiga dari lima besar provinsi yang mengalami kenaikan kasus positif tertinggi dalam pekan ini, ada di Pulau Jawa," papar Wiku, dalam konferensi pers virtual pada Selasa (20/4).

Lima provinsi yang mencatat lonjakan kasus tertinggi dalam sepekan terakhir adalah Jawa Barat yang naik 2.276, Jawa Tengah (1.203), Riau (380), DKI Jakarta (346), dan Nusa Tenggara Timur/NTT (266).

Sedangkan 5 provinsi yang mencatat peningkatan kasus kematian tertinggi dalam sepekan terakhir adalah DKI Jakarta yang naik 30, Riau (21), Kalimantan Tengah (12), serta Banten dan Daerah Istimewa Yogyakarta yang sama-sama membukukan angka 8.

Baca juga : Pak Jokowi, Jangan Gagal Fokus Saat Reshuffle!

Wiku menengarai, kenaikan jumlah kasus ini disebabkan oleh dampak libur panjang Paskah pada 4 April lalu. Serta melonggarnya pelaksanaan protokol kesehatan karena euforia vaksinasi.

Fakta ini tentunya patut diwaspadai, mengingat beberapa negara lain - salah satunya India - kini mengalami lonjakan kasus Covid, setelah sempat mengalami penurunan.

Terkait hal ini, dr. Adam Prabata yang merupakan Kandidat PhD di Kobe University, Jepang sekaligus edukator kesehatan yang aktif di media sosial mengingatkan, Covid-19 dapat terjadi secara bergelombang.

"Di sejumlah negara, gelombang kedua bahkan ketiga kasus Covid, berpotensi lebih tinggi dibanding gelombang sebelumnya," kata Adam via laman Instagramnya.

Baca juga : Shalat Berjemaah Di Masjid, Jangan Lupa Prokes Ya...

Adam menyebut, kendornya pelaksanaan protokol kesehatan adalah faktor utama penyebab lonjakan kasus baru Covid. Misalnya saja, ritual mandi bareng di India, yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang tertular Covid.

Di Brazil, kenaikan kasus diduga disebabkan oleh varian mutasi P1, yang meningkatkan kemampuan penularan dan menurunkan efektivitas antibodi. Sedangkan peningkatan jumlah kasus Covid di Inggris dan sejumlah negara-negara Eropa pada awal tahun ini, dipicu oleh varian B117.

Fakta-fakta tersebut mestinya bisa menjadi alarm bagi kita, agar tidak lengah menghadapi situasi Covid.

Australia dan Selandia Baru adalah contoh negara yang melakukan pengontrolan kasus Covid secara ketat. Sehingga, mereka bisa melonggarkan pembatasan dan menjalankan aktivitas tanpa masker di sejumlah daerah.

Baca juga : Kemenag Uji Publik Peta Jalan Kemandirian Pesantren

"Kita tetap tidak boleh lengah, karena Covid bisa terjadi secara bergelombang. Gelombang kedua, bisa lebih tinggi dari yang pertama. Karena itu, kita tak boleh longgar dalam protokol kesehatan. Sebab, bisa meningkatkan penularan," papar Adam.

"Kita juga harus mewaspadai kemunculan varian virus baru, yang berpotensi meningkatkan jumlah kasus dan menurunkan efektivitas vaksin," pungkasnya. [HES]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.