Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Prof. Tjandra Yoga Aditama

Uji Klinis Molnupiravir Yang Bisa Tekan Angka Kematian Covid, Ternyata Pernah Dihentikan

Senin, 4 Oktober 2021 10:10 WIB
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)
Prof. Tjandra Yoga Aditama (Foto: Dok. Pribadi)

RM.id  Rakyat Merdeka - Sejak tahun lalu, obat Covid-19 ramai dibicarakan. Ada berbagai obat yang tadinya dianggap menjanjikan, tetapi setelah dilakukan penelitian mendalam, antara lain dalam bentuk Solidarity Trial WHO di puluhan negara, obat-obat itu ternyata tidak terbukti memberi manfaat yang bermakna.

WHO secara rutin memperbarui rekomendasi pengobatannya berdasar bukti ilmiah terakhir.

Prof. Tjandra Yoga Aditama, mantan Direktur WHO Asia Tenggara menyebut, pedoman pengobatan WHO terbaru adalah WHO Therapeutics and COVID-19: Living Guideline, yang baru saja diterbitkan pada 24 September lalu.

Pedoman ini antara lain memberikan rekomendasi, ada yang conditional dan ada yang strong, pada beberapa obat kombinasi antibodi monoklonal netralisasi (neutralizing monoclonal antibodies), yaitu casirivimab dan imdevimab, serta penghambat reseptor interleukin 6 (IL-6 receptor blockers) yaitu tocilizumab atau sarilumab dan kortikosteroid.

Baca juga : TBC PR Kita Bersama, Insya Allah Kelar 9 Tahun Lagi

"Memang, sudah banyak juga dilakukan penelitian untuk mendapatkan obat anti viral yang tidak perlu disuntik, dalam bentuk oral saja," kata Prof. Tjandra.

Pada January 2021 misalnya, Kementerian Kesehatan Amerika Serikat (US Department of Health and Human Services) mengumumkan investasi 3 miliar dolar AS untuk mendapatkan obat baru Covid-19, terutama dalam bentuk oral.

Dana itu ditujukan untuk seluruh proses menemukan (discovery), pengembangannya (development) dan produksinya (manufacturing).

Tentang Molnupiravir

Baca juga : Kebijakan Vaksin Johnson&Johnson Perlu Dievaluasi, Tetap 1x Atau 2x?

Pada 1 Oktober 2021, perusahaan Merck dan Ridgeback mengumumkan hasil penelitian obat mereka, yaitu Molnupiravir (MK-4482, EIDD-2801).

Ini adalah obat antiviral, yang dalam hasil penelitian interimnya menunjukkan penurunan sebesar 50 persen angka perawatan di rumah sakit. Serta juga mencegah kematian akibat Covid-19, pada pasien derajat ringan dan sedang.

Datanya menunjukkan, sebanyak 7,3 persen pasien (28 orang) yang mendapat molnupiravir (385 orang) dirawat di rumah sakit, sampai hari ke 29 penelitian.

"Mereka yang tidak mendapat molnupiravir, artinya dapat plasebo saja (377 orang) ada 53 orang  (14,1 persen) yang harus masuk RS. Jadi  sekitar dua kali lipat lebih banyak ," jelas Prof. Tjandra.

Baca juga : Kasus Turun Karena PPKM, Jangan Sampai Pelonggarannya Malah Bikin Angka Melonjak Lagi

"Selain data masuk RS, pada mereka yang tidak dapat molnupiravir, tercatat 8 orang meninggal dunia. Sedangkan mereka yang mendapat molnupiravir, memang tidak ada yang meninggal sampai hari ke-29 penelitian ini dilakukan," imbuhnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.