Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Dukung Dekarbonisasi Sektor Energi

PLN Gencar Kembangkan Pembangkit Panas Bumi

Jumat, 30 Juli 2021 07:58 WIB
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT PLN Persero. (Foto : Istimewa).
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT PLN Persero. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN sedang menyiapkan sejumlah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Pa­nas Bumi (PLTP). Langkah ini guna mendukung program dekarbonisasi di sektor energi untuk mencapai target hingga 23 persen pada 2025.

Executive Vice President (EVP) Komunikasi Korporat dan CSR PLN Agung Mur­difi menjelaskan, pihaknya terus mendukung transisi energi di Indonesia dengan mengembang­kan pembangkit energi baru dan terbarukan (EBT). Salah satunya panas bumi.

Hal ini sesuai komitmen pe­rusahaan dalam menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di sektor ketenagalistrikan.

“Panas bumi merupakan salah satu energi bersih yang dapat dimanfaatkan sebagai listrik. Emisi yang dihasilkan dari panas bumi jauh di bawah batu bara dan gas alam,” jelas Agung di Jakarta, kemarin.

Perseroan meyakini, potensi panas bumi yang ada di wilayah Indonesia sangat berlimpah karena dilewati jalur cincin api. Di mana Indonesia memi­liki sumber daya panas bumi terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat (AS). Dan posisi Indonesia di atas Jepang, Kenya, dan Islandia.

Baca juga : OJK Pastikan Sektor Jasa Keuangan Tetap Stabil Di Masa Pandemi

Berdasarkan data Badan Geologi (2017), sumber daya panas bumi yang dimiliki Indonesia sebesar 28,5 Giga Watt (GW). Namun hingga 2019, peman­faatannya baru mencapai 2.133 MW atau 7,5 persen dari total sumber daya yang ada.

“Sehingga, perseroan berke­pentingan untuk meningkatkan pemanfaatan energi panas bumi melalui pembangunan PLTP,” kata Agung.

Ia lalu menjelaskan, dalam pengembangan panas bumi ini, PLN sedang menyiapkan proyek PLTP sampai 360 Mega Watt (MW). Serta sinergi BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sebesar 230 MW. Tidak hanya itu, pengembangan juga dilaku­kan dengan meningkatkan kapa­sitas PLTP yang telah beroperasi.

Berdasarkan wilayah kerja pa­nas bumi, PLN bersinergi dengan Geodipa Energy serta Pertamina Geothermal Energy (PGE).

Sementara itu, portofolio PLTP PLN yang telah beroperasi berkapasitas total 572 MW. Dan menghasilkan listrik sebesar 4.128 GWh (Giga Watt hour).

Baca juga : Kurangi Karbon, Chandra Asri Gaet TotalEnergies Pasang Panel Surya

“Untuk proyek pengembangan yang tengah berlangsung berkapasitas 590 MW dan bisa menghasikan listrik sebesar 4.651 GWh,” terangnya.

Ia memastikan, dalam waktu dekat, terdapat proyek PLTP yang bakal beroperasi. Yakni PLTP Dieng Binary hasil kerja sama antara PLN Gas & Geo­thermal dan GDE (Geo Dipa En­ergy), diperkirakan beroperasi komersial pada 2023 dan bisa dimaksimalkan hingga 10 MW.

Selain itu, PLTP Binary La­hendong berkapasitas 5 MW akan beroperasi pada 2023 dengan potensi hingga 30 MW. Serta PLTP Ulubelu Binary berkapasitas 10 MW yang bakal beroperasi komersial pada 2024. Dengan potensial yang dapat di­maksimalkan hingga 100 MW. Kedua PLTP tersebut merupakan hasil kerja sama PLN Gas & Geothermal dan PGE ini

Sedangkan PLTP milik PLN yang sudah beroperasi antara lain PLTP Ulubelu unit 1 dan 2 sebesar 110 MW, PLTP Matalo­ko 2,5 MW, PLTP Lahendong 80 MW, dan PLTP Ulumbu 10 MW.

Ia membeberkan beberapa keunggulan dari pengembangan pembangkit yang bersumber dari sumber daya panas bumi. Antara lain renewable atau ber­asal dari sumber daya alam dan bisa diisi ulang.

Baca juga : Stop Kuras Energi, Fokus Kendalikan Pandemi Dan Pulihkan Ekonomi

Lalu, bersifat sustainable. Artinya dapat menghasilkan energi berkelanjutan. Sehingga tersedia untuk jangka waktu yang panjang. Bahkan, energi ini juga reliable, yakni tidak tergan­tung pada kondisi cuaca. Serta direct use, yakni dapat dipakai langsung ke pengguna akhir.

“Banyak keunggulan lainnya seperti menciptakan lapangan kerja, tidak ada polusi, ramah lingkungan, juga tidak memerlu­kan lahan atau ruang luas. Hanya butuh 0,75 hektar (ha) per mega watt,” tukasnya. [IMA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.