Dark/Light Mode

Dapat Salam Tempel

Selasa, 19 November 2019 05:57 WIB
Ngopi - Dapat Salam Tempel
Catatan :
DAUD FADILLAH

RM.id  Rakyat Merdeka - Para pemain band asyik memainkan lagu yang saya tidak tahu judulnya. Jus mangga segar di hadapan saya hampir habis. Setelah sruputan terakhir, saya amit mundur.

Mas Broer, sang pemilik kafe bergegas mengikuti saya ke tempat parkir. Ia mengajak saya bersalaman. Sembari bersalaman, ia memberikan duit ke tangan saya. Salam tempel, rupanya.

“Makasih ya, Ud,” ucap Mas Broer. “Sama-sama, Mas,” balas saya. Girang batin saya. Tapi, bukan sekadar girang dapat duit. Sebab, malam itu saya bisa sedikit membantu saudara saya yang baru membuka kafe ini dua bulan lalu. Saya sedikit membantunya mengangkut alat-alat musik ke kafe itu. Juga sedikit membantunya menyediakan tanaman hias. Yakni, anthurium, drasena, dan pohon gantung Srigading Kuning.

Baca juga : Bau Malam Sampai di Belanda

Ini semua jenis pohon yang biasa saja. Terpenting enak dilihat, untuk mempercantik kafe itu. Yang paling membuat saya girang, satu pot pohon Anthurium dari saya, dipajang di depan kafe itu. Padahal, Anthurium sudah tidak ngetren. Mas Broer sepertinya tidak begitu peduli ngetren atau tidak. Yang penting, anthurium ini tampak subur. Enak dilihat. Padahal sebelumnya, pohon ini kurus kering. Anthurium ini subur setelah saya tanam ulang memakai pupuk yang terbuat dari sampah sayur dan sampah buah dapur sendiri.

“Tengkiu sampah, kamu membuat saya dapat duit lagi,” batin saya sambil mesam-mesem sendirian. Ditanam menggunakan pupuk yang terbuat dari sampah dapur sendiri, itulah yang membuat anthurium ini istimewa di mata saya. Sedangkan Drasena dan Srigading Kuning itu, tidak istimewa bagi saya, karena pupuknya beli di pedagang tanaman hias.

Dipajangnya Anthurium saya di kafe itu, secara tidak langsung, adalah pengalaman pertama saya dapat duit dari mengolah sampah organik (terurai), seperti sampah sayuran dan buah-buahan menjadi pupuk.

Baca juga : Bos Projo Dapat Pos Wamendes

Keinginan membuat pupuk dari sampah dapur ini, muncul setelah saya membaca berbagai artikel. Pengalaman sederhana ini, pernah saya tulis untuk Rubrik Ngopi: Dengan cara ngawur karena tidak melalui proses komposting yang ilmiah, seperti dalam artikel-artikel itu, saya mulai mencoba memanfaatkan sampah batang sayur bayam, batang kangkung, batang daun kemangi dan kulit jeruk.

Langkah pertama, memotong sampah organik itu menjadi kecil-kecil. Kedua, mengeluarkan pohon Anturium itu dari potnya. Ketiga, menghancurkan separuh dari media tanam lama yang masih menempel di akar pohon itu. Keempat, media tanam lama yang sudah tidak bergizi itu, saya campur dengan potongan-potongan kecil sampah organik tersebut.

Kelima, setelah tercampur rata, saya pakai untuk menanam kembali pohon tersebut Keenam, agar terlihat rapih, bagian atas media tanam itu saya tutup dengan pasir Malang. Kebetulan, ada pasir Malang bekas menghias akuarium. Rupanya, enam langkah itu jadi pengalaman pertama saya dapat duit dari mengolah sampah organik.

Baca juga : KNPI Sesalkan Sampul Majalah Tempo

Kalau dapat duit hasil menjual sampah non organik (tidak terurai) seperti botol plastik dan kaleng minuman, saya sudah cukup sering merasakannya. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.