Dark/Light Mode

Hadapi Krisis Pandemi, Indonesia Beruntung Punya Modal Budaya

Minggu, 26 September 2021 22:09 WIB
Pendiri & Ketua Umum Forum Satu Bangsa Hery Haryanto Azumi (pegang mic) dalam Dialog Kebangsaan dengan Tema Bali Survive Bali Bangkit diselenggarakan PW IKA PMII Bali bekerja sama dengan PWNU Bali. (Foto: Ist)
Pendiri & Ketua Umum Forum Satu Bangsa Hery Haryanto Azumi (pegang mic) dalam Dialog Kebangsaan dengan Tema Bali Survive Bali Bangkit diselenggarakan PW IKA PMII Bali bekerja sama dengan PWNU Bali. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Budaya turut memperkuat resiliensi masyarakat dalam menghadapi krisis demi krisis. Pandemi Covid-19 yang telah melanda dunia selama satu setengah tahun terakhir telah membawa dampak besar bagi perekonomian dunia.

Daya beli masyarakat hancur seiring dengan menghilangnya mata pencaharian yang disebabkan oleh kematian industri yang dipicu oleh menurunnya permintaan secara global.

"Dalam sejarah krisis di Indonesia, inefektivitas kekuasaan formal pada akhirnya selalu diselamatkan oleh kekuatan budaya yang memiliki akar dalam kehidupan masyarakat," ujar Pendiri & Ketua Umum Forum Satu Bangsa Hery Haryanto Azumi dalam Dialog Kebangsaan dengan Tema Bali Survive Bali Bangkit yang diselenggarakan oleh PW IKA PMII Bali bekerja sama dengan PWNU Bali.

Baca juga : Terus Berinovasi, Semen Indonesia Terpilih Jadi Outstanding Company 2021 Sektor Materials

Menurut aktivis Nahdlatul Ulama (NU) yang akrab disapa Mas Hery ini, masyarakat Indonesia memiliki modal dasar nilai dan etika sosial yang dapat menjadi pegangan saat kekuasaan formal lemah atau gagal menangani krisis. Krisis Moneter di akhir 1990-an yang telah menghancurkan ekonomi Indonesia ternyata tidak sampai membuat Indonesia bubar.

"Hal ini dapat terjadi karena masih kuatnya struktur sosial yang menopang masyarakat Indonesia, mulai dari lembaga adat sampai organisasi keagamaan yang tumbuh subur di akar rumput sampai di level nasional," ujar Mas Hery.

Pemerintah, kata Mas Hery, berutang budi kepada organisasi dan lembaga sosial dan keagamaan dalam menangani berbagai krisis yang pernah terjadi. Mas Hery, yang juga mantan Wasekjen PBNU ini berharap, kerjasama antara rakyat dan pemerintah dapat mempercepat proses pemulihan ekonomi.

Baca juga : Hari Tani Nasional, Pupuk Indonesia Dukung Regenerasi Petani

Sementara itu, pengusaha muda Bali Ajik Krisna, yang turut menjadi narasumber dalam Dialog Kebangsaan ini menambahkan, budaya Jineng atau lumbung yang berkembang di Bali dapat dipakai sebagai landasan untuk membuat manajemen persediaan yang berskala besar.

"Harus ada transformasi budaya lokal yang positif menjadi kebijakan di level provinsi atau nasional sehingga rakyat menjadi bagian dari pemilik kebijakan itu," kata dia.

Sementara itu, Anak Agung Laksmi dari Dinas Pariwisata Bali menyatakan bahwa nilai-nilai sosial seperti yang tercermin dalam ajaran Tri Hita Karana turut membuat ketahanan masyarakat Bali meningkat selama Pandemi Covid-19.

Baca juga : Hadapi Gelombang Pandemi, Disiplin Prokes Harga Mati

"Nilai-nilai penghargaan terhadap alam, sesama manusia, dan Tuhan dalam Tri Hita Karana berkembang menjadi solidaritas saling menolong di antara warga Bali," paparnya.

Memungkasi Dialog Kebangsaan ini, Mas Hery menegaskan, warga Bali dan Indonesia pada umumnya harus menyesuaikan diri dengan transformasi gaya hidup dan ekonomi pasca Covid-19 ini.

"Transformasi digital di berbagai sektor kehidupan harus disambut dengan model hidup yang ramah lingkungan, memanusiakan manusia, dan peka secara spiritual. Dengan adaptasi ini, kita sebagai bangsa akan survive dan bangkit," tutup Mas Hery. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.