Dark/Light Mode

COP 27 Mesir, Roro Paparkan Manfaat Dekarbonisasi Energi

Jumat, 11 November 2022 21:00 WIB
Anggota Delegasi Kaukus Ekonomi Hijau, Dyah Roro Esti Widya Putri di Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir pada 6 hingga 18 November 2022. [Foto: IG dyahroroestiwp]
Anggota Delegasi Kaukus Ekonomi Hijau, Dyah Roro Esti Widya Putri di Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir pada 6 hingga 18 November 2022. [Foto: IG dyahroroestiwp]

 Sebelumnya 
Bahkan, lanjutnya, Menko Perekonomian sekaligus Ketua Sherpa G20, Airlangga Hartarto, terus mendesak perlunya transisi yang berujung pada pembentukan kelompok kerja transisi energi di G20 –untuk meningkatkan kerja sama lintas negara. “Urgensi melakukan dekarbonisasi sangat tinggi,” tegas Roro.

Karena, jelas alumni Postgraduate Courses, Harvard University ini, adalah fakta, bahwa bahan bakar fosil, seperti yang disampaikan pada Rapat Kerja dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, akan habis seluruhnya dalam 9,5 tahun untuk minyak, 19,9 tahun untuk gas, dan kira-kira 65 tahun untuk minyak dan batu bara.

Baca juga : COP 27 Mesir: PLN Paparkan Penggunaan Biomassa di PLTU

Sementara data dari Energy Outlook yang disajikan oleh Dewan Energi Nasional, paparnya, telah menggambarkan, permintaan energi akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Karena ini bertepatan dengan tidak hanya komitmen negara, tetapi juga proyeksinya untuk menjadi ekonomi terbesar ke-5 di dunia pada 2045, memaksimalkan dividen demografisnya saat ini.

Anggota Delegasi Kaukus Ekonomi Hijau/Komisi VII, Dyah Roro Esti Widya Putri (tengah) dan Ratna Juwita Sari (ke-3 kiri) bersama anggota Delegasi lainnya di Konferensi Perubahan Iklim PBB, COP27 di Sharm el-Sheikh, Mesir pada 6 hingga 18 November 2022. [Foto: IG dyahroroestiwp]

Dalam paparannya, Roro menyampaikan, dibutuhkan strategi dekarbonisasi pada sektor energi. Di antaranya termasuk membuat kerangka kebijakan untuk transisi energi yang selama ini diupayakan, melalui RUU Energi Baru dan Energi Terbarukan (EBET). Selain itu, juga mengoptimalkan dan memberi insentif pada sumber energi yang lebih bersih, yang dapat membantu membuat energi terbarukan lebih kompetitif di pasar energi.

Baca juga : Cegah Tambang Liar, KSP Dorong Perbaikan Sistem Perizinan Usaha Sektor Minerba

Strategi lain, lanjutnya, membuat zona-zona khusus yang tersebar di setiap provinsi, untuk meningkatkan kegiatan ekonomi dan industri, hingga penyerapan listrik untuk mengatasi permasalahan oversupply, mempertimbangkan penghapusan penggunaan batubara secara perlahan, memperhatikan aset terlantar pada sektor yang berbahan bakar fosil, serta menciptakan ekosistem agar kendaraan listrik dapat berkembang dengan lebih baik.

Anggota Komisi VII DPR RI sekaligus Komisioner Low Carbon Development Indonesia (LCDI) ini, juga memaparkan rekomendasi LCDI untuk skema transisi, yakni perlu dikurangi intensitas energi Indonesia sebesar 3,9 hingga 6% per tahun, dimana butuh dipertimbangkan penghapusan subsidi untuk bahan bakar fosil dan menerapkan skema penetapan harga karbon dengan harga hingga 40 hingga 60 USD/ton. (*)

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.