Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Hadapi Resesi Dunia, Ini Saran Praktisi Restrukturisasi Utang

Jumat, 30 September 2022 16:29 WIB
Infografis. (IST)
Infografis. (IST)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah Indonesia dan para ekonom memastikan pada tahun 2023 bakal terjadi resesi global. Apabila dunia resesi, maka Indonesia pasti terkena dampak.

Praktisi restrukturisasi utang dari Frans & Setiawan Law Office Hendra Setiawan Boen, mengatakan setidaknya hal ini dapat dilihat dari tren kenaikan resesi Indonesia berpotensi mencapai 7 persen, naik dari posisi Agustus 2022 yaitu sebesar 4,69 persen.

Hal ini ditandai permintaan ekspor beberapa produk unggulan seperti tekstil, furnitur dan kerajinan dari Amerika Serikat dan Uni Eropa mulai melemah. Pelemahan juga terjadi pada komoditas seperti logam mulia, minyak dan kelapa sawit.

Baca juga : Hadapi Transformasi Digital, Indonesia Butuh Banyak Talenta

Padahal kata dia, ekspor berkontribusi 23 persen terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal I-2022. Menurutnya, salah satu ekspor utama dan penggerak ekonomi Indonesia adalah komoditas.

Sehingga pelemahan harga komoditas adalah kabar kurang baik karena pasti memberi pengaruh kepada kinerja sektor usaha lain.

Demikian juga surplus perdagangan saat ini justru berubah menjadi defisit, terutama karena rupiah melemah cukup dalam terhadap dolar Amerika.

Baca juga : Mulai 11 Oktober, Jepang Longgarkan Pembatasan Untuk Turis Asing

"Eksportir mungkin senang dolar menguat tapi importir pasti merana," kata Hendra.

Pada saat barang-barang pokok semakin mahal akibat kenaikan harga BBM dan nilai tukar rupiah terhadap dolar menembus Rp. 15.000,00, maka Hendra mewanti-wanti bahwa rumah tangga akan mengalami pelemahan daya beli, sehingga akan berhemat dengan cara mengurangi konsumsi secara besar-besaran terutama sektor yang tidak perlu seperti hal-hal bersifat rekreasi.

"Langkah ini tentu akan memberikan tekanan tambahan kepada ekonomi Indonesia," katanya.

Baca juga : Jokowi Lebih Masif Bangun Infrastruktur, Maafnya Sangat Terasa

Melemahnya konsumsi berarti permintaan terhadap produk barang dan jasa dari pelaku usaha akan sepi dan mempengaruhi pendapatan padahal beban operasional harus berjalan seperti sewa gedung, kewajiban pajak, listrik, karyawan, membayar utang dan lain-lain.

"Seperti praktik selama ini, karena kapasitas produksi dan permintaan berkurang maka akan berdampak pada pekerja seperti pemotongan gaji atau pemutusan hubungan kerja," imbuhnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.