Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Negara Penting Di Asia Tenggara

RI Kudu Perkuat Ekonomi Dan Pertahanan

Jumat, 18 Juni 2021 17:44 WIB
Pertunjukkan Alutsista TNI pada HUT TNI. (Foto: Istimewa)
Pertunjukkan Alutsista TNI pada HUT TNI. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengamat hubungan internasional Universitas Pertamina, Ian Montratama, menyarankan, sebagai negara penting di Asia Tenggara, pemerintah harus fokus membangun sektor pertahanan dengan memodernisasi Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista), selain membangun perekonomian.

"Jika ingin kuat di kawasan Indo-Pasifik, termasuk ASEAN, pembangunan ekonomi harus diimbangi dengan pembangunan pertahanan," saran Ian, di Jakarta, Jumat (18/6).

Menurutnya, langkah pembangunan pertahanan untuk mengimbangi pembangunan ekonomi, sebenarnya telah dimulai sejak pemerintah Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Hal itu ditandai dengan terbitnya kebijakan Kekuatan Pokok Minimum (Minimum Essential Force/MEF) dan terbagi menjadi tiga tahap.

Baca juga : OJK Pastikan Indonesia Garap Peluang Keuangan Berkelanjutan

Namun, pada pelaksanaannya, anggaran pertahanan tidak mencukupi. Alokasi anggaran pertahanan Indonesia dari Produk Domestik Bruto (PSDB) masih jauh dari rata-rata.

"Akhirnya beliau (SBY-red) harus berkompromi dan (alokasi anggaran alutsista) di bawah 1 persen (dari PDB)."

Ian melihat, era pemerintahan Jokowi, pembangunan pertahanan akan digiatkan kembali sekalipun kini masih dalam rencana yang ada dalam draf Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) Pemenuhan Kebutuhan Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) Kemenhan-TNI Tahun 2020-2044.

Baca juga : Bertemu Di Dubai, PSSI Dan UEA Perkuat Kerja Sama

Ia menilai, rancangan Perpres tersebut bila terealisasi, akan menjadi terobosan. Karena kontraknya dilakukan di awal namun pengadaannya jangka panjang selama 25 tahun.

"Hal tersebut membuat postur pertahanan terbangun secara utuh dan berimbang dan hanya akan diadakan nanti setiap 20 tahun sekali," urainya.

Jika dengan pola perencanaan dan anggaran yang pernah diterapkan, menurutnya, tidak efisien. Karena, Indonesia akan membangun secara pelan-pelan dan sektoral sesuai ketersediaan anggaran. Ini sangat berisiko mengingat kebijakan berpeluang berubah ketika pimpinan berganti.

Baca juga : Airlangga Bidik Ekonomi Pesantren

"Risiko lainnya, harga Alutsista meningkat sekitar 9-11 persen setiap tahunnya," imbuhnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.