Dark/Light Mode

Menkes Distribusikan Oxygen Concentrator Ke RS Hingga Tempat Isolasi

Senin, 26 Juli 2021 23:32 WIB
Menkes, Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (26/7). (Foto: Humas Setkab/Agung)
Menkes, Budi Gunadi Sadikin dalam keterangan pers di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (26/7). (Foto: Humas Setkab/Agung)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah menyiapkan strategi jitu untuk memenuhi kebutuhan oksigen ke rumah sakit dan tempat isolasi Covid-19. Salah satunya, adalah melalui pengadaan oxygen concentrator.

Pasalnya,  lonjakan kasus Covid-19 terjadi menyebabkan kenaikan kebutuhan oksigen yang sangat tinggi menjadi 2.500 ton per hari, sementara kapasitas produksi hanya 1.700 ton per hari.

“Ini sudah ada donasi 17.000 unit oxygen concentrator dan mulai berdatangan. Kita sudah beli 20.000 unit yang nanti akan distribusikan ke seluruh rumah sakit dengan tempat isolasi,” ungkap Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (26/7).

Dijelaskan Budi, setiap seribu unit oxygen concentrator dapat memproduksi sekitar 20 ton oksigen per hari. Peralatan kesehatan ini juga dapat didistribusikan dengan lebih mudah karena dapat menggantikan tabung-tabung oksigen besar.

Baca juga : Pertamina Distribusikan 100 Ton Oksigen India Ke Pulau Jawa Hingga Luar Jawa

Terkait ketersediaan oksigen cair yang diperlukan di ruang ICU rumah sakit (RS), Pemerintah mendorong produsen oksigen di Indonesia untuk memaksimalkan kapasitas produksinya untuk oksigen medis. 

Selain itu, pabrik industri lain yang memproduksi oksigen diminta untuk memproduksi oksigen medis.

“Kekurangannya akan kita dapat dengan memanfaatkan extra capacity dari pabrik-pabrik oksigen yang ada di Indonesia maupun extra capacity dari pabrik industri lain yang memproduksi oksigen, misalnya pabrik baja, pabrik smelter, nikel, pabrik pupuk,” kata Menkes.

Selain ketersediaan oksigen, Menkes juga menyoroti masalah tingginya angka kematian akibat Covid-19 dalam beberapa waktu terakhir. 

Baca juga : Pelni Sulap Kapal Jadi Tempat Isolasi

Ia mengatakan, salah satu penyebabnya adalah karena pasien masuk ke RS sudah dalam kondisi perburukan.
“Saya sudah cek dengan banyak direktur utama rumah sakit, penyebabnya telat masuk, saturasinya sudah sangat rendah,” ujarnya. 

Untuk itu, Menkes mengingatkan pentingnya mengukur saturasi oksigen dengan oksimeter terutama bagi warga yang melakukan isolasi mandiri (isoman) di rumah.

“Kalau angka saturasi sudah di bawah 94 persen segera dibawa ke rumah sakit atau di isolasi terpusat. Kalau di atas 94 persen tidak usah dibawa karena akan memenuhi rumah sakit, orang yang butuh masuk jadi enggak bisa masuk. Yang penting jangan tunggu sampai turun 80-70 persen karena merasa sehat,” tegasnya.

Kemudian, tambah Menkes, agar angka kematian dapat ditekan, dibutuhkan perawatan yang tepat sejak dini. 

Baca juga : Bank DKI Buka Sentra Vaksinasi Covid Lewat Aplikasi JAKI

“Di seluruh dunia dari 100 yang sakit Covid -19], yang masuk rumah sakit cuma 20 persen, yang wafat mungkin sekitar 1,7 persen, lebih rendah dari TBC atau HIV. Tapi harus dirawat dengan tepat dan cepat,” ujarnya.

Menkes juga mengimbau masyarakat yang melakukan isoman untuk melaporkan diri kepada Satuan Tugas Penanganan Covid-19 di daerahnya sehingga dapat terus dipantau. 

Hal ini juga dapat menurunkan risiko kematian pada pasien yang melakukan isoman.

“Jadi tolong kalau ada yang sakit segera dilaporkan ke Puskesmas, ke klinik, ke dokter agar bisa dites cepat sehingga kita bisa tahu level derajat keparahannya seperti apa dan di-treatment sesuai dengan derajat keparahannya. Mudah-mudahan dengan itu kita bisa menurunkan kematian rekan-rekan kita,” pungkasnya. [MFA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.