Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Apresiasi Komisi X DPR, BPIP: Pancasila Bukan Hafalan

Selasa, 4 Mei 2021 08:30 WIB
Anggota Dewan Pengarah BPIP, Rikard Bangun. (Foto: ist)
Anggota Dewan Pengarah BPIP, Rikard Bangun. (Foto: ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Rikard Bangun berharap, Pancasila bisa masuk dalam kurikulum pendidikan dasar sampai tinggi.

Selain vital untuk membangun karakter bangsa, pelajaran Pancasila ampuh membentengi kaum milenial dari dampak buruk digitalisasi seperti hoaks, ujaran kebencian, dan fakenews. 

Hal itu disampaikan Rikard saat menjadi pembicara kunci dalam diskusi virtual 'Pancasila Dalam Kurikulum' yang digagas Gen Indonesia, Senin (3/5). Hadir pula pemateri lain yakni Wakil Ketua Komisi X DPR Hetifah Sjaifudian, Kepala Balitbang Kemendikbudristek Anindito Aditomo, Anggota Komisi II DPR Anwar Hafid, dan Direktur Pengkajian Materi BPIP Muhammad Sabri. 

Rikard melanjutkan, pendidikan  diyakini selama berabad-abad sebagai salah satu cara atau sistem terbaik mendorong internalisasi nilai, juga teknis.  "Nilai-nilai Pancasila tumbuhkan pribadi warga Indonesia yang khas. Memiliki semangat gotong royong, kemanusiaan, musyawarah mufakat dan Ketuhanan YME," jelas Rikard.

Baca juga : Kepala BPIP: Dengan Pancasila, RI Bisa Jadi Teladan Di Dunia

Pendidikan Pancasila juga terbukti menjaga nilai kebangsaan dan kemanusiaan. "Apalagi Pancasila sebagai dasar atau filsafat negara. Kalau digeser, ini akan mengguncang hebat, eksistensi bangsa dipertaruhkan," pesan Rikard. 

Mantan wartawan ini merasa Pancasila juga diperlukan milenial dalam menghadapi benturan digital. Di satu sisi, teknologi digital bermanfaat. Tapi di sisi lain, juga menghasilkan efek negatif. "Jika tidak dibekali wawasan kebangsaan, efek buruk digital itu akan menghasilkan disorientasi dan perpecahan," beber Rikard. 

Lantas bagaimana idealnya Pancasila diajarkan? Rikard bilang, sebelumnya ada kesan pelajaran Pancasila hanya hafalan. Kalau tak hafal, tak bisa lulus. "Dialog bukan  monolog. Dengan dialog akan  merangsang pemikiran melahirkan sintesa. Sehingga ilmu pengetahuan akan berkembang," tukasnya. 

Sementara itu.  Wakil Ketua Komisi Pendidikan DPR Hetifah Sjaifudian mengungkapkan, hampir semua fraksi mendukung Pancasila masuk dalam kurikulum. Apalagi Kemendikbud sudah membuat visi Merdeka Belajar yang menghasilkan Pelajar Pancasila. 

Baca juga : Edan, Polisi Malah Balapan Di Jalanan

Peserta didik tak hanya berprilaku sesuai nilai Pancasila, tapi juga mampu berkompetisi global. Hanya saja, sambung Hetifah, PP 57/2021 yang menjadi turunan UU Sistem Pendidikan Nasional malah tidak memperkuat niat untuk menegaskan pendidikan Pancasila di satuan-satuan pendidikan.  "Karena itu kami minta Kemendikbud segera mengajukan draft revisi atas PP ini," seru Hetifah. 

Politisi Partai Golkar ini menegaskan, PP turunan dari UU Sisdiknas  itu harus memasukkan secara eksplisit pendidikan Pancasila. "Rabu ini kami akan rapat dengan Mas Menteri (Nadiem Makariem), dan akan menanyakannya," kata Hetifah. 

Direktur Pengkajian Materi BPIP M Sabri mengapresiasi langkah Komisi X DPR. Kata dia, memang perlu penguatan intitusional terkait pendidikan Pancasila. BPIP sendiri, lanjut dia, saat ini tengah melakukan penyusunan bahan ajar pendidikan Pancasila dari PAUD sampai pendidikan tinggi. Bahan ajar tersebut sudah hampir rampung. "Insya Allah per 1 Juni nanti, bahan ajar ini akan kami luncurkan dan diskusikan," terang Sabri. 

Dia memastikan bahan ajar versi BPIP itu tidak menggunakan pendekatan  hafalan atau monolog. Tapi dialog dan variatif. Tentu disesuaikan dengan tingkat pendidikan. 

Baca juga : Komisi IX DPR Sebut Mafia Karantina Bukti Pengawasan di Bandara Lemah

Sabri menekankan, nilai-nilai Pancasila sangat dekat dengan kehidupan kita. "Jadi tidak perlu berpikir besar soal nilai Pancasila. Karena nilai-nilai itu bisa tumbuh dari tokoh lokal atau tokoh agama di sekitar kita," tuntasnya. [DIT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.