Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kapitalisme Sekolah Islam

Kamis, 7 November 2019 04:38 WIB
Ngopi - Kapitalisme Sekolah Islam
Catatan :
UJANG SUNDA

RM.id  Rakyat Merdeka - Tahun depan, anak saya yang kedua akan masuk SD. Saya dan istri pun mulai siap-siap, mencari-cari calon sekolah yang tepat. Namun, pilihan kami hanya terbatas pada sekolah Islam. Sebab, untuk sekolah negeri, tidak memungkin. Selain usia anak saya belum sampai 6 tahun, kondisi sekolah negeri yang ada di dekat rumah juga kurang sreg. 

Ini sebenarnya bukan pertama kali kami akan memasukkan anak ke SD. Tiga tahun lalu, kami memasukkan anak pertama. Saat itu, kami juga muter-muter mencari sekolah yang paling ideal dan juga terjangkau. Dapatlah sekolah Islam yang jaraknya sekitar 6 kilometer dari rumah. Sekolah ini termasuk kelas menengah. Kualitasnya bisa dibilang oke. Harganya, memang lumayan, tapi tidak terlalu mencekik dibanding yang lain.

Baca juga : Radikalisme Diganti Manipulator Agama

Nah, untuk anak kedua nanti, awalnya kami berencana menyekolahkan di tempat yang berbeda. Cari alternatif lain, yang kualitasnya juga oke, tapi harganya tidak mencekik. Ternyata, susahnya minta ampun.

Di dekat rumah saya, ada satu sekolah Islam yang top. Namanya, sebut saja XX. Bangunannya bagus. Di dalam kelasnya full AC. Standar pendidikannya tinggi. Namun, setelah tanya-tanya, biayanya sangat wah. Untuk uang masuk saja, mencapai Rp 30 juta. SPP ber bulannya, sekitar Rp 1,5 juta. Setiap tahun ajaran baru, ada biaya daftar ulang yang juga tinggi. Dengan tingginya biaya ini, meski letaknya cuma sekitar 2 kilometer dari rumah, kami coret sekolah tersebut dari daftar.

Baca juga : PT Capital Life Syariah Bantu Sekolah Tahfidz

Kami pun beranjak ke sekolah top lainnya, yang kebetulan baru berdiri di daerah kami. Namanya, sebut saja ZZ. Sekitar sebulan lalu, sekolah ini bikin promo. Yaitu membuat acara fashion show untuk anak-anak TK. Anak saya ikut. Istri mengantar ke acara itu. Di acara itu, sekolah ini menyebar liflet. Isinya soal penerimaan siswa baru. Wow, ternyata harganya lebih mahal lagi. Uang masuknya saja mencapai Rp 35 juta. SPP bulannya juga mahal. Belum biaya-biaya yang lain.

Mahalnya biaya ini kadang membuat saya geleng-geleng. Kok sekolah-sekolah Islam yang bagus seperti dunia bisnis ya. Para pemiliknya seakan-akan fokus cari untung besar. Merasa yang masuk ke sana orang mampu semua.

Baca juga : Inovasi Pertamina Lahirkan Sekolah Cinta Gambut

Padahal, kalau mau dibandingkan, di pesantren istri saya dulu, yang juga punya bangunan bagus, guru-guru bagus, standar pendidikan tinggi, dan komunikasi wajib Bahasa Inggris dan Arab, tetap bisa murah. Sampai sekarang juga murah. Untuk biaya bulanan saja, masih di bawah Rp 1 juta. Padahal itu sudah plus makan.

Karena mahalnya biaya masuk tadi, kami pun condong untuk memasukkan si bungsu ke sekolah kakaknya. Kebetulan dia juga suka. Karena selama ini sering juga ikut saat mengantar atau menjemput kakaknya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.