Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Ayo Baca Kamus

Selasa, 27 April 2021 06:20 WIB
Ngopi - Ayo Baca Kamus
Catatan :
Redaktur

RM.id  Rakyat Merdeka - Buku yang paling banyak kata-katanya adalah kamus. Pernyataan ini jadi bahan ketawaan saya dan kawan kuliah sastra dulu. Tapi, benar lho, kamus juga mengenalkan kita pada kata-kata dan artinya.

Masalahnya, harga kamus lumayan mahal ketimbang buku. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi kelima harganya masih Rp 400 ribuan. Ada yang murah, yakni versi bajakannya. Begitu juga dengan kamus Inggris, Spanyol, Italia, Rusia, Portugis, Jepang, Mandarin, dan lainnya.

Belum lagi kamus seputar bidang keilmuan. Seperti kamus kedokteran, kamus ekonomi, dan kamus filsafat. Harganya juga lumayan menguras dompet.

Baca juga : Belajar Dari Kiai Puntadewa

Setiap masalah tentu ada solusinya. Harga kamus original bakal turun kalau ada diskon atau sale. Tinggal pantengin saja toko buku yang sedang banting harga. Tapi, kadang kondisi kamus yang diobral itu memprihatinkan. Misalnya kotor, kayak pernah basah, hingga ada halaman yang robek. Kalau kondisi demikian bikin harganya turun lagi, saya bakal beli.

Membaca kamus bahasa tentu banyak manfaatnya. Selain menambah perbendaharaan kata, itu juga mengenalkan kita pada budaya dan kebiasaan si pemilik bahasa lain itu. Memang sekarang ada translator online kayak google translate dan semacamnya, tapi kamus tetap ada peminatnya.

Mirisnya, kebanyakan masyarakat kita suka memandang rendah kamus. Tetangga saya menjual kamus-kamus koleksi anaknya ke tukang rongsokan secara kiloan. Pasalnya, si anak sekarang sudah nikah dan ikut suaminya. “Nggak butuh lagi, menuh-menuhin rumah aja, mending dikiloin,” katanya.

Baca juga : Ternak Cupang Di Bulan Puasa

Bahkan, orang yang sama juga bilang demikian ketika melihat kamus-kamus saya numpuk di pojokan. “Itu mau dikiloin?” sebutnya.

Sebaliknya, orang asing yang baru datang ke Indonesia malah rajin baca kamus. Di Sumatra Barat, saya pernah ketemu seorang turis backpacker asal Jepang bawa kamus Jepang-Indonesia. Dia kesulitan menyebutkan kata-kata Bahasa Indonesia buat sekadar bertanya arah jalan. Kasihan, tapi semangatnya luar biasa.

Seorang pesepak bola Brasil ketika bermain di Liga Indonesia juga sempat beli kamus Portugis-Indonesia. Alasannya, dia ingin mudah berkomunikasi dengan pemain lokal, pelatih, hingga suporter. Ketika ngobrol dengan orang Indonesia, itu kamus dibolak-balik terus.

Baca juga : Emangnya Udah Normal Ya..

Nah, anehnya orang Indonesia merasa cukup dengan kemampuan berbahasa Inggris saja. Seorang kawan saya pergi ke Spanyol. Dia tidak bisa berbahasa Spanyol. Ketika butuh bertanya, dia memberanikan diri bilang “Can you speak English?” Beruntung dia masih bisa pulang ke Indonesia dengan selamat. [Ospi Darma/Wartawan Rakyat Merdeka]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.