Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Haji Datuk Batuah, Anggota KNIP yang Terlupakan

Senin, 18 Oktober 2021 17:40 WIB
Pengurus harian Djago! Djago! dan Pemandangan Islam. Dari kiri ke kanan: Arif Fadhilah, Natar Zainuddin, Haji Datuk Batuah, dan Djamaluddin Tamim. [Sumber: Direpro oleh Fikrul Hanif dari Dokumentasi Narlis]
Pengurus harian Djago! Djago! dan Pemandangan Islam. Dari kiri ke kanan: Arif Fadhilah, Natar Zainuddin, Haji Datuk Batuah, dan Djamaluddin Tamim. [Sumber: Direpro oleh Fikrul Hanif dari Dokumentasi Narlis]

RM.id  Rakyat Merdeka - Tubuh tambun, berkumis lebat, suara menggelegar, dan tulisan bernada pedas –demikian ciri khas dari laki-laki yang lahir di Nagari Koto Laweh Kabupaten Tanah Datar pada 1895. Namanya, sudah menginternasional karena gerakan protes yang dibangunnya untuk menentang kapitalisme dan kolonialisme itu, diabadikan dalam beberapa literatur yang ditulis Harry J. Benda, Ruth McVey, Audrey Kahin, Joel S. Khan, Jeffrey Hadler, dan lainnya.

Semasa hidupnya, Ahmad Chatib gelar Datuk Batuah yang berasal dari Suku Guci itu, pada usia delapan tahun sudah berangkat ke Mekah, untuk mendalami Islam pada Syekh Ahmad Chatib el-Minangkabawi –seorang Imam Masjidil Haram bermazhab Syafii. Beberapa tahun berikutnya, Haji Datuk Batuah mendalami Islam pada murid terbaik Ahmad Chatib –bernama Haji Abdul Karim Amrullah (HAKA), ayah dari HAMKA di Surau Jembatan Besi Padang Panjang.

Baca juga : Vaksinasi Jangan Terputus Di Dosis Satu

Kecerdasan dan kepiawaiannya menguasai ilmu agama, mendorong HAKA merekrut dirinya menjadi guru bantu agama dan pembantu redaktur majalah Al-Munir Al-Manar di Sumatra Thawalib Padang Panjang. Jadilah ia dikenal luas di kalangan guru-guru dan murid-murid sekolah Islam modernis.

Jelang penghujung November 1923, saat ia kembali dari Tanah Jawa pasca berjumpa dengan Haji Misbach, di Sumatera Thawalib ia kemudian mendirikan sebuah pers yang ia namakan Pemandangan Islam –dan organ pergerakan yang diberinama Sarekat Rakyat . Tidak tanggung-tanggung, ia memberi nama ajarannya dengan Kuminih –sebuah sintesa antara Marxisme, Islam, dan adat Minangkabau.

Baca juga : Harga Baru Saham BCA Segera Diperdagangkan

Keberadaan gerakannya juga ditopang oleh sahabat dekatnya bernama Natar Zainuddin blasteran India –Padang, eks aktivis VSTP –yang mendirikan pers Djago! Djago! dan kantor International Debating Club (IDC). Keduanya, segera menjadi momok menakutkan bagi pemerintah Kolonial Belanda.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.