Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Hadapi Lonjakan Covid

Rumah Sakit Siap Siaga

Selasa, 25 Mei 2021 06:55 WIB
Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G Partakusuma pada Focus Group Discussion bertajuk “Kesiapan Rumah Sakit Indonesia Hadapi Kemungkinan Lonjakan Covid-19 Pasca Liburan”, yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, Senin (24/5/2021).  (Foto: Dok. RM.id)
Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G Partakusuma pada Focus Group Discussion bertajuk “Kesiapan Rumah Sakit Indonesia Hadapi Kemungkinan Lonjakan Covid-19 Pasca Liburan”, yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, Senin (24/5/2021). (Foto: Dok. RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pasca Lebaran, banyak kekhawatiran yang menyebut akan terjadi lonjakan kasus Covid-19. Apalagi, peningkatannya sudah terjadi dalam beberapa hari terakhir. Namun, publik bisa sedikit lega. Sebab, rumah sakit-rumah sakit yang ada di Tanah Air sudah lebih siap menghadapi kemungkinan buruk. Contohnya, kini rumah sakit siap men-switch kamar perawatan biasa menjadi ICU dan ruang isolasi jika terjadi lonjakan kasus Covid-19.

Kesiapan ini disampaikan Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G Partakusuma pada Focus Group Discussion bertajuk “Kesiapan Rumah Sakit Indonesia Hadapi Kemungkinan Lonjakan Covid-19 Pasca Liburan”, yang diselenggarakan Rakyat Merdeka, tadi malam. Dalam FGD yang dipandu Direktur Rakyat Merdeka Kiki Iswara itu, Lia bicara banyak hal terkait kondisi rumah sakit (RS) dan instrumen di dalamnya dalam menghadapi Covid-19. Mulai dari ketersediaan tempat tidur untuk mengantispasi lonjakan kasus hingga pendapatan RS.

Lia memastikan, saat ini RS-RS lebih siap mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Caranya, dengan mengutamakan perawatan kepada pasien Covid dibanding pasien non Covid-19. “Ini perintah dari tiga bulan lalu,” terang Lia.

Baca juga : Redam Lonjakan Covid, Satgas Minta Masyarakat Tak Berkerumun dan Bepergian

Dia lalu memaparkan update mengenai tingkat keterisian kamar alias bed occupancy rate (BOR) pasien Covid-19. Saat ini, jumlahnya sebesar 30,25 persen. “Tempat tidur (pasien Covid-19) yang ada di RS yang ada di Indonesia ini ada 78.147. Terpakai 23 ribuan. Jadi, masih ada ketersediaan 60 persen sekian,” jelasnya.

Jika terjadi lonjakan, lanjutnya, sesuai instruksi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), RS harus men-switch alias mengkonversi kamar non Covid-19 menjadikan kamar Covid-19. Acuan yang digunakan adalah jika angka BOR Covid-19 sudah mencapai 80 persen dari kamar yang disediakan. Saat itu, rumah sakit harus mengubah kamar menjadi 40 persen tempat isolasi dan 25 persen ruang ICU.

“Kan tempat tidur itu ada dua macam. Kemudian dari 60-80 persen (BOR), kita harus mengubah juga (komposisi kamar di RS) menjadi 30 persen dan 15 persen dari hunian. Jadi, ini ada switch, ada konversi yang harus kami ubah,” terangnya.

Baca juga : Varian Corona India Tulari 149 Warganya, Singapura Kaget

Lia mengakui, konversi ini tidak mudah. Apalagi untuk RS yang ada di daerah-daerah terpencil. “Bisa dibayangkan kalau kita harus ubah tempat tidur dalam waktu cepat, beberapa provinsi akan kesulitan. Jadi sekarang RS sedang menyiapkan tempat tidur, sumber daya manusia, dan logistik,” terangnya.

Apalagi untuk mengubah menjadi ruang ICU yang membutuhkan ventilator, ruang oksigen, dan lainnya. Namun, Lia mengaku mempunyai jurus untuk mengatur hal tersebut. “Kami sudah bisa atur itu. Ada wing-wing khusus ini untuk Covid dan ini bukan,” imbuhnya.

Kendala serupa juga bakal dialami RS barrier. Sebab, RS tersebut harus menyiapkan sejumlah fasilitas, seperti alat tekanan negatif dan peralatan lainnya. “Biasanya RS di daerah kesulitan untuk menyiapkan itu semua,” papar Lia.

Baca juga : Pemda Garut Siapkan 100 Bed Di Rusun Isolasi

Karenanya, PERSI bersama Kementerian Kesehatan mendesak Pemerintah Daerah mengalokasikan dana untuk menunjang fasilitas memadai di setiap RS. “Nggak bisa sekadar datang tapi ruangannya juga harus diperbaiki dulu. Misal, alurnya harus jadi dulu. Nah, itu yang membutuhkan waktu lama,” bebernya.

Mengenai jumlah tenaga kesehatan (nakes), Lia menerangkan, belajar dari pengalaman lonjakan yang terjadi pada akhir tahun lalu, RS merekrut para mahasiswa tingkat akhir untuk diperbantukan. Selain itu, ada juga relawan-relawan. Dia yakin, andai pun lonjakan terjadi setelah Lebaran ini, jumlah tenaga kesehatan masih memadai untuk menangani pasien Covid-19.

Di akhir-akhir diskusi, Lia memaparkan mengenai kondisi keuangan RS. Kata dia, selama pandemi Covid-19, pendapatan RS dari pasien umum turun hingga 80 persen. Penyebabnya, banyak masyarakat ogah datang ke RS karena takut tertular Covid-19. Di sisi lain, untuk mengklaim biaya perawatan Covid-19 ke pemerintah, butuh waktu lama. [UMM]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.