Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Ini cerita temanku. Sudah lama tak berjumpa. Minggu lalu, sedang hujan deras, saya sempatkan berteduh dan mampir di warung tempatnya berusaha. Di daerah Senen, Jakarta Pusat.
Sembari mengopi, bersilaturahmi, dan ngobrol kondisi masing-masing, temanku ini bercerita sulitnya kehidupan di masa pandemi Covid-19 yang masih melanda negeri ini.
Jika era sebelum adanya Covid-19, katanya, pendapatan per hari dari dagang dan buka warung kopi, dia bisa mengantongi sekitar Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu per hari. Sejak Covid- 19 menerpa Bumi Pertiwi, balik modal saja sudah sangat syukur.
Anehnya, menurut teman sekolahku SD hingga SMP ini, belakangan ini, ada saja orang yang datang ingin bekerja membantunya di warungnya yang tidak terlalu besar itu.
Baca juga : Mulai Banyak Yang Tekor
Alasannya, itu orang-orang sudah putus kerja alias PHK dari tempat kerja. Sedangkan untuk menyambung hidup, mereka butuh bekerja dan memperoleh penghasilan yang halal.
“Asal dikasih makan saja dulu katanya, mereka mau bantu di warung. Tapi saya kan tak memerlukan banyak orang di warung ini. Apalah dayaku, saya kasih argumentasi saja, bahwa saya juga sedang tidak membutuhkan bantuan tenaga untuk bekerja di warung,” cerita Kawanku ini.
Bukan hanya itu, menurut dia lagi, hampir setiap hari ada saja orang yang tampak olehnya mondar-mandir dan bicara pada diri sendiri, di sekitar terminal Senen itu. Bukan hanya anak lelaki, anak perempuan yang sudah dewasa pun ada.
“Ada juga saya kenal satu orang. Anak gadis, putrinya Bapak pemilik warung di ujung sana. Setiap siang hari sekarang, kadang jalan kaki, modar-mandir, bicara sendiri lewat di depan. Kadang mulai senyum-senyum dan ketawa sendiri. Itulah, beratnya kehidupan di masa pandemi ini,” tuturnya sembari menduga, perempuan itu sedang kena tekanan hidup yang berat, dan sudah tak bekerja. Padahal, sudah dewasa.
Acara orang-orang jalan-jalan dengan mondar-mandir di sekitar tempat usahanya itu pun sudah menjadi pemandangan yang biasa disaksikannya.
Ketika kutanyakan, apakah mereka itu mendapat bantuan dari pemerintah selama pandemi Covid-19 terjadi? Kawanku yang bertubuh gempal ini menggelengkan kepala. Entahlah, katanya, mungkin ada yang dapat.
“Malah saya sering mendengar keluhan teman-teman pedagang kecil di sini, enggak dapat apa-apa. Kami pun tak pernah dapat. Dan aku tak maulah mengemisi bantuan itu,” ucapnya.
Dia membiarkan saja, selagi masih bisa mencari nafkah yang halal, dia tak terlalu pusing dengan bantuan itu, dapat bantuan atau enggak, enggak terlalu dipersoalkannya. “Mungkin itulah, yang dikorupsi para pejabat itu. Mana ada mereka mikirkan rakyat ini,” tuturnya.
Baca juga : Sedih Ketinggalan Belajar
Setelah hujan reda, saya pamit hendak meneruskan aktivitasku. Dia tersenyum ke saya. Mungkin, dia berpikir, meski situasi sulit, kami masih bisa mencari sejumput rejeki untuk menyambung hidup.
“Kamu kawan lamaku, sahabat sejak kecil. Berhati-hati dan tetap waspada ya, Kedan. (Kawan-Red). Jangan sampai ku tengok ada lagi yang ‘berjalan-jalan’ dan ngomong sendiri pada diri sendiri seperti yang ku ceritakan tadi,” ujarnya merayu.
Iya, aku juga mendoakan kamu dan keluarga tetap sehat, dan diberikan jalan rejeki. Memang, di saat seperti ini, kita saling membutuhkan dukungan, saling menopang dan bertukar pikiran juga. Agar bisa saling berbagi beban hidup, menghadapi situasi yang semakin tidak menentu ini. [Jhon Roy P Siregar/Wartawan Rakyat Merdeka]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.