Dark/Light Mode

Cegah Intoleransi Dan Radikalisme, BPIP: Hidupkan Kearifan Lokal 

Senin, 26 April 2021 13:38 WIB
Deputi V Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP Rima Agristina (tengah), CEO Alvara Institut Hasanuddin Ali (kiri)  dan Kasubdit Kelembagaan Kementerian Agama (Kemenag) M Adib Abdusomad. (Foto: Ist)
Deputi V Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP Rima Agristina (tengah), CEO Alvara Institut Hasanuddin Ali (kiri)  dan Kasubdit Kelembagaan Kementerian Agama (Kemenag) M Adib Abdusomad. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyebut setidaknya ada dua strategi untuk mencegah berkembangnya paham intoleransi dan radikalisme di Tanah Air,  terutama di kalangan pemuda dan pelajar. Kedua strategi itu adalah menghidupkan kearifan lokal dan mencegah eksklusifme.  

Deputi V Bidang Pengendalian dan Evaluasi BPIP Rima Agristina megungkapkan, paham intoleransi di tingkat pelajar dan pemuda makin mengkhawatirkan. Gerakan intoleransi dan radikalisme makin massif di tengah. 

Menurut dia, agar paham intoleransi dan radikalisme ini tak makin berkembang, BPIP harus menyiapkan berbagai strategi. Tak cukup hanya dengan turun ke lapangan tapi juga disiapkan strategi agar Pancasila merembes dalam kehidupan masyarakat.  

Baca juga : 3 Agenda Dibahas Dalam Pertemuan AHY Dan Presiden PKS, Ini harapan Kader Demokrat

Menurut dia, ada dua strategi yang bisa digunakan. Kedua strategi itu adalah menghidupkan kearifan lokal dan menghilangkan eksklusifitas. Menurut Rima, paham terorisme biasanya sangat takut terhadap kearifan lokal. Karena itu, biasanya kelompok intoleransi dan radikal membenturkan antara agama dan kearifan lokal.

Cara menghidupkan kearifan lokal bisa dengan berbagai cara. Bisa lewat  video tutorial, komik, musik, atau film. "Berbagai alat ini bisa digunakan untuk mengimbangi serangan tersebut," kata Rima dalam acara  Penyusunan Strategi Aktualisasi Pembudayaan Pancasila, di Perpustakaan Nasional, Jakarta, Senin (26/4).

Dalam acara ini  hadir narasumber lain yaitu CEO Alvara Institut Hasanuddin Ali, dan Kasubdit Kelembagaan Kementerian Agama (Kemenag) M Adib Abdusomad. 

Baca juga : Keuntungan Bisnis Ingrid Kansil Disalurkan Ke TK Dan Pesantren

Strategi yang lain, lanjut Rima adalah menghilangkan eksklusifitas. Karena itu, Rima mengaku dalam setiap memberikan ceramah kepada anak muda agar bergaul dengan banyak kalangan. Jangan sama yang itu-itu saja. Karena eksklusifitas adalah pintu masuk intoleransi dan radikalisme. "Tugas ini memang tidak mudah karena bukan hanya fisik tapi juga ideologi," tuntasnya. 

Hasanuddin Ali menyampaikan hal serupa. Kata dia, butuh upaya keras untuk melawan paham radikalisme dan intoleransi. Pasalnya, paham intoleransi dan radikalisme sudah masuk ke semua sektor sampai ke kampus-kampus negeri terutama di fakultas sains atau eksakta. 

Kata dia, dari hasil riset Badan Nasional Penanganan Terorisme (BNPT) diketahui radikalisme menguat di tiga entitas. Tiga entitas itu adalah perkotaan, kelompok milenial atau anak muda, dan perempuan. Dua kasus terakhir bom Makassar dan Mabes Polri adalah orang kota, muda, dan perempuan. 

Baca juga : Disetujui Menteri Dan Asosiasi, Pelindo II Sesuaikan Tarif Di Tanjung Priok Mulai 15 April

Kata dia, beberapa tahun terakhir pelaku tindak teroris makin muda.  Dulu, orang pelaku terorisme  butuh 3-5 tahun untuk melakukan tindak terorisme. Hari ini karena faktor digital dan sosial media yang gencar, hanya butuh 6 bulan sampai 1 tahun untuk mempengaruhi pelaku teror. Karena itu, penting bagi BPIP selain melakukan mitigasi anak-anak milenial juga perempuan

Hasanuddin mengungkapkan, akademisi luar biasanya menyebut penyebab utama radikalisme adalah kemiskinan. Namun dari berbagai serangan teror di Tanah Air diketahui mereka yang terpapar radikalisme bukan dari kelompok miskin.  Dari hasil kajian Alvara disebutkan tidak ada satu korelasi signifikan keterpaparan radikal dengan ekonomi. "Justru kita lihat kelas menangah yang banyak terpapar paham radikal," ujarnya. 

Bagaimana solusinya? Menurut dia, salah satu melawan radikalisme itu membumikan Pancasila. Tidak hanya dalam teori tapi harus merembes sampai ke masyarakat. "Misalnya melalui gaya hidup atau bentuk-bentuk  aktualisasi Pancasila. Seperti dalam budaya dan sebagainya," ujarnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.