Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meluruskan kesalahan kutip pernyataan soal Attatur yang ditulis oleh sebuah media online.
Dalam postingan foto yang dibagikan Mahfud melalui akun Twitter-nya @mohmahfudmd, Senin (25/10) nampak terbaca artikel tersebut berjudul "Tak Sudi Nama Jalan di Jakarta Gunakan Nama Attaturk, Mahfud MD: Dia Itu Penjahat!".
Mahfud menegaskan, hal itu tidak pernah ia katakan. Dia pun menyebut berita tersebut hoax. Dikatakan Mahfud, sebenarnya, pidato dalam dalam agenda diskusi dan bedah buku berjudul Intoleransi dan Radikalisme Kuda Troya Politik dan Agama milik Islah Bahrawi Minggu (24/10) itu, ia menyatakan bahwa orang-orang yang menolak pengunaan jalan dengan nama tokoh Turki ini menyebut, Mustafa Kemal Attaturk adalah orang jahat.
"Kata yang tak setuju Attaturk dijadikan nama jalan di sini bilang bahwa Attaturk jahat kepada Islam. Tetapi dia dikagumi oleh Bung Karno (BK). Sehingga pada (tahun) 1938 BK usul Indonesia jadi negara sekuler seperti Turki," jelas Mahfud.
Baca juga : Cek Di Sini, Aturan Terbaru Pelaku Perjalanan Dalam Negeri
Kemudian, Menteri Pertahanan era Presiden KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) itu menceritakan polemik antara Bung Karno dan Muhammad Natsir.
"Ceritanya, pada tahun 1938 Bung Karno tiba-tiba menulis, kalau Indonesia merdeka kelak perlu meniru Turki yang dibangun oleh Kemal Attaturk, yakni, memisahkan agama dan negara. Sebab kalau agama dan negara disatukan keduanya akan mundur. Pendapat Bung Karno tersebut ditentang oleh Natsir," urainya.
Kedua tokoh Indonesia itu sebelumnya memiliki pemikiran yang berbeda tentang sistem dan bentuk negara. Bung Karno menganggap negara sekuler ala Mustafa Kamal Attaturk lebih baik.
Sementara Natsir menganggap negara Islam jauh lebih baik. Namun pada akhirnya, keduanya dan seluruh elemen perancang konstitusi dan pendiri negara sepakat, Indonesia menjalankan negara Pancasila.
Baca juga : Mahfud Apresiasi Usulan Dewan Pers Atur Platform Digital
"Perdebatan tentang konsep negara Islam dan negara sekuler antara Bung Karno dan Natsir Cs, itu bermuara di BPUPK dan PPK (perancang UUD dan pendiri negara) pada tahun 1945. Hasilnya adalah mendirikan Negara Pancasila yakni negara yang bukan negara sekuler tapi juga bukan negara agama," paparnya.
Mahfud pun menambahkan, permyataannya terkait kisah perspektif Bung Karno saat perumusan dasar negara tak ada kaitannya dengan pro kontra Jalan Mustafa Kamal Attaturk di Jakarta.
"Bagi saya penentuan Jalan Ataturk itu tak ada hubungannya dengan urusan Bung Karno itu sebanding atau tak sebanding dengan Kemal Attaturk," ujarnya.
Mahfud hanya menjelaskan fakta sejarah tentang perdebatan pemikiran para pemimpin negara.
Baca juga : Syarief Hasan Minta Pemerintah Fasilitasi UMKM
"Saya hanya menunjukkan fakta bahwa secara terang-terangan Bung Karno pada tahun 1938 menyatakan kagum kepada Kemal Ataturk dan menginginkan Indonesia yang sedang berjuang untuk merdeka saat itu adalah negara sekuler seperti yang dibangun oleh Attaturk di Turki," tuturnya.
Akan tetapi konsep pemerintahan model Attaturk ketika didebat dan didiskusikan dengan tokoh-tokoh Islam yang mengusulkan konsep negara agama (Islam), akhirnya diterima konsep jalan tengah yakni Negara Pancasila.
"Negara Pancasila itu bukan negara sekuler dan bukan negara agama tetapi sebuah religious nation state," sambung Mahfud. [FAQ]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya