Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Gobel: Politik Berwawasan Budaya Dongkrak Ekonomi Rakyat

Kamis, 8 September 2022 06:55 WIB
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel dalam Focus Group Discussion yang diadakan Partai Nasdem di Nasdem Tower, Jakarta, Rabu (7/9). (Foto: Istimewa)
Wakil Ketua DPR Rachmat Gobel dalam Focus Group Discussion yang diadakan Partai Nasdem di Nasdem Tower, Jakarta, Rabu (7/9). (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua DPR RI Bidang Koordinator Industri dan Pembangunan, Rachmat Gobel mengajak para politisi dan partai-partai politik untuk membangun politik berwawasan budaya.

“Politik kebudayaan memiliki makna strategis sebagai landasan nilai-nilai dalam berbangsa dan bernegara. Sekaligus memberikan dampak sosial ekonomi bagi masyarakat,” katanya, Rabu (7/9).

Hal itu disampaikan Gobel, dalam Focus Group Discussion yang diadakan Partai Nasdem di Nasdem Tower.

Selain Gobel, pembicara lainnya adalah Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, mantan bupati Ponorogo Suyoto, artis M Farhan, dan Tatak dari Kampung Riwil Solo.

Diskusi ini merupakan bagian dari prakarsa Partai Nasdem, mendirikan Badan Budaya Partai Nasdem.

Gobel pun menerangkan pengalamannya saat menjabat Menteri Perdagangan.

Baca juga : Perbankan Punya Peran Penting Untuk Dongkrak Ekonomi Digital

“Saat itu, saya keliling ke pasar-pasar. Saya menemukan batik dengan harga murah. Ternyata, itu impor. Ini akan mematikan industri batik nasional, dan pada saatnya Indonesia akan kehilangan identitasnya. Karena itu, saya melarang impor batik,” katanya.

Di tahap pertama, lanjut Gobel, impor batik akan membunuh pengrajin batik. Kemudian, akan membunuh batik printing. Pada tahap selanjutnya, setelah seniman dan industri batik musnah, Indonesia akan menjadi pengimpor penuh kain batik.

“Lalu, generasi mendatang kita sudah tidak tahu lagi, bahwa batik merupakan bagian dari budaya dan sejarah kita. Yang mereka tahu, batik diiimpor dari negara lain,” papar Gobel.

Dia bilang, Indonesia bukan hanya kaya dengan alamnya. Tetapi juga kaya dengan warisan budaya. Karena itu, saat ?menjadi Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Gobel membuat roadmap industri berbasis budaya.

Menurutnya, Indonesia memiliki industri berbasis kain seperti batik, songket, tenun, dan sulam. Selain itu, Indonesia juga memiliki handicraft berbahan kayu, rotan, logam, tanah, dan sebagainya.

Industri berbasis budaya lainnya adalah kuliner dan herbal.

Baca juga : Jokowi Berusaha Tenangkan Rakyat

“Semuanya merupakan warisan budaya nenek moyang kita yang penuh filosofi, nilai-nilai, dan kreasi khas Indonesia,” ujar Gobel.

Karena itu, saat menjadi Ketua Panitia SEA Games, Gobel menampilkan pertunjukan dengan pakaian berbahan songket.

"Songket juga ada di Malaysia dan Thailand. Tapi, songket Indonesia punya corak tersendiri. Ini kekayaan kita,” katanya.

Gobel juga bercerita, saat Indonesia didera krisis ekonomi pada 1997, dia mengadakan Panasonic Gobel Award untuk industri televisi.

Selain didorong lesunya industri televisi, saat itu industri televisi Indonesia didominasi telenovela dan Bollywood. Juga Hollywood dan film-film Hongkong.

“Maka, saya mengadakan Panasonic Gobel Award untuk memberikan apresiasi terhadap industri hiburan di dalam negeri. Hasilnya bagus. Selain menaikkan tarif pelaku industrinya, event tersebut tetapi juga menumbuhkan industri hiburan nasional,” ungkap Gobel.

Baca juga : Gelar Journalist Class, OJK Beberin Kondisi Ekonomi Dalam Negeri

Saat ini, dia mengaku sedang menyiapkan penghargaan  untuk para master industri berbasis budaya seperti pembatik, pengukir, penyulam, penenun, dan pembuat berbagai handicraft.

"Waktu ke Jepara, saya prihatin mendengar cerita mereka. Jumlah seniman ukir makin sedikit. Kita harus memberikan apresiasi kepada mereka. Di dunia internasional, sudah menjadi praktik lazim untuk dunia handicraft dan semacamnya, ada harga khusus untuk karya para master. Sementara kita, selama ini tak mengenal para master, cuma tahu membeli produknya. Padahal, para master itu aktor utamanya," beber Gobel.

Dengan alasan itu, Gobel menilai, kita harus memberikan apresiasi. Tak sekadar promosi budaya. Tetapi juga apresiasi dan promosi senimannya, maestronya.

Menurut Gobel, semua itu menunjukkan pada kita, bahwa politik kebudayaan dan politik berwawasan kebudayaan, merupakan hal yang sangat strategis.

"Bangsa yang kuat adalah bangsa yang memiliki akar budaya yang dalam,” tegas Gobel. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.